Kronologis Kasus Tuduhan Praktik Dumping Tepung Terigu Impor

81 BAB IV PENERAPAN HUKUM ANTIDUMPING DI INDONESIA DALAM PERKARA TUDUHAN PRAKTIK DUMPING TEPUNG TERIGU IMPOR ASAL TURKI OLEH APTINDO ASOSIASI PRODUSEN TEPUNG TERIGU INDONESIA

A. Kronologis Kasus Tuduhan Praktik Dumping Tepung Terigu Impor

asal Turki oleh APTINDO APTINDO Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia, yang diwakili tiga anggotanya, yakni PT SRIBOGA RATU RAYA, PT EASTERN PEARL DAN PT PANGANMAS INTI PERSADA yang mewakili pangsa produksi nasional sebesar 27,03, telah mengajukan petisioner kepada KADI pada tanggal 16 Oktober 2008 untuk melakukan penyelidikan atas Terigu Impor Asal TURKI, SRILANKA DAN AUSTRALIA yang diduga melakukan dumping. Alasan APTINDO mengajukan petisi dumping itu, antara lain adanya peningkatan pasar impor yang cukup tinggi sebesar 7,8, cash flow pemohon menurun 39,1, kapasitas terpasang pemohon menurun 7,9 dan pemohon memperoleh return of investment yang negatif, yang menunjukkan masih mengalami kerugian. 138 Kemudian, Petisi itu ditanggapi oleh KADI dengan melakukan investigasi, namun sebelum melakukan investigasi tepatnya pada tanggal 17 November 2008 138 Buyung, “Pemerintah Diminta Terapkan BMAD Kepada Terigu Turki”, http:agroindonesia.co.id20100128pemerintah-diminta-terapkan-bmad-kepada-terigu-turki, diakses 27 April 2012. KADI telah mengumumkan dimulainya penyelidikan terhadap kasus tersebut di harian Koran Tempo, setelah data pemohon dinyatakan lengkap sesuai peraturan yang ada. Dan pada tanggal 28 Desember 2009, KADI mengeluarkan final disclosure Laporan Akhir terhadap kasus itu dengan masa Investigasi untuk Dumping dan hubungan Klausal adalah 12 dua belas bulan terhitung 1 Oktober 2007 sd 30 September 2008, dan diperpanjang selama 6 enam bulan menjadi sd 17 Mei 2010, dan Penyelidikan untuk kerugian meliputi periode selama 3 tiga tahun terhitung 1 Oktober 2005 sd 30 September 2007. 139 Berdasarkan hasil investigasinya, KADI menemukan adanya margin dumping sekitar 19,67 hingga 21,98 pada terigu-terigu yang diimpor dari Turki. 140 139 “Petisi Bea Masuk Antidumping Terigu Turki”, Awal penyelidikan diindikasikan terhadap tiga negara yaitu Australia, Sri Langka, dan Turki. Untuk menentukan impor suatu negara terbukti dumping atau tidak harus memenuhi dua syarat, yakni aspek harga dan volume impor. Dari segi harga terigu impor yang dihitung pada periode September 2007 hingga Oktober 2008, ketiga negara tersebut memenuhi syarat dinyatakan dumping. Namun dari aspek volume, yang harus dihitung dalam periode tiga tahun Oktober 2005 hingga Oktober 2008, terbukti hanya terigu Turki yang mengalami lonjakan signifikan, bahkan pada tahun 2008, pangsa pasarnya mencapai 35 persen. http:www.aptindo.or.idpdfsPETISI20BMAD20TERIGU20TURKI20RANGKUMAN.pdf, hlm. 2, diakses 27 April 2012. 140 Buyung, “Pemerintah Diminta Terapkan BMAD Kepada Terigu Turki”, http:agroindonesia.co.id20100128pemerintah-diminta-terapkan-bmad-kepada-terigu-turki, 28 Januari 2010, diakses 27 April 2012. Sebaliknya, angka impor dari Australia dan Srilanka mengalami penurunan. 141 Berdasarkan hasil investigasinya tersebut, KADI telah memberikan rekomendasi kepada Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu, mengenai tindakan yang perlu dilakukan pemerintah. Selanjutnya, pada tanggal 31 Desember 2009 Menteri Perdagangan memberikan surat kepada Menteri Keuangan, Sri Mulyani, dengan No. 2017M.DAG122009 yang isinya merekomendasikan agar mengenakan Bea Masuk Anti Dumping dengan HS 1101.00.10.00 terhadap Impor Tepung Gandum asal Turki kepada Perusahaan sebagai berikut: Hal ini menyebabkan produsen tepung terigu dalam negeri mengalami kerugian. 142 1. Bafra Eris Un Yem Gida San Ve. Tic. A.S sebesar 21.99 2. Erister Gida Sanayi Ve Ticaret AS sebesar 19,67 3. Marmara Un Sanayi AS sebesar 18,69 4. Ulas Gida Un Textil Nakliye Ticaret sebesar 20,86 5. Ulusoy Un Sanayi Ve Ticaret sebesar 20,28 6. ExportarProducen Lanilla sebesar 21,99 Kemudian pada tanggal 15 Januari 2010 Mendag kembali mengirimkan surat bernomor 90M-DAGSD12010 yang isinya mengenai masa berlaku pengenaan BMAD terigu impor asal Turki. Sementara itu, tanggal 12 April 2010 Sekretaris Kabinet, Dipo Alam, menyampaikan surat B-119SekabVI2010 141 Heri Susanto, “Ada Intervensi Atas Kasus Dumping Terigu?”, http:bisnis.vivanews.comnewsread128568-ada_intervensi_atas_kasus_dumping_terigu_, diakses 21 Februari 2012. 142 “Petisi Bea Masuk Antidumping Terigu Turki”, http:www.aptindo.or.idpdfsPETISI20BMAD20TERIGU20TURKI20RANGKUMAN.pdf, hlm. 2, diakses 27 April 2012. kepada Menko Perekonomian Hatta Rajasa, yang isinya bahwa pengenaan BMAD kurang sejalan dengan upaya untuk mencari peluang meningkatkan perdagangan dan upaya komitmen untuk memperbaiki dan memperkuat hubungan perdagangan dan ekonomi antara Indonesia dan Turki. Juga disampaikan bahwa jika BMAD produk terigu dikenakan kepada Turki maka akan menimbulkan saling ada pembalasan retaliasi sehingga menurunkan perdagangan kedua negara. 143 Selanjutnya, sesuai PMK No. 100PMK.012008 tentang fungsi Badan Kebijakan Fiskal BKF, maka paska adanya surat rekomendasi Menteri Perdagangan RI kepada Menteri Keuangan, pihak Kementerian Keuangan telah melakukan sejumlah pertemuan untuk pembahasan di BKF dan KADI turut dilibatkan, kemudian pada rapat pleno tgl 7 Juli 2010 telah disepakati untuk pengenaan BMAD Terigu Turki sesuai rekomendasi Menteri Perdagangan dan akan merekomendasikan kepada Menteri Keuangan RI untuk dapat diterbitkan PMK Peraturan Menteri Keuangan pengenaan BMAD Terigu impor asal Turki. 144 Tanggal 19 Juli 2010 Presiden SBY memberikan arahan dalam sidang kabinet bahwa usulan pengenaan BMAD produk terigu Turki agar dibahas baik- baik dengan pemerintah Turki untuk mendapatkan solusi terbaik kedua negara. Kemudian tanggal 26 Juli 2010 menteri keuangan mengirimkan surat S- 358MK.0112010 kepada menteri perdagangan untuk meminta konfirmasi terkait 143 Suhendra, “Cerita ‘Ping-Pong’ Kebijakan BM Anti Dumping Terigu Turki”, http:finance.detik.comread2011072610494016894261036cerita-ping-pong-kebijakan-bm- anti-dumping-terigu-turki, diakses 06 Maret 2012. 144 “Petisi Bea Masuk Antidumping Terigu Turki”, http:www.aptindo.or.idpdfsPETISI20BMAD20TERIGU20TURKI20RANGKUMAN.pdf, hlm. 2, diakses 27 April 2012. saran apakah BMAD terigu Turki dikenakan atau tidak. Menteri Perdagangan, Mari Elka Pangestu, tanggal 20 Januari 2011 membalas surat menteri keuangan melalui surat 71M-DAGSD12011 yang intinya permintaan soal pembahasan BMAD terigu Turki antara Mendag dengan Menkeu. Kemudian Wakil Menkeu melakukan rapat pimpinan terbatas Kementerian Keuangan tanggal 18 Februari 2011. Hasilnya disepakati mengagendakan rapat koordinasi kemenko perekonomian, soal tindak lanjut BMAD terigu Turki. Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia Aptindo mengirim surat ke menteri keuangan tanggal 8 April 2011 bernomor 335APTrsIV11, yang meminta agar menteri keuangan segera menerbitkan peraturan menteri keuangan soal pengenaan bea masuk anti dumping terigu Turki. 145 Selanjutnya, tanggal 11 Mei 2011 digelar rapat koordinasi Menko Perekonomian yang dihadiri oleh Mendag dan Menkeu, yang hasilnya bahwa Menko Perekonomian akan mengkonsultasikan usulan pengenaan BMAD terigu Turki kepada Presiden SBY. Berselang satu bulan lebih tanggal 23 Juni 2011 Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengirim surat bernomor S- 351MK.0112011 ke Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyetujui penerbitan peraturan pengenaan BMAD terigu Turki. Dalam surat tersebut, Menteri Keuangan menyampaikan besaran bea masuk bagi semua importir terigu dari Turki yakni sekitar 18,69-21,99. Namun, Klimaksnya pada tanggal 11 Juli 2011 Sekretaris Kabinet Dipo Alam membalas surat itu melalui surat 145 Suhendra, “Cerita ‘Ping-Pong’ Kebijakan BM Anti Dumping Terigu Turki”, http:finance.detik.comread2011072610494016894261036cerita-ping-pong-kebijakan-bm- anti-dumping-terigu-turki, diakses 06 Maret 2012. B.350SeskabVII2011 yang isinya mengenai penundaan BMAD atas impor tepung terigu dari Turki. 146 Namun, sampai saat ini PMK Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur hal ini belum juga terbit, walau sudah menjadi keputusan untuk disetujui dalam rapat pleno antar kementrian di BKF Badan Kebijakan Fiskal pada bulan Juli 2010 dan Rapat Koordinasi Menko Perekonomian pada Mei 2011. Dalam hal ini tidak ada tindakan lebih lanjut Menkeu setelah surat penundaan tersebut. Atas sikap Menkeu yang seperti itu, APTINDO menganggap bahwa Menkeu telah melakukan tindakan pembiaran dan tidak melindungi pengusaha Indonesia dan atau kurang lebih 200 ribu usaha kecil menengah UKM terhadap persaingan tidak sehat dengan pengusaha dari Turki. 147

B. Penerapan Hukum Antidumping di Indonesia terhadap Kasus