x 1. Bagaimana Media Indonesia dan Republika mendefinisikan masalah
dalam pemebritaan Pro Kontra Undang-undang Pornografi? 2. Bagaimana Media Indonesia dan Republika memperkirakan sumber
masalah dalam pemberitaan Pro Kontra Undang-undang Pornografi? 3. Bagaimana Media Indonesia dan Republika membuat keputusan moral
terhadap pemberitaan Pro Kontra Undang-undang Pornografi? 4. Bagaimana Media Indonesia dan Republika menekankan penyelesaian
dalam pemberitaan Pro Kontra Undang-undang Pornografi?
C. Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup dalam penelitian ini dilaksanakan bertujuan melihat bagaimana berita itu dikemas atau dibentuk dan dikonstruksi oleh media. Analisis
ini terdiri dari pengumpulan data, analisis data, dan pemaparan hasil penelitian. Dari hasil akhir pengolahan data dan konstruksi tersebut adalah adanya
bagian yang ditonjolkan oleh kedua media tersebut. Akibatnya khalayak dapat dan lebih mudah mengingat aspek-aspek tertentu yang disajikan oleh media.
Menjabarkan beberapa hasil temuan dengan menggunakan analisis framing Robert N. Entman. Langkah-langkah penelitian dari konsep Robert Entman
meliputi: ‹ Define Problems Pendefinisian Masalah, merupakan elemen yang pertama
kali dapat dilihat sebagai framing. Elemen ini merupakan master atau bingkai utama, menekankan bagaimana suatu peristiwa dipahami didefinisikan oleh
wartawan.
xi ‹ Diagnosa Couse Memperkirakan Penyebab Masalah, merupakan elemen
framing yang digunakan untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor
dari suatu peristiwa. Penyebab di sini dapat berarti siapa who, namun dapat juga berarti apa what.
‹ Make Moral Judgement Membuat Pilihan Moral adalah merupakan elemen framing
yang dipakai untuk membenarkan atau memberikan argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat.
‹ Treatment Recomendation Menekankan Penyelesaian, elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan, maksudnya jalan apa
yang dipilih oleh wartawan untuk menyelesaiakn suatu masalah. Penyelesaian ini tentu saja bergantung pada bagaimana peristiwa tersebut dipahami, siapa
yang menjadi aktor penyebabnya, dan bagaimana argumen yang diajukan.
D. Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian
ini adalah
untuk mengetahui,
menjelaskan, mengembangkan, dan mendeskripsikan mengenai analisis framing harian Media
Indonesia dan Republika dalam Pro Kontra Undang-undang Pornografi di Media
Cetak.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini yaitu:
a. Manfaat Akademis
Manfaat yang ingin dicapai ialah berpusat pada pengembangan ilmu pengetahuan, memperkuat khazanah keilmuan dan memberikan literatur yang
xii memadai tentang Pro Kontra Undang-undang Pornografi di Media Cetak dengan
menggunakan analisis framing yang memusatkan pada pemaknaan atas suatu peristiwa dalam teks berita.
b. Manfaat Praktis
Kajian tentang frame surat kabar dalam mengemas suatu berita diharapkan dapat memberikan kontribusi positif penulis dalam beranalisis dewasa ini,
khususnya bagi mahasiswa untuk dapat berkembang dan melakukan penelitian selanjutnya sehingga akan memberikan sumbangan yang berarti bagi
perkembangan beranalisis. Selain itu, juga mendorong agar para peneliti teks berita berikutnya untuk
mulai menekuni analisis framing framing analysis dalam mengkaji suatu teks berita khususnya dalam beranalisis framing.
c. Tinjauan Kepustakaan
Penelitian skripsi ini yang berjudul Pro Kontra Undang-undang Pornografi di Media Cetak Analisis Framing terhadap Pemberitaan Media
Indonesia dan Republika. Ini dibuat dari kondisi pemberitaan media cetak yang
cenderung menonjolkan aspek-aspek tertentu dari realitas isu. Selain itu, kajian dalam framing terhadap kontradiktif permasalahan dengan substansi dan
proseduralnya Undang-undang Pornografi yang tidak perlu disahkan. Sehingga penulis merasa tertarik untuk lebih dalam meneliti kajian ini. Adapun literatur
kepustakaan yang penulis gunakan untuk penelitian skripsi ini antara lain: 1. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotik,
dan Analisis Framing. Buku ini ditulis oleh Alex Sobur dan diterbitkan PT Remaja Rosdakarya pada tahun 2006. Buku ini menjelaskan dengan
xiii lengkap tentang Analisis Wacana, Semiotik, dan Analisis Framing. Dalam
analisis framing dengan lengkap pula menjelaskan model-model Zhongdan Pan dan Gerald M. Kosicki, Gamson dan Modigliani, dan Robert N.
Entman. 2. Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Buku ini ditulis
oleh Eriyanto dan diterbitkan PT Lkis Pelangi Aksara pada tahun 2007. Buku ini menjelaskan dengan lengkap tentang konstruksi framing, ideologi,
dan politik media. 3. Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi. Buku ini ditulis oleh
Ruslan Rosady dan diterbitkan PT Raja Grafindo Persada pada tahun 1998. Buku ini menjelaskan dengan lengkap pengertian dari media massa yang
merupakan bagian dari media cetak. 4. Kebertubuhan Perempuan dalam Pornografi. Buku ini ditulis oleh Syarifah
dan diterbitkan Yayasan Kota Kita pada tahun 2006. Buku ini menjelaskan tentang perempuan dan pornografi melalui pendekatan humanistis dan
filosofis. Adapun setelah penulis mengadakan suatu kajian kepustakaan penulis
akhirnya menemukan beberapa skripsi yang memiliki judul yang hampir sama dengan penulis teliti judul tersebut adalah Rancangan Undang-undang Anti
Pornografi dan Pornoaksi dalam Perdebatan Tokoh Politik skripsi hanya melihat dari segi dan dalam proses terbentuk Undang-undang Anti Pornografi dan
Pornoaksi oleh ranah politik.
xiv Sedangkan skripsi penulis membahas tentang Pro Kontra Undang-undang
Pornografi di Media Cetak Analisis Framing terhadap Pemberitaan Media Indonesia
dan Republika maksud pengkajian ini adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang penulis teliti sekarang tidak sama dengan skripsi yang lain.
E. Metodologi penelitian
Penelitian ini melalui pendekatan kualitatif yaitu sebuah penelitian yang berupaya mengumpulkan data, mengolah data, dan menganalisis data secara
kualitatif dan meliputi dua koran nasional yang beredar di Jakarta, yakni Harian Media Indonesia
dan Republika yang memilih berita tentang Pro Kontra Undang- undang Pornografi di Media Cetak Edisi 31 Oktober – 5 November 2008. Dalam
suatu objek analisis dalam pendekatan kualitatif adalah makna dari gejala-gejala sosial dan budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat
bersangkutan untuk memperoleh gambaran kategorisasi tertentu.
5
Jenis Penelitian Penulis dalam penelitian ini menggunakan analisis framing. Yang dimaksud
dengan analisis framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana realitas itu dibentuk dan dikonstruksi oleh media.
6
Sehingga framing pada akhirnya menentukan bagaimana realitas itu hadir di hadapan pembaca. Framing dapat
mengakibatkan suatu peristiwa yang sama dapat menghasilkan suatu peristiwa yang sama dapat menghasilkan berita yang secara radikal berbeda apabila
5
Burhan Burgin, Sosiologi Komunikasi, Jakarta: Prenata Media Group, 2007, h.337- 338.
6
Eriyanto, Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Jakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2007, h.66.
xv wartawan mempunyai frame yang berbeda ketika melihat peristiwa tersebut dan
menuliskan pandangannya dalam berita.
7
Dalam hal ini juga analisis framing merupakan pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh
wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Adapun tahapan-tahapan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data
a. Observasi Teks
Sebagai metode ilmiah, observasi adalah suatu cara penelitian untuk memperoleh data dalam bentuk pengamatan dan pencatatan dengan sistematis
fenomena yang diselidiki. Dalam hal ini, penulis hanya mengamati mengobservasi suatu pemberitaan Pro Kontra Undang-undang Pornografi di
Media Cetak dalam Harian Media Indonesia dan Republika. b.
Wawancara Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan maka peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data dengan metode wawancara. Yaitu merupakan teknik yang sangat tepat dalam penelitian, karena penulis dapat memperoleh jawaban
secara langsung sehingga memudahkan pengumpulan data. Wawancara ini juga merupakan cara yang peneliti gunakan dalam rangka
mengumpulkan data dengan tanya jawab sepihak dengan media cetak yang dikerjakan secara sistematis dan berlandasan kepada tujuan penelitian.
7
Ibid, h.82.
xvi c.
Pengolahan Data Dalam pengolahan data kemudian data diolah dengan menggunakan tabel-
tabel yang merujuk pada konsep model Robert N. Entman. Dari penyajian tabel tersebut akan tampak mengenai perbedaan kedua berita mengenai Pro Kontra
Undang-undang Pornografi di Media Cetak berdasarkan rumusan-rumusan masalah.
2. Teknik Analisis Data
Menafsirkan dan memetakan perbedaaan bingkai atau frame dari kedua Harian Media Indonesia dan Republika berdasarkan model analisis framing yang
digunakan. Analisis data terdiri atas pengkategorian, pentabulasian, ataupun
pengkombinasian kembali bukti-bukti untuk merujuk proposisi awal suatu penelitian. Menganalisa bukti studi kasus adalah suatu hal yang sulit karena
strategi dan tekniknya belum teridentifikasikan secara memadai di masa lalu.
8
Menurut Patton analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.
9
Penulis melakukan analisis framing terhadap praktek keredaksian, yaitu mengamati dan mewawancarai bagaimana pekerja media tersebut memproduksi
berita seputar Pro Kontra Undang-undang Pornografi di Media Cetak ini. Dengan
Robert K. Yin, Studi Kasus Desain dan Metode Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, h.133.
9
Lexy J. Moleong, Metodologi Peneltian Kualitatif Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1997, h.103.
xvii begitu diharapkan penulis mampu mengidentifikasi terhadap gejala-gejala yang
mengarah kepada mekanisme konstruksi dalam produksi berita kasus Pro Kontra Undang-undang Pornografi yang ditampilkan oleh Media Indonesia dan
Republika .
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian ini adalah kantor redaksional Harian Media Indonesia yang beralamat Kompleks Delta Kedoya, Jl. Pilar Raya Kav. A-D, Kedoya
Selatan, Kebun Jeruk, Jakarta Barat 11520, dan kantor Koran Republika yang beralamat Jl. Warung Buncit Raya No.37 Jakarta Selatan serta perpustakaan
sebagai tempat pengumpulan data-data, dokumen, arsip, dan data kepustakaan lainnya. Dengan segala pertimbangan dan persiapan yang harus dilakukan untuk
penelitian ini maka waktu pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember - Maret 2009.
4. Pencatatan Data
Penulis melakukan pengamatan dan pencatatan data terhadap keredaksian media cetak yaitu Media Indonesia dan Republika. Penggunaan tape recorder
adalah yang digunakan dalam pencatatan data yang paling menonjol. Dalam menggunakan tape recorder mempunyai keuntungan yang dapat diamati, dan
didengar secara berulang-ulang sehingga apa yang diragukan dalam penafsiran dapat dicek kembali dengan memutarkan kaset rekaman yang ada. Tape recorder
memberikan dasar dalam pengecekan hasil kesahihan dan keandalan rekaman.
10
10
Ibid, h.130.
xviii Kelemahan dalam penggunaan alat elektronik seperti memakan waktu dan
biaya. Sampai sejauh ini, masih menitik beratkan cara mengumpulkan data melalui pengamatan berperan serta dan wawancara.
5. Keabsahan Data
Dalam keabsahan data penulis menggunakan ketekunan pengamatan karena unsur-unsur ini masih berkaitan dengan persoalan atau isu yang sedang terjadi dan
kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dari pengamatan terhadap isu yang diangkat oleh Media Indonesia dan Republika bisa diamati
dengan ketekunan pengamatan secara mendalam. Sehingga bisa dilihat mengenai isu yang di tampilkan oleh kedua media tersebut.
11
Kekurangan tekunan pengamatan bisa terjadi apabila disebabkan oleh tekanan subjek atau karena tidak terbuka terhadap isu yang ada. Persolan itu, bisa
terjadi apabila subjek tidak jujur, ketakutan berita yang diangkat, atau berpura- pura tidak bisa berkomentar karena isu tersebut sensitif dan dia tidak mau
menanggapi apakah mendukung atau menolak terhadap isu yang diangkat.
F. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini bersifat sistematis, maka penulis membaginya menjadi 5 lima bab, yang pada tiap-tiap babnya terdiri dari sub-sub bab. Adapun
sistematika penulisannya adalah sebagai berikut: BAB 1.
Di dalamnya menguraikan tentang Latar Belakang Masalah Penelitian, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
11
Ibid, h.177
xix Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metodologi Penelitian, dan Sistematika
Penulisan. BAB II.
Berisi tentang Sejarah terbentuknya Undang-undang Pornografi Pengertian Pornografi, Urgensi Penyusunan RUU Anti Pornografi
dan Pornoaksi, Pasal-pasal yang bermasalah dalam RUU APP, Media
Massa, Framing, Konsep Framing, dan Proses Framing.
BAB III. Gambaran Umum Media Cetak Harian Media Indonesia dan
Republika , Sejarah Singkat dan Perkembangan Media Indonesia dan
Republika , Visi, dan Misi Media Indonesia dan Republika, Struktur
Redaksional Media Indonesia dan Republika, Mekanisme Kerja Redaksi Media Indonesia dan Republika.
BAB IV. Temuan dan Hasil Penelitian, Framing Koran Media Indonesia dan
Republika , Hasil Penelitian Analisis Berita Analisis Framing
Pemberitaan Media Indonesia dan Republika, Analisis Perbandingan Framing
Pemberitaan Media Indonesia dengan Republika, Persamaan Framing Media Indonesia
dengan Republika, Perbedaan Framing Media Indonesia
dengan Republika dan perbedaan Framing kedua media.
BAB V. Penutup, Kesimpulan, dan Saran.
xx
BAB II KAJIAN TEORETIS
A. Sejarah Undang-undang Pornografi Pengertian Pornografi
Pembahasan Rancangan Undang-undang Anti Pornografi dan Pornoaksi RUU APP sudah dimulai tahun 1997 di DPR-RI. Mengenai Rancangan Undang-
undang Anti Pornografi dan Pornoaksi ini mengemuka di awal tahun 2006 ketika DPR-RI akan menggodok rencana ini untuk segera disahkan menjadi Undang-
undang. Dalam perjalanannya, draf Rancangan Undang-undang Anti Pornografi dan Pornoaksi pertama kali diajukan pada tanggal 14 Februari 2006 yang berisi 11
Bab dan 93 Pasal. Pada draf kedua, beberapa pasal yang kontroversi dihapus sehingga kini tersisa 8 Bab dan 82 Pasal. Namun begitu, isu ini sudah sejak lama
digulirkan, tetap saja menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat maupun seniman, baik mengenai definisi maupun isi, hingga perlu atau tidaknya Undang-
undang ini ada.
12
Di antara pasal yang dihapus pada rancangan kedua adalah pembentukan badan anti pornografi dan pornoaksi nasional, selain itu juga rancangan kedua
juga mengubah definisi pornografi dan pornoaksi. Karena definisi ini dipermasalahkan, maka disetujui untuk menggunakan definisi pornografi yang
berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Porne” pelacur dan graphos gambaran, atau tulisan yang secara harfiah tulisan atau gambar tentang pelacur.
13
12
Agung Sasongko, Wawancara Wakil Ketua Pansus RUU Pornografi, DPR RI Nusantara 1 Lt. 5, Jakarta, 25 September 2008 dan Ali Mochtar Ngabalin, Wawancara Anggota
Pansus RUU Pornografi, DPR RI Nusantara 1 Lt.21, Jakarta, 20 November 2008
13
www. DetikNews. com, diakses Tanggal 12 Januari 2009, Pukul 20.00 Wib.