li Tabel 2
Berikut adalah bingkai yang ditampilkan dari kedua kedua koran tersebut: Item Berita Media Indonesia dan Republika
NO SURAT
KABAR PERIODE
JUDUL BERITA
1. Media Indonesia
31 Oktober 2008 PDIP, PDS, Dua anggota Golkar
dan Bali Walk Out 2.
Media Indonesia 31 Oktober 2008
RUU Pornografi Disahkan, DPR Ingkari Janji
3. Media Indonesia
4 November 2008 Pembangkangan Bayangi RUU Pornografi
4. Republika
31 Oktober 2008 UU Pornografi Butuh Aturan
Teknis 5.
Republika 1 November 2008 Pembentukan
UU Pornografi
Demokratis 6.
Republika 2 November 2008 ‘Walk Out, Berdampak Buruk
Bagi PDIP dan PDS’ 7.
Republika 3 November 2008 UU Pornografi tidak Hilangkan
Budaya 8.
Republika 5 November 2008 Gubernur
Bali dianggap
tak Pahami Undang-undang
1. Framing Koran Media Indonesia
Problem Identification Define Problems. Dari hasil ringkasan yang di
dapat dalam berita Media Indonesia di atas dapat disimpulkan bahwa Media
lii Indonesia
memandang masalah pro kontra Undang-undang Pornografi yang apabila disahkan akan menjadi Undang-undang ini, sebagai masalah penolakan
akan terus terjadi terhadap Undang-undang Pornografi. Masalah penolakan Undang-undang Pornografi, yang menjadi frame Media Indonesia ini termasuk
pula masalah kebebasan berekspresi dan tidak menghargai keberagaman budaya. Dalam pengertian bahwa pengesahan Undang-undang Pornografi pada
hakikatnya akan mengekang sebuah kebebasan terutama seniman dalam berekspresi, dan juga tidak menghargai keberagaman budaya karena menganggap
seni budaya sebagai materi seksualitas dan produk pornografi yang dikecualikan. Karenanya, akan mematikan ragam budaya karena adanya Undang-undang
Pornografi. Padahal, budaya itu merupakan warisan leluhur yang sangat berharga apabila dihilangkan dengan keberadaan Undang-undang Pornografi.
Pada berita kedua Media Indonesia memberi judul langsung menuju pada permasalahan penolakan pengesahan Undang-undang Pornografi ini, yakni
pembangkan bayangi RUU Pornografi kata ‘Pembangkangan’ digunakan untuk mempertegas apabila DPR mengesahkan Undang-undang Pornografi, maka
masyarakat tidak mau mematuhi Undang-undang Pornografi yang sudah disahkannya.
Causal Interpretation Diagnose Causes . Media Indonesia menampilkan
keseluruhan berita yang disajikan, baik aktor pelaku atau penyebab masalah korban tidak diletakkan pada siapa who, namun lebih pada apa what. Dalam
hal ini, Undang-undang Pornografi diletakkan sebagai aktor pelaku atau penyebab masalah. Sedangkan hilangnya budaya menjadi korbannya. Keberadaan Undang-
liii undang Pornografi ini diyakini akan mematikan atau menghilangkan budaya
dengan adanya Undang-undang Pornografi. Moral Evaluation Make Moral Judgement
. Dalam penyajiannya, Undang- undang Pornografi secara substansi dan prosedural tidak sesuai dan Undang-
undang pornografi mendapat kecaman. Menurut hemat penulis, argumen tersebut tidak hanya semata dari beberapa narasumber yang sekiranya berkompetensi
dalam permasalahan ini, namun posisi narasumber yang mempunyai pengaruh yang besar sehingga setiap argumennya seakan semakin memperkuat akar
permasalahan yang ada, mengenai pro kontra pasca pengesahan Undang-undang Pornografi.
Treatment Recommendation Suggest Remedis . Adapun hasil yang dapat
disimpulkan dari permasalahan yang disajikan oleh Media Indonesia, bahwa penolakan Undang-undang Pornografi menginginkan agar Undang-undang ini
dapat dikaji lagi mengenai pasal-pasal atau masalah krusial dalam Rancangan Undang-undang Pornografi. Dan juga menginginkan agar Undang-undang
tersebut dilakukan uji publik secara merata khusus dalam hal ini yang menolak adanya Undang-undang Pornografi.
2. Framing Koran Republika