C. Pengertian dan Pengaturan Dumping serta Antidumping dalam
Kerangka GATT – WTO
Dumping adalah sistem penjualan barang di pasaran luar negeri dalam jumlah banyak dengan harga yang rendah sekali dengan tujuan agar harga
pembelian di dalam negeri tidak diturunkan sehingga akhirnya dapat menguasai pasaran luar negeri dan dapat menguasai harga kembali.
47
Dalam Black’s Law dictionary, Pengertian dumping dinyatakan sebagai, “The act of selling in quantity
at a very low price or practically regard less of the price; also selling surplus goods abroad at less than the market price at home.”
48
Menurut Kamus Lengkap Perdagangan Internasional, dumping adalah penjualan suatu komoditi di suatu pasar luar negeri pada tingkat harga yang lebih
rendah dari nilai yang wajar, biasanya dianggap sebagai tingkat harga yang lebih rendah daripada tingkat harga di pasar domestiknya atau di negara ketiga.
Di mana dalam terjemahan bebas dapat diartikan sebagai sebuah tindakan yang menjual barang
dalam kuantitas harga yang sangat rendah atau hampir mengabaikan harga, juga menjual barang-barang luar negeri kurang dari harga pasar di tempat asalnya.
49
47
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Jakarta: Balai Pustaka, 1985, hlm. 110.
Sedangkan pengertian dumping dalam Kamus Hukum Ekonomi diartikan sebagai praktik dagang yang dilakukan ekportir dengan menjual komoditi di pasaran
Internasional dengan harga kurang dari nilai yang wajar atau lebih rendah daripada harga barang tersebut di negerinya sendiri atau daripada harga jual
48
Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, ST. Paul, Minn: West Publishing Co, 1990, hlm. 347.
49
Departemen Perindustrian dan Perdagangan, op. cit.
kepada negara lain, pada umumnya, praktik ini dinilai tidak adil karena dapat merusak pasar dan merugikan produsen pesaing di negara pengimpor.
50
Menurut Agus Brotosusilo, secara umum, dumping adalah bentuk diskriminasi harga internasional yang dilakukan oleh sebuah perusahaan atau
negara pengekspor, yang menjual barangnya dengan harga lebih rendah di pasar luar negeri dibandingkan di pasar dalam negeri sendiri dengan tujuan untuk
memperoleh keuntungan atas produk ekspor tersebut.
51
Dan menurut Muhammad Ashri, dumping adalah suatu persaingan curang dalam bentuk diskriminasi harga
yaitu suatu produk yang ditawarkan di pasar negara lain lebih rendah dibandingkan dengan harga normalnya atau dari harga jual di negara ketiga.
52
Selain itu, dalam Pasal VI ayat 1 GATT 1947 Article VI GATT 1947, dumping didefenisikan sebagai:
“The contracting parties recognize that dumping, by which products of one country are introduced into the commerce of another country at less
than the normal value of the products, is to be condemned if it causes or threatens material injury to an established industry in the territory of a
contracting party or materially retards the establishment of a domestic industry.”
53
Terjemahan bebas dari Pasal VI GATT di atas adalah “Para pihak dalam perjanjian mengakui bahwa dumping, dimana barang-barang dari suatu negara
diperdagangkan ke negara lain dengan harga yang lebih rendah dari harga normal dari barang tersebut, dilarang apabila dumping tersebut dapat menimbulkan
kerugian materiil baik terhadap industri yang sudah berdiri maupun telah menimbulkan hambatan pada pendirian industri domestik”.
50
A.F. Elly Erawati, J.S. Badudu, op. cit.
51
Sukarmi, op. cit., hlm. 25.
52
Ibid.
53
The General Agreement on Tariffs and Trade 1947, Article VI point 1.
Kemudian Putaran Uruguay memberikan pengertian dumping yang baru, yang merupakan penyempurnaan dari Article VI di atas, yang kini diatur dalam
Article 2.1 Agreement on Implementation of Article VI of GATT 1994, yaitu: “For the purpose of the agreement,a product is to be concidered as being
dumped i.e introcduced into the commerce of another country at less than its normal value, if the export price of the product exported from one
country to another is less than the comparable price, in the ordinary course of trade, for the like product when destined for consumption in the
exporting country.”
54
Article 2.1 di atas menjelaskan bahwa suatu produk dianggap sebagai dumping apabila harga barang yang diperdagangkan dari suatu negara ke wilayah
negara lain lebih rendah dibandingkan nilai normal di negara barang tersebut, pada tingkat perdagangan yang wajar. Barang tersebut harus serupa dan ditujukan
untuk dikonsumsi di negara tujuan ekspor. Berdasarkan beberapa pengertian di atas menunjukkan bahwa dumping
adalah salah satu bentuk praktik perdagangan yang tidak sehat berupa diskriminasi harga dimana pengekspor menjual produk komoditinya ke negara
lain dengan harga yang lebih murah rendah dari harga normal barang sejenis di negara sendiri maupun negara pengimpor, sehingga menyebabkan kerugian bagi
industri dalam negeri di negara pengimpor. Harga nilai normal dapat diartikan sebagai harga untuk produk-produk yang sama yang dijual di negara sendiri atau
di pasar pengekspor. Dengan menjual suatu jenis barang produksi ekspor dengan harga lebih
rendah daripada pasar domestik negara pengimpor dapat menyebabkan matinya
54
Agreement on Implementation of Article VI of GATT 1994, Article 2.
pasar barang sejenis dari industri dalam negeri dan hal ini membuat barang- barang sejenis tidak lagi dapat bersaing secara kompetitif dan adil akibat
perbedaan harga yang sangat jauh. Namun di balik itu semua, hanya praktik dumping yang menimbulkan kerugian yang dapat dikategorikan sebagai unfair
trade practices. Oleh karena itu, untuk melindungi industri dalam negeri dari praktik
dumping diperlukan sebuah kebijakan perdagangan yang dikenal dengan istilah antidumping. Menurut Kamus Lengkap Perdagangan Internasional, Antidumping
adalah tindakan kebijakan pemerintah negara pengimpor terhadap barang dumping yang merugikan industri dalam negeri melalui pembebanan bea masuk
antidumping antidumping duties.
55
Selain itu, antidumping juga dapat didefenisikan sebagai kebijakan yang dibuat atau diciptakan oleh pemerintah
dalam suatu negara untuk mencegah timbulnya berbagai kegiatan curang oleh pelaku usaha asing melalui produk impor, perbuatan curang ini berkaitan dengan
aspek harga dan produk. Negara yang merasa dirugikan dengan adanya dumping itu bisa melakukan tindakan balasan yang biasanya diwujudkan dalam bentuk
pengenaan Bea Masuk Anti Dumping.
56
Ketentuan mengenai antidumping diatur oleh GATT-WTO dalam Pasal VI Article VI GATT 1947 yang kemudian diimplementasikan dalam Agreement on
Tujuan hukum diciptakannya pengaturan anti dumping adalah upaya perlindungan bagi industri lokal atau nasional dalam
suatu negara.
55
Direktorat Jenderal Perdagangan Internasional, op. cit., hlm. 22.
56
Romina Purnama, “Hukum Antidumping Sebagai Pelindung Produk Industri dalam Negeri dalam Rangka ACFTA”, Skripsi Sarjana, Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara,
Medan, 2012, hlm. 29.
Implementation of Article VI of GATT 1994 Antidumping Code 1994. Pengaturan mengenai dumping dan antidumping dalam kerangka GATT-WTO
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Penentuan Dumping dalam GATT-WTO
Dalam Pasal VI ayat 1 GATT 1947 terdapat kriteria umum bahwa tindakan dumping yang dilarang oleh GATT adalah dumping yang memenuhi
unsur-unsur sebagai berikut:
57
a. Dumping yang dilakukan oleh suatu negara dengan di bawah harga
normal atau less than fair value; b.
Menyebabkan kerugian material atau ada ancaman atas kerugian material tersebut terhadap industri domestik yang memproduksi barang
sejenis di negara pengimpor; dan c.
Terdapat hubungan sebab akibat causal link antara harga dumping dengan kerugian yang terjadi.
Tindakan dumping yang memenuhi unsur-unsur di atas dilarang oleh GATT, sehingga GATT memberikan hak kepada para anggota GATT untuk dapat
menerapkan tindakan-tindakan antidumping jika praktik dumping yang terjadi telah memenuhi unsur-unsur di atas. Namun, apabila telah dilakukan dumping
yang dibawah harga normal less than fair value di negara pengimpor tetapi tidak menimbulkan kerugian, maka dumping itu tidak dilarang.
Selanjutnya dalam pasal VI GATT 1947 tersebut diuraikan tentang pengertian “less than fair value” atau “di bawah harga normal”, yaitu:
58
57
Peter van den Bossche, Daniar Natakusumah, Joseph Wira Koesnaidi, op. cit., hlm. 39.
a. Jika harga ekspor produk yang diekspor dari satu negara ke negara lain
kurang dari harga saing comparable price yang berlaku dalam pasar yang wajar, bagi produk sejenis itu ketika diperuntukkan bagi
konsumsi di negara yang mengimpor; atau b.
Jika dalam hal tidak terdapat harga domestik, maka harga tersebut harus lebih rendah dari harga saing tertinggi dari barang sejenis yang
diekspor ke negara ketiga dalam pasar yang wajar atau dengan biaya produksi di negara asal ditambah jumlah yang sepantasnya untuk biaya
penjualan dan keuntungan.
2. Penentuan Kerugian dalam GATT-WTO
Pasal VI ayat 1 GATT 1947 memberikan kriteria umum bahwa dumping yang dilarang oleh GATT adalah dumping yang dapat menimbulkan kerugian
material baik terhadap industri yang sudah berdiri maupun telah menimbulkan hambatan pada pendirian industri domestik. Pasal tersebut kemudian dijabarkan
lagi dalam Pasal 3 Agreement on Implementation of Article VI of GATT 1994 yang menyatakan bahwa Penentuan kerugian dalam Pasal VI GATT didasarkan pada
bukti-bukti positif dan melibatkan pengujian objektif mengenai:
59
a. Volume produk impor harga dumping dan dampaknya terhadap harga-
harga di pasar dalam negeri untuk produk sejenis, dan b.
Dampak impor itu terhadap produsen dalam negeri yang menghasilkan produk sejenis.
58
Christhophorus Barutu, op. cit., hlm. 40-41.
59
Agreement on Implementation of Article VI of GATT 1994, Article 3.1.
Sehubungan dengan adanya volume impor dengan harga dumping, pihak yang berwenang akan mempertimbangkan apakah telah terjadi peningkatan yang
berarti dari impor produk dumping tersebut, baik dalam nilai absolut maupun relatif terhadap produksi atau konsumsi di negara pengimpor. Apabila akibat
impor produk dumping itu berhubungan dengan harga-harga, pihak yang berwenang akan mempertimbangkan apakah ada pemotongan harga yang berarti
pada impor produk dumping dibandingkan dengan harga produk sejenis negara pengimpor atau apakah akibat impor seperti itu tidak akan menekan harga-harga
pada tingkat yang berarti.
60
Selanjutnya, pengujian dampak produk impor dengan harga dumping terhadap industri dalam negeri akan mencakup penilaian terhadap semua faktor
ekonomi yang meliputi: penurunan penjualan dalam negeri, penurunan keuntungan, penurunan output produksi, penurunan market share, penurunan
produktivitas, penurunan utilisasi kapasitas produksi, gangguan terhadap Return On Investment, gangguan terhadap harga dalam negeri, the magnitute of dumping
margin, perkembangan cash flow yang negatif, inventory meningkat, pengurangan tenaga kerja penurunan gaji dan PHK, gangguan terhadap pertumbuhan
perusahaan, gangguan terhadap investasi, dan gangguan terhadap kemampuan meningkatkan modal.
61
Kesemua faktor ekonomi di atas tidak harus diderita oleh suatu perusahaan agar dapat dikatakan mengalami kerugian secara materil. Satu atau beberapa
60
Ibid., Article 3.2.
61
Ibid., Article 3.4.
faktor ekonomi saja sudah dapat menjadi petunjuk bahwa suatu perusahaan mengalami kerugian secara materil bergantung pada permasalahan yang ada.
62
Sebagaimana yang diketahui bahwa untuk terjadinya dumping harus ada causal link hubungan sebab akibat antara harga dumping dan kerugian yang
terjadi. Hubungan sebab akibat tersebut dapat diketahui dengan menganalisis volume impor dumping dan pengaruh impor dumping pada harga di pasar
domestik untuk produk sejenis. Apabila volume impor dumping semakin meningkat, sedangkan pangsa pasar petisioner dan pangsa pasar impor lain
semakin menurun, volume impor dumping secara langsung turut mempengaruhi berkurangnya pangsa pasar petisioner. Selain itu, jika harga impor dumping
berada di bawah harga petisioner atau memotong harga petisioner price undercutting, dan atau harga petisioner mempunyai kecenderungan menurun
secara terus menerus selama periode tiga tahun karena tekanan harga impor dumping price depression, dan atau petisioner tidak dapat menjual harganya di
atas biaya produksi price suppression, harga impor dumping secara langsung mempengaruhi harga petisioner.
63
Sedangkan dalam membuat penentuan mengenai adanya ancaman kerugian material, maka harus mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:
64
a. Laju kenaikan yang besar produk impor dengan harga dumping di
pasar dalam negeri yang menunjukkan kemungkinan meningkatnya besar.
62
Christhophorus Barutu, op. cit., hlm. 45.
63
Ibid., hlm. 45-46.
64
Agreement on Implementation of Article VI of GATT 1994, Article 3.6.
b. Peningkatan yang berarti dalam kapasitas eksportir yang menunjukkan
kemungkinan peningkatan yang berarti ekspor dengan harga dumping ke pasar anggota pengimpor dengan mempertimbangkan kemampuan
pasar-pasar ekspor lain menyerap setiap tambahan ekspor. c.
Apakah impor dengan harga yang akan mempunyai akibat menekan atau menahan atas harga-harga dalam negeri, dan akan meningkatkan
permintaan impor selanjutnya. d.
Persediaan produk yang sedang dalam penyelidikan.
3. Penyelidikan Awal dan Lanjutan
Dalam Pasal 5 ayat 1 Antidumping Code 1994 dinyatakan bahwa “Except as provided for in paragraph 6, an investigation to determine the
existence, degree and effect of any alleged dumping shall be initiated upon a written application by or on behalf of the domestic industry.”
65
Permohonan tertulis tersebut akan meliputi adanya bukti: Yang dalam
terjemahan bebas dapat diartikan bahwa “Penyelidikan untuk menentukan keberadaan, tingkat, dan akibat setiap tuduhan dumping akan diawali dari
permohonan tertulis oleh atau atas nama industri dalam negeri.”
a.
Dumping
b.
Kerugian dengan pengertian Pasal VI GATT
c. Hubungan sebab akibat antara impor dumping dan kerugian yang
dituduhkan.
Permohonan akan berisi informasi sebagai berikut:
65
Ibid., Article 5.1.
a. Identitas pemohon dan gambaran volume serta nilai produksi dalam
negeri produk sejenis pemohon.
b. Deskripsi lengkap dari produk yang dituduh dumping, nama-nama
pengekspor atau negara asal, identitas dari setiap eksportir serta daftar
importir produk itu yang diketahuinya.
c. Informasi harga produk yang dipermasalahkan ketika diperuntukkan
tujuan konsumsi dalam negeri negara pengekspor dan informasi harga
ekspor.
d. Informasi mengenai evolusi volume dumping impor yang dituduhkan,
pengaruh impor itu terhadap harga-harga produk sejenis di pasar domestik dan pada industri domestik.
66
Suatu penyelidikan tentang dumping tidak akan dimulai kecuali yang berwenang telah menentukan bahwa permohonan itu telah dibuat oleh atau atas
nama industri domestik. Permohonan tersebut dianggap telah dibuat oleh atau atas nama industri domestik dengan syarat tertentu yaitu harus ada dukungan dari
produsen-produsen domestik itu yang secara kolektif mempunyai output mewakili lebih dari 50 persen total produksi barang sejenis. Barang sejenis itu dihasilkan
oleh bagian dari industri domestik yang menyatakan baik yang mendukung atau menolak permohonan tersebut. Akan tetapi, penyelidikan tidak akan dimulai
apabila produsen domestik yang menyatakan mendukung permohonan berjumlah
66
Ibid., Article 5.2.
kurang dari 25 persen dari total produksi sejenis yang dihasilkan oleh industri domestik.
67
Setelah menerima petisi permohonan penyelidikan dumping, maka penyidik berdasarkan bukti-bukti yang diajukan oleh industri domestik dalam
waktu 30 hari sudah harus menetapkan apakah telah terjadi dumping dan apakah ada bukti-bukti terjadinya kerugian material. Setelah ditemukan bukti-bukti
tersebut, maka tujuh hari sebelum diumumkannya secara resmi tentang penyelidikan antidumping, pemerintah negara yang bersangkutan diberi tahu
terlebih dahulu. Para eksportir diberi waktu 37 hari untuk mengisi dan mengembalikan pertayaan yang dikirim. Penyelidikan antidumping harus selesai
dalam waktu satu tahun dan apabila diperlukan dapat diperpanjang maksimum tidak lebih dari 18 bulan.
68
4. Penghentian Penyelidikan
Pada dasarnya suatu penyelidikan harus dihentikan bila salah satu dari de minimus standards dipenuhi, antara lain sebagai berikut:
69
a. Produsen yang mendukung permohonan jumlahnya kurang dari 25
persen dari produksi dalam negeri.
b.
Margin dumping kurang dari 2 persen dari landed export price.
c. Volume impor dari satu negara kurang dari 3 persen dari total impor,
kecuali volume impor dari semua negara yang diselidiki lebih dari 7
persen dari total impor.
67
Ibid., Article 5.4.
68
Sukarmi, op. cit., hlm. 50-51.
69
Agreement on Implementation of Article VI of GATT 1994, Article 5.8.
5. Pengenaan Bea Masuk Antidumping Antidumping Duties
Terhadap praktik dumping, WTO memperkenankan anggotanya untuk melakukan sanksi berupa pemberlakuan Bea Masuk Anti-Dumping BMAD
terhadap barang perusahaan yang terindikasi kuat telah terjadi dumping. Pasal 9 dan 11 Antidumping Code 1994 mengatur penerapan dan pengumpulan bea
masuk antidumping serta jangka waktu dan tinjauan BMAD dan penyesuaian harga. Dalam penerapan BMAD, hal penting yang perlu diperhatikan adalah:
70
a. Jumlah BMAD tidak akan melebihi selisih antara harga ekspor dengan
nilai normal barang yang dipermasalahkan margin of dumping. b.
Hanya diterapkan sepanjang dan sejauh dibutuhkan untuk mengambil tindakan untuk menghapus kerugian yang diakibatkan oleh dumping.
c. Dihentikan paling lambat lima tahun setelah diterapkan, kecuali
terbukti bahwa hal ini akan menjurus kepada kerugian akibat dumping yang terus menerus dan berulang-ulang.
Apabila telah diputuskan pengenaan BMAD, maka pemungutannya tidak boleh diskriminatif, dengan kata lain BMAD diterapkan kepada semua produk
impor yang terbukti dumping dan menimbulkan kerugian, tanpa melihat asal barang tersebut. Selain BMAD, WTO juga mengatur tentang pengenaan Bea
Masuk Anti-Dumping Sementara BMADS. BMADS dapat diterapkan untuk jangka waktu empat sampai sembilan bulan, tergantung pada keadaannya, dengan
persyaratan sebelumnya telah ditemukan adanya dumping dan injury.
70
Peter van den Bossche, Daniar Natakusumah, Joseph Wira Koesnaidi, op. cit., hlm. 43- 44.
6. Komisi Praktik Antidumping Committee on Antidumping Practices
Perjanjian Putaran Uruguay GATT-WTO telah membentuk komite tentang praktik antidumping yang selanjutnya disebut komite yang terdiri atas
wakil dari tiap anggota. Komite akan menjalankan tanggung jawabnya sebagaimana ditugaskan menurut persetujuan tersebut atau oleh para anggota.
Komite akan memberikan kesempatan kepada para anggota untuk berkonsultasi mengenai setiap masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan persetujuan atau
kelanjutan dari tujuan-tujuannya.
71
Dalam menjalankan fungsinya, komite boleh berkonsultasi dan mencari informasi dari setiap sumber yang dianggap perlu. Akan tetapi, sebelum mencari
informasi dari suatu sumber yang berada dalam daerah wewenang anggota, komite akan mengkonfirmasikan kepada anggota yang terlibat. Hal itu harus
mendapat persetujuan dari anggota dan setiap perusahaan yang akan dikonsultasi.
72
7. Konsultasi dan Penyelesaian Sengketa
GATT-WTO mengatur mengenai konsultasi dan penyelesaian sengketa dalam Pasal 17 Antidumping Code 1994. Langkah awal yang dilakukan untuk
menyelesaikan masalah adalah dengan melakukan konsultasi di antara para pihak yang terkena masalah. Jika konsultasi yang dilakukan gagal mencapai
penyelesaian bersama, dan apabila tindakan akhir telah dilakukan oleh yang berwenang dari anggota pengimpor untuk mengenakan BMAD atau menerima
penyesuaian harga, maka hal ini dapat diajukan kepada Badan Penyelesaian
71
Agreement on Implementation of Article VI of GATT 1994, Article 16.1.
72
Ibid., Article 16.3.
Sengketa Dispute Settlement Body DSB. Apabila suatu tindakan sementara mempunyai dampak berarti dan anggota yang meminta konsultasi
mempertimbangkan bahwa tindakan yang diambil itu berlawanan dengan ketentuan mengenai tindakan sementara, maka anggota juga boleh merujuk
masalah yang demikian kepada DSB.
73
Tindakan antidumping yang dilakukan berdasarkan ketentuan antidumping dalam GATT-WTO sebagaimana yang diuraikan di atas merupakan upaya untuk
melindungi industri dalam negeri dari praktik dumping dan harus dilakukan secara adil dan proporsional sehingga dapat mengakomodir kepentingan masyarakat dan
dunia usaha.
D. Jenis – Jenis Dumping dalam Praktik Perdagangan Internasional