Konsumsi zat besi HASIL DAN PEMBAHASAN

172 b. Tenaga dan tempat pemeriksaan kehamilan Tenaga kesehatan yang kompeten memberi pelayanan pemeriksaan kesehatan ibu hamil adalah dokter kebidanan dan kandungan, dokter umum, bidan dan perawat Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Kemkes RI, 2009. Fasilitas kesehatan disediakan untuk meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil dari rumah sakit hingga posyandu. Gambar 3.12.10 adalah proporsi kelahiran yang mendapat pelayanan ANC menurut tenaga dan tempat menerima ANC. Bidan merupakan tenaga kesehatan yang paling berperan 87,8 dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu hamil dan fasilitas kesehatan yang banyak dimanfaatkan ibu hamil adalah praktek bidan 52,5, PuskesmasPustu 16,6 dan Posyandu 10,0. Hal ini juga terlihat di semua provinsi. Gambar 3.12.10 Proporsi kelahiran yang melakukan pemeriksaan kehamilan menurut tenaga dan tempat mendapat pelayanan ANC, Indonesia 2013 Proporsi tenaga kesehatan yang memberi pelayanan pemeriksaan kehamilan menurut provinsi dan karakteristik dapat dilihat pada buku Riskesdas 2013 dalam Angka Tabel 3.12.16 dan 3.12.17. Masyarakat dengan karakteristik tinggal di perdesaan, pendidikan rendah dan berada pada kuintil indeks kepemilikan terbawah hingga menengah cenderung memilih bidan saat melakukan pemeriksaan kehamilan. Sebaliknya dokter spesialis kebidanan dan kandungan dipilih oleh masyarakat di perkotaan, pendidikan tinggi dan kuintil indeks kepemilikan teratas. Proporsi tempat mendapat layanan ANC menurut provinsi dan karakteristik dapat dilihat pada buku Riskesdas 2013 dalam Angka Tabel 3.12.18 dan 3.12.19.

c. Konsumsi zat besi

Zat besi sangat dibutuhkan oleh ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia dan menjaga pertumbuhan janin secara optimal. Kementerian Kesehatan menganjurkan agar ibu hamil mengonsumsi paling sedikit 90 pil zat besi selama kehamilannya Depkes RI, 2001. Pada Riskesdas 2013 menanyakan apakah mengonsumsi zat besi selama hamil dan berapa hari mengonsumsi zat besi selama hamil. Zat besi yang dimaksud adalah semua konsumsi zat besi selama masa kehamilannya termasuk yang dijual bebas maupun multivitamin yang mengandung zat besi. Gambar 3.12.11 menunjukkan konsumsi zat besi dan variasi jumlah asupan zat besi selama hamil di Indonesia sebesar 89,1 persen. Di antara yang mengonsumsi zat besi tersebut, terdapat 33,3 persen mengonsumsi minimal 90 hari selama kehamilannya. Dr kebid. kandungan 11,1 Dr umum 0,7 Bidan 87,8 Perawat 0,4 RS 6,5 RB 3,5 Puskesmas Pustu 16,6 Praktek dr klinik 4,3 Praktek bidan 52,5 PoskesdesPol indes 6,0 Posyandu 10,0 Lainnya 0,6 173 Gambar 3.12.11 Proporsi kelahiran menurut konsumsi zat besi Fe dan jumlah hari mengonsumsi, Indonesia 2013 Provinsi dengan asupan zat besi minimal 90 hari tertinggi di DI Yogyakarta 58,1 dan terendah di Lampung 15,4 lihat Tabel 3.12.20 Buku Riskesdas 2013 dalam Angka. Konsumsi zat besi menurut karakteristik pada Tabel 3.12.21 buku Riskesdas 2013 dalam Angka menunjukkan semakin tinggi pendidikan dan kuintil indeks kepemilikan, maka semakin besar persentase cakupan konsumsi zat besi. d. Kepemilikan buku KIA dan pelaksanaan P4K Buku Kesehatan Ibu dan Anak Buku KIA telah dirintis sejak 1997 dengan dukungan dari JICA Japan International Cooperation Agency. Buku KIA berisi catatan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas dan anak bayi baru lahir, bayi dan anak balita. Buku KIA juga memuat informasi tentang cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak. Setiap kehamilan mendapat 1 buku KIA. Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi P4K merupakan program terobosan Kementerian Kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat tentang kesehatan ibu sebagai upaya untuk menurunkan kematian ibu Factsheet Ditjen Bina Kesehatan Ibu. P4K adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat yang difasilitasi oleh tenaga kesehatan, kader, tokoh agamatokoh masyarakat untuk meningkatkan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam perencanaan persalinan, persiapan menghadapi komplikasi kehamilanpersalinan, perencanaan penggunaan kontrasepsi pasca persalinan bagi setiap ibu hamil dengan menggunakan media stiker sebagai penanda. Wujud penerapan P4K tersebut juga dituliskan pada Buku KIA dalam lembar ‘Amanat Persalinan’. Setiap kehamilan yang mendapat buku KIA dan membuat perencanaan persalinan dituliskan pada lembar tersebut Kementerian Kesehatan, 1997. Pada Riskesdas 2013, enumerator menanyakan kepemilikan Buku KIA. Apabila responden bisa menunjukkan buku KIA, maka dilanjutkan dengan observasi 5 komponen P4K terhadap lembar Amanat Persalinan yang terkait dengan perencanaan persalinan, persiapan kegawatdaruratan dan perencanaan KB yaitu : 1. Penolong persalinan nama-nama tenaga kesehatan yang akan menangani saat bersalin. 2. Dana persalinan rencana sumber pembiayaan yang akan digunakan untuk biaya persalinan. 3. Kendaraanambulans desa kendaraan yang disiapkan untuk membawa ibu hamil menuju tempat bersalin jika sewaktu-waktu akan melahirkanperlu rujukan. 4. Metode KB rencana jenis KB yang akan dipilih setelah melahirkan, dan 5. Sumbangan darah nama-nama calon donor darah apabila sewaktu-waktu terjadi kasus perdarahankomplikasi lain yang memerlukan sumbangan darah. Tidak konsum si zat besi 10,9 Mengon sumsi Fe 89,1 90+ 33,3 90 34,4 Lupa 21,4 174 35,5 17,5 14,6 19,2 12,2 10,7 5 10 15 20 25 30 35 40 Penolong persalinan Dana persalinan Kendaraan ambulans desa Metode KB Donor Darah Isian Lengkap 5 Komponen Kelengkapan Gambar 3.12.12 Proporsi kelahiran menurut kepemilikan buku KIA dan isian 5 Komponen P4K berdasarkan hasil observasi lembar Amanat Persalinan dari yang dapat menunjukkan Buku KIA, Indonesia 2013 Hasil analisis menunjukkan bahwa 80,8 persen mempunyai buku KIA, namun yang bisa menunjukkan hanya 40,4 persen. Variasi kepemilikan buku KIA dan bisa menunjukkan buku KIA menurut provinsi antara cakupan terendah di Papua Barat 14,8 dan tertinggi di DI Yogyakarta 63,5. Gambar 3.12.12 menunjukkan hasil observasi buku KIA terhadap 5 komponen P4K menunjukkan bahwa isian penolong persalinan sebesar 35,4 persen, dana persalinan sebesar 17,3 persen, kendaraanambulans desa sebesar 14,4 persen, metode KB pasca salin sebesar 19,2 persen dan 12,1 persen untuk isian sumbangan darah. Kelengkapan isian pada semua komponen sebesar 10,7 persen dan 64,0 persen tidak ada isian. Kepemilikan buku KIA dan isian 5 komponen hasil observasi menurut provinsi dan karakteristik dapat dilihat pada Tabel 3.12.22 dan 3.12.23 buku Riskesdas 2013 dalam Angka.

e. Metode persalinan