167
Gambar 3.12.5 adalah variasi proporsi penggunaan KB menurut jenis jangka waktu efektivitas MKJP dan Non MKJP. Proporsi penggunaan KB non MKJP tertinggi di Kalimantan Barat
64,9 dan paling rendah di Papua 16,2. Penggunaan alatcara KB dengan MKJP paling tinggi di Bali 24,6 sedangkan paling kecil adalah Papua 3,3.
Gambar 3.12.5 Proporsi WUS kawin yang menggunakan alatcara KB modern berdasarkan kelompok jangka
waktu efektivitas KB menurut provinsi, Indonesia, 2013 Proporsi penggunaan KB modern kelompok hormonal menurut karakteristik paling tinggi pada
kelompok umur 25-29 tahun 58,4, tamat SD dan tamat SLTP 57,7, petaninelayanburuh 55,2, tinggal di perdesaan 56,4 dan kuintil indeks kepemilikan menengah bawah 58,2
Tabel 3.12.7 pada buku Riskesdas 2013 dalam Angka. Proporsi penggunan KB modern berdasarkan jangka waktu efektivifas menurut karakteristik, non
MKJP banyak digunakan oleh kelompok umur 25-29 tahun, tamat SLTP, tidak bekerja, tinggal di perdesaan dan dengan kuintil indeks kepemilikan menengah bawah. Pengguna jenis MKJP
paling tinggi pada kelompok umur 40-44 tahun, pendidikan tinggi tamat PT, pegawai, bertempat tinggal di perkotaan dan dengan kuintil indeks kepemilikan teratas Tabel 3.12.7 pada buku
Riskesdas 2013 dalam Angka.
c. Tempat dan tenaga untuk pelayanan KB modern
Informasi tempat dan tenaga pelayanan KB modern bermanfaat untuk mengevaluasi pelaksanaan program pelayanan KB.
49,1 10,2
0,0 20,0
40,0 60,0
80,0 100,0
Pa pu
a NTT
Mal uk
u Su
m ut
D IY
Pa ba
r Ke
p. R
iau Ba
li Mal
ut Su
m ba
r Su
lb ar
D K
I Su
ls el
Ac eh
Su ltr
a Go
ro nt
alo N
TB Ja
te ng
R iau
IND ONE
S IA
Ka ltim
Su lu
t Ja
tim Su
lteng Be
ng ku
lu Ba
nt en
Ja ba
r Ba
be l
Su m
se l
La mpu
ng Ka
ls el
Ja mbi
Ka lteng
Ka lb
ar
NON MKJP MKJP
168
Gambar 3.12.6 Proporsi pemanfaatan tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan dalam mendapatkan pelayanan
KB, Indonesia 2013 Gambar 3.12.6 memperlihatkan penggunaan tempat dan tenaga yang memberi pelayanan KB.
Terlihat bahwa praktek bidan dan bidan banyak perperan dalam pelayanan KB. Proporsi tersebut bervariasi menurut karakteristik. Tempat yang banyak dikunjungi adalah praktek bidan 54,6
dan paling kecil adalah tim KB keliling 0,8. Proporsi WUS kawin berdasarkan tempat mendapatkan pelayanan KB modern menurut provinsi dan karakteristik yang dapat dilihat secara
lengkap pada Tabel 3.12.8 dan 3.12.9 buku Riskesdas 2013 dalam Angka. Hasil ini tidak terlalu berbeda dengan Riskesdas 2010 yang juga menunjukkan dominasi praktek bidan 51,9 dan
yang terendah adalah tim KB keliling 0,9 Badan Litbangkes, 2010. Gambar 3.12.6 juga menunjukkan proporsi WUS kawin berdasarkan tenaga kesehatan yang
memberi pelayanan KB. Tenaga yang paling banyak memberi pelayanan KB adalah bidan 76,5, dibandingkan tenaga kesehatan lainnya. Proporsi WUS kawin berdasarkan tenaga
pemberi pelayanan KB modern menurut provinsi dan karakteristik dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 3.12.10 dan 3.12.11 buku Riskesdas 2013 dalam Angka.
d. Alasan utama tidak menggunakan alatcara KB
Pada Riskesdas 2013, responden ditanyakan alasan utama tidak menggunakan alatcara KB. Secara umum, alasan utama terkait dengan hak setiap perempuan untuk mempunyai anak
sehingga tidak menggunakan KB. Alasan tidak menggunakan KB karena masalah fertilitas dan ingin punya anak mengindikasi kelompok yang tidak memerlukan KB. Alasan lainnya seperti
masalah kepercayaan, dilarang suamikeluarga, kurang pengetahuan, masalah akses alat KB, takut efek samping dan alasan tidak nyaman dapat menjadi informasi penting bagi pemerintah
dalam merancang program intervensi untuk meningkatkan cakupan KB. Alasan utama tidak menggunakan alatcara KB dapat dilihat pada Gambar 3.12.7, sedangkan
alasan menurut provinsi disajikan pada Tabel 3.12.12 buku Riskesdas 2013 dalam Angka untuk kelompok WUS kawin yang pernah menggunakan KB dan Tabel 3.12.13 untuk kelompok WUS
kawin yang tidak pernah menggunakan KB. Berdasarkan Tabel 3.12.12 buku Riskesdas 2013 dalam Angka, provinsi dengan persentase paling tinggi tidak menggunakan KB karena alasan
dilarang agamakepercayaan adalah di Kalimantan Barat 2,4, alasan dilarang suami atau keluarga di Nusa Tenggara Barat 5,9 dan alasan kurang pengetahuan di Papua 1,9. DI
Yogyakarta adalah provinsi yang paling tinggi dengan alasan takut efek samping 26,0. Alasan permasalahan akses alat KB paling tinggi di Papua Barat dan Maluku, masing-masing 4,3 persen
sedangkan alasan ketidaknyamanan paling tinggi dikeluhkan di Sumatera Utara 21,8. 6,0
2,8 76,5
3,0 11,7
0,0 10,0
20,0 30,0
40,0 50,0
60,0 70,0
80,0 90,0
dr kebid kandungan
dr umum Bidan
Perawat Lainnya
Tenaga Kesehatan
RS; 6,5 Puskesma
s Pustu; 14,3
Klinik BP;
1,6 Tim KB
Medis keliling;
0,8 Praktek
dokter; 1,9
Praktek bidan; 54,6
Praktek perawat; 2
Polindes Poskesdes
; 4,7 Posyandu;
1,9 Apotek
lainnya; 11,7
Fasilitas Kesehatan
169
Kelompok WUS kawin yang tidak pernah menggunakan KB Tabel 3.12.13 buku Riskesdas 2013 dalam Angka menunjukkan bahwa Papua adalah provinsi paling tinggi yang beralasan utama
masalah agama 9,8, dilarang suamikeluarga 12,0 dan kurang pengetahuan 18,5. DI Yogyakarta adalah provinsi yang paling banyak memberi alasan takut efek samping 24,9
sedangkan Papua Barat adalah provinsi paling tinggi dengan alasan masalah akses terhadap alatcara KB 3,5 serta Maluku paling tinggi menyatakan alasan tidak nyaman 11,4. Alasan
tersebut merupakan informasi yang dapat menjadi masukan bagi perencana program dalam merancang intervensi untuk meningkatkan pelayanan KB di daerah tersebut.
Gambar 3.12.7 Proporsi alasan utama tidak menggunakan alatcara KB bagi WUS kawin pernah dan tidak
pernah ber-KB, Indonesia 2013
3.12.3. Pelayanan kesehatan masa kehamilan, persalinan, dan nifas
Setiap kehamilan dapat menimbulkan risiko kematian ibu .
Pemantauan dan perawatan kesehatan yang memadai selama kehamilan sampai masa nifas sangat penting untuk kelangsungan hidup
ibu dan bayinya. Dalam upaya mempercepat penurunan kematian ibu, Kementerian Kesehatan menekankan pada ketersediaan pelayanan kesehatan ibu di masyarakat.
20,1 36,6
9,3 0,7
2,0 0,3
17,2 1,5
12,2
7,2 46,6
15,7 3,3
6,1 3,4
11,0 1,4
5,2
0,0 10,0
20,0 30,0
40,0 50,0
Fertilitas Ingin punya anak
Responden tidak ingin Masalah kepercayaanagama
Dilarang suami keluarga Kurang pengetahuan
Takut efek samping Masalah akses alat KB
Tidak nyaman
Tidak pernah KB Pernah KB
170
Riskesdas 2013 menanyakan kepada semua perempuan 10-54 tahun yang pernah melahirkan. Selanjutnya pada responden yang pernah melahirkan lahir hidup dan lahir mati pada periode 1
Januari 2010 sampai saat wawancara ditanyakan lebih lanjut tentang pengalaman
mendapat pelayanan kesehatan selama periode hamil sampai masa nifas. Analisis
dilakukan terhadap 49.603 kelahiran untuk mendapat gambaran indikator pelayanan
kehamilan, persalinan sampai masa nifas. Terdapat 2 indikator MDGs yang diperoleh
dari bagian ini yaitu cakupan ANC minimal 1 kali dan ANC minimal 4 kali serta proporsi
penolong persalinan oleh tenaga kesehatan yang kompeten.
a. Pelayanan kesehatan ibu hamil dan indikator cakupan ANC