merupakan revisi atas PP Nomor 34 Tahun 1996. Hal ini berarti, dengan dikeluarkannya dan diberlakukannya PP No. 34 Tahun 2011 ini maka PP No. 34
Tahun 1996 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Dan PP No. 34 Tahun 2011 ini dinilai dapat mempercepat penerapan antidumping dan safeguard, karena
mengatur tentang tenggang waktu saat investigasi hingga penerbitan keputusan pengenaan bea masuk tambahan dan tindakan pengamanan perdagangan.
Dengan dikeluarkannya peraturan-peraturan tersebut menandakan sikap pemerintah Indonesia dalam komitmennya mengikuti era perdagangan bebas tidak
diragukan lagi, tetapi Indonesia juga harus siap dengan segala konsekuensi yang timbul sampai pada tataran implementasi kesepakatan yang dituangkan dalam
WTO.
86
B. Lembaga-Lembaga Pelaksanaan Peraturan Antidumping Indonesia
Lembaga-lembaga yang terkait dengan pelaksanaan peraturan antidumping adalah sebagai berikut:
1. Komite Antidumping Indonesia KADI
Komite Antidumping Indonesia KADI merupakan lembaga teknis yang diamanatkan untuk dibentuk oleh Bab II Pasal 6 dan 7 PP No. 34 Tahun 1996
tentang Bea Masuk Antidumping dan Bea Masuk Imbalan. Pasal 6 ayat 1 PP No. 34 Tahun 1996 menyebutkan bahwa untuk permasalahan yang berkaitan
dengan upaya penanggulangan importasi barang dumping dan barang
86
Yulianto Syahyu, op. cit., hlm. 21.
mengandung subsidi, Menteri Perindustrian dan Perdagangan membentuk Komite Antidumping Indonesia.
87
Berdasarkan ketentuan tersebut, Menteri Perindustrian dan Perdagangan mengeluarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 427
MPP Kep 10 2000 tanggal 10 Oktober 2000 tentang Komite Antidumping Indonesia sebagai perubahan atas beberapa keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan sebelumnya. Sebagai suatu komite, Komite Antidumping Indonesia KADI
mempunyai tugas, fungsi dan wewenang. Tugas pokok KADI adalah sebagai berikut:
88
a. Melakukan penyelidikan terhadap dugaan adanya barang dumping atau
barang mengandung subsidi yang menimbulkan kerugian bagi industri dalam negeri barang sejenis.
b. Mengumpulkan, meneliti dan mengolah bukti serta informasi
mengenai dugaan adanya barang dumping atau barang mengandung subsidi.
c. Mengusulkan pengenaan bea masuk antidumping atau bea masuk
imbalan kepada Menteri Perindustrian dan Perdagangan. d.
Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan.
e. Menyusun laporan pelaksanaan tugas untuk disampaikan kepada
Menteri Perindustrian dan Perdagangan.
87
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1996, Pasal 6 ayat 1.
88
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan nomor 427 MPP Kep 10 2000,
Pasal 2, lihat juga PP No. 34 Tahun 1996, Pasal 7 ayat 1.
Untuk melaksanakan tugasnya, KADI mempunyai fungsi sebagai berikut:
89
a. Merumuskan kebijaksanaan penanggulangan importasi barang
dumping atau barang mengandung subsidi. b.
Meneliti dan melakukan konsultasi penyelesaian berbagai permasalahan yang berkaitan dengan importasi barang dumping atau
barang mengandung subsidi. c.
Mengawasi pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan penanggulangan importasi barang dumping atau barang mengandung
subsidi. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, KADI mempunyai wewenang
sebagai berikut:
90
a. Menyusun penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis dan
administratif atas ketentuan yang berkaitan dengan dumping atau subsidi.
b. Melakukan pemeriksaan, investigasi atau penyelidikan terhadap pihak
yang berkepentingan dan pihak-pihak lain yang terkait dengan dumping atau subsidi.
c. Mengusulkan kepada Menteri Perindustrian dan Perdagangan untuk
memberlakukan tindakan sementara. d.
Mengusulkan kepada Menteri Perindustrian dan Perdagangan mengenai hasil penilaian atas tawaran tindakan penyesuaian.
89
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan nomor 427 MPP Kep 10 2000, Pasal 3.
90
Ibid., Pasal 4.
e. Mengadakan pengkajian kembali pengenaan bea masuk antidumping
atau bea masuk imbalan. f.
Mengusulkan kepada Menteri Perindustrian dan Perdagangan untuk mencabut atau melanjutkan pengenaan bea masuk antidumping atau
bea masuk imbalan. g.
Menerbitkan keputusan-keputusan yang berkaitan dengan penanganan dumping atau subsidi.
Ketua, wakil ketua, sekretaris, dan anggota KADI diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Perindustrian dan Perdagangan.
91
Oleh karena itu, dalam melaksanakan tugasnya, KADI bertanggung jawab kepada Menteri
Perindustrian dan Perdagangan.
92
2. Menteri Perindustrian dan Perdagangan
Menteri Perindustrian dan Perdagangan dalam kedudukannya sebagai menteri berwenang untuk menentukan hal-hal sebagai berikut:
93
a. Memutuskan besarnya nilai tertentu untuk pengenaan tindakan
sementara. b.
Memutuskan menerima atau menolak tindakan penyesuaian. c.
Memutuskan besarnya nilai tertentu untuk pengenaan bea masuk antidumping.
d. Memutuskan untuk menghentikan atau melanjutkan pengenaan bea
masuk antidumping.
91
Ibid., Pasal 10 ayat 1.
92
Ibid., Pasal 9.
93
Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 1996, Pasal 17, 22, 26 dan 33.
e. Memutuskan untuk menghentikan atau melanjutkan pengenaan bea
masuk antidumping dalam hal dilakukannya review atas bea masuk antidumping.
3. Menteri Keuangan
Selaku penyelenggara otoritas moneter, Menteri Keuangan dalam pengadministrasian peraturan antidumping mempunyai kewenangan sebagai
berikut:
94
a. Menetapkan tindakan sementara yang dapat berupa:
1 Pembayaran bea masuk antidumping sementara; atau
2 Penyerahan jaminan dalam bentuk uang tunai, jaminan bank atau
jaminan dari perusahaan asuransi. b.
Mengakhiri tindakan sementara yang dapat berupa: 1
Pengenaan bea masuk antidumping; atau 2
Pencabutan tindakan sementara dan pengembalian pembayaran bea masuk antidumping sementara atau pengembalian jaminan.
c. Menetapkan besarnya bea masuk antidumping.
4. Direktur Jenderal Bea dan Cukai
Selaku lembaga yang berada di bawah Departemen Keuangan, Direktur Jenderal Bea dan Cukai memiliki kewenangan sebagai berikut:
95
a. Memungut bea masuk antidumping sementara dan bea masuk
antidumping
94
Ibid., Pasal 18, 19, 20, dan 27.
95
Ibid., Pasal 29 dan 30.
b. Menetapkan dan mengembalikan kelebihan pembayaran bea masuk
antidumping sementara c.
Menetapkan dan mengembalikan kelebihan bea masuk antidumping 5.
Badan Penyelesaian Sengketa Pajak Keberatan terhadap penetapan bea masuk antidumping dapat diajukan
kepada lembaga banding sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 97 Undang- Undang No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan. Lembaga yang dimaksud adalah
Badan Penyelesaian Sengketa Pajak yang bertugas memeriksa dan memutuskan banding terhadap keputusan penerapan bea masuk antidumping oleh pejabat yang
berwenang.
96
C. Prosedur Permohonan dan Tahapan Proses Penyelidikan