Usaha Budidaya Rumput Laut Metode Rakit.
Studi Kelayakan Untuk Pengembangan Keramba Jaring Tancap dan Rumput Laut di Wilayah Coremap
Kabupaten Natuna
92
meindahkan rakit lebih ke tempat terlindung. Namun dari aspek pertumbuhan rumput sangat dipengaruhi faktor lingkungan.
Dari hasil survei lapangan dan wawancara mendalam indepth interview dengan stakeholder utama, pembudidaya Keramba Jaring Tancap di berbagai
desa di beberapa desa Coremap Natuna, kemudian berdasarkan informasi biaya input biaya operasional dan investasi, serta harga hasil output kegiatan, berikut
ini diuraikan secara ringkas Perkiraan Biaya dan Penghasilan Usaha Tabel 22.
Tabel 22. Perkiraan biaya dan penghasilan usaha rumput laut dengan metoda Rakit di 9 desa COREMAP Natuna.
ASUMSI INPUT KINERJA SATUAN
NILAI
Harga bibit rumput RpKg
1.000
Konversi produk kering Ratio
9
Bunga Uang bulan
1
Depresiasi Penyusutan tahun
20
Penyiapan Lokasi 1000 m
2
RpUnit 1.022.000
Jumlah Unit Usaha 1000 m
2
Berat Bibit kgikat
0.25
Perawatan modaltahun
8
Pengembalian Modal tahun
5
Survival Rumput Laut 90
Masa pemeliharaan Hari
45
Pertumbuhansiklus X berat awal
3.8
Siklus pemeliharaantahun Kali
6
Perawatansiklus OH 7
Sumber: Data Olahan Tim Survei 2008
Dari hasil survei ke beberapa desa di Kabupaten Natuna, sebagian besar sekitar 80 KK penduduk sudah mengenal pembudidayaan rumput laut.
Kegiatan ini sebagai kegiatan mata pencaharian tambahan utama masyarakat pesisir di samping sebagai nelayan tangkap jaring, bubu, pancing.
Selain dipengaruhi faktor musim, jumlah hasil panen budidaya rumput laut juga ditentukan oleh ketekunan merawatnya serta jumlah tali yang digunakan.
Selanjutnya analisis rentabilitas usaha budidaya ikan dengan metode rakit disajikan pada tabel 23.
Studi Kelayakan Untuk Pengembangan Keramba Jaring Tancap dan Rumput Laut di Wilayah Coremap
Kabupaten Natuna
93
Tabel 23. Analisis Rentabilitas Usaha Budidaya Rumput Laut Metode Rakit.
RINCIAN BIAYA Rupiah
Investasi
2.500.000
Penyiapan LokasiPipa Paralon 2.500.000
Pembelian Perahu --
Lain Lain 50.000
Biaya Tetap FC
381.480
PenyusutanSiklus 69.800
PerawatanSiklus 175.000
Bunga modal 41.880
Pengembalian ModalSiklus 69.800 Lain lain
25.000
Biaya Tidak Tetap VC
1.459.500
Bibit Rumput Laut 959.000
Pengikatan Benih 2 OH 100.000 Biaya Panen 4 OH 200.000
Biaya Penjemuran 4 OH 100.000
TOTAL BIAYA FC + VC 3.331.980
Sumber: Data Olahan Tim Survei 2008
Selanjutnya perhitungan Investasi, biaya tidak tetap, biaya total, protabilitas usaha, BEP disajikan pada Tabel 24.
Tabel 24. Hasil perhitungan
Pemakaian bibitsikluskg 959 kg
Pertumbuhan Harian hari 3
Biaya Pengganti Tenaga Kerja Rphari 30.000 Harga Rumput Kering Rpkg 4.500
Produksi Basah kg 3.264 Produksi Kering kg 362.7
Investasi Rp 3.331.980
Biaya Tetap Rp 311.480
Biaya Tidak Tetap Rp 1.139.500
Biaya Total Rp 1.450.000
Nilai Produksi Rp 1.632.150
Keuntungan Rp 601.150
BenefitCost 0.58 Profitabilitas 41.45
BEP Produksi Tetap RpKg 5.773 kering
BEP Harga Tetap Kg 465 kering
Sumber: Data Olahan Tim Survei 2008
Studi Kelayakan Untuk Pengembangan Keramba Jaring Tancap dan Rumput Laut di Wilayah Coremap
Kabupaten Natuna
94
Berdasarkan kondisi lingkungan internal dan eksternal industriusaha kecil masyarakat pesisir di Kabupaten Natuna di atas maka secara kualitatif untuk
sasaran pengembangan ke depannya perlu difokuskan kepada beberapa hal berikut ini.
1. Tersedianya informasi tentang peluang pasar dalam dan luar daerah untuk berbagai kelompok dan komoditi industri dengan teknologi sederhana.
2. Terbukanya kesempatan usaha baru dengan bahan baku berbasis sumberdaya alam SDA setempat.
3. Meningkatnya nilai tambahpendapatan yang diterima usahawanperajin. 4. Mengurangi
pengangguran. 5. Meningkatnya daya saing industri dengan melakukan penerapan teknologi
produksi sederhana dan mudah dikuasai untuk diversifikasi produk dan desain dalam membuat inovasi.
6. Tersedianya bahan baku alternatif yang dapat dijadikan sebagai pilihan. 7. Meningkatnya bantuan permodalan, perpajakan, dan insentif lainnya.
8. Meningkatnya informasi untuk pengembangan manajemen maupun mutu produk.
9. Tumbuh dan
berkembangnya perekonomian
daerah. Upaya pengembangan industriusaha kecil masyarakat pesisir sebagai
salah satu penggerak perekonomian Kabupaten Natuna perlu didukung dengan melakukan empat hal.
• Pertama, menetapkan suatu kerangka kebijakan pengembangan
industriusaha masyarakat pesisir sebagai penggerak perekonomian daerah yang selaras antara kebijakan pengembangan usaha kecil dan
menengah secara nasional dan kebijakan pembangunan di daerah. •
Kedua, meningkatkan industriusaha penggerak pembangunan daerah di bidang teknologi, manajemen dan kualitas SDM yang didukung oleh pihak
Studi Kelayakan Untuk Pengembangan Keramba Jaring Tancap dan Rumput Laut di Wilayah Coremap
Kabupaten Natuna
95
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN, BUMD dan lembaga- lembaga terkait.
• Ketiga, memperluas kesempatan berusaha dan kesempatan kerja di
daerah sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya bagi industriusaha masyarakat pesisir di Kabupaten Natuna.
• Keempat, memperluas jangkauan pasar lokal menjadi pasar antar
provinsi bahkan pasar ekspor melalui peningkatan daya saing dan informasi tentang prospek pasar produk yang dihasilkan.
Untuk mewujudkan visi, misi, dan arah pengembangan industriusaha kecil masyarakat pesisir Kabupaten Natuna sebagai salah satu penggerak
perekonomian daerah perlu ditetapkan kebijakan berikut ini: 1. Pengembangan industri ditekankan pada upaya optimalisasi penggunaan
sumber daya alam lokal untuk meningkatkan nilai tambah, memperkuat struktur industri, memenuhi kebutuhan pasar dalam daerah dan
memperkuat daya saing produk terhadap produk lual serupa. 2. Selalu mengacu kepada pengaruh lingkungan internal dan eksternal, yaitu
faktor-faktor kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dimiliki masing-masing komoditi terpilih dari industriusaha kecil masyarakat
pesisir sebagai salah satu penggerak perekonomian daerah. 3. Memperkuat struktur industri melalui hubungan vertikal hulu hilir antara
pemasokpenghasil dengan pengguna bahan baku dan hubungan kemitraan antara lembaga terkait dengan industriusaha kecil atau antara
perusahaan besar dengan industriusaha kecil unggulan. 4. Menciptakan iklim usaha yang semakin kondusif, antara lain: kemudahan-
kemudahan yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan, fasilitasi untuk dukungan akses permodalan, akses pasar, akses teknologi
informasi, peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan.
Studi Kelayakan Untuk Pengembangan Keramba Jaring Tancap dan Rumput Laut di Wilayah Coremap
Kabupaten Natuna
96
Berdasarkan misi yang diemban, strategi pengembangan industriusaha kecil masyarakat pesisir Kabupaten Natuna ini ditempuh melalui dua 2 langkah, yaitu:
1 Meningkatkan Permintaan - Memperkuat hubungan kemitraan antara industriusaha kecil
yang termasuk penggerak perekonomian daerah dengan industri besarBUMN maupun lembaga-lembaga pendukung permodalan
dan pemasaran. - Menciptakan kebijakan iklim usaha yang lebih kondusif seperti:
peraturan pajak, bea masuk, distribusi, pemberian insentif, kemudahan kredit, dll.
- Memberikan dukungan litbang dan prasarana serta fasilitasi promosi dan pemasaran baik di dalam negeri maupun di luar
negeri. 2 Meningkatkan Pengembangan Usaha
- Menjaga kontinuitas dan standarisasi mutu bahan baku.
- Memperbaiki dan meningkatkan produktivitas mesinperalatan.
- Meningkatkan kualitas
SDM. -
Fasilitasi akses permodalan, informasi dan pemasaran. - Penerapan
strategi disesuaikan
dengan kemampuan
internal kekuatan dan kelemahan di industriusaha kecil masing-masing
daerah serta faktor-faktor eksternal peluang dan ancaman untuk setiap komoditi industriusaha kecil sebagai salah satu penggerak
perekonomian daerah. Dari sisi pasar, paling kurang ada 3 masalah utama yaitu:
1. Rendahnya diversifikasi komoditi baik bahan baku maupun bahan olahan 2. Rendahnya penguasaan terhadap pasar yang disebabkan oleh kurangnya
intelejensi, strategi dan promosi pasar
Studi Kelayakan Untuk Pengembangan Keramba Jaring Tancap dan Rumput Laut di Wilayah Coremap
Kabupaten Natuna
97
3. Distorsi pasar yang menyebabkan tidak berjalannya mekanisme pasar dan mendongkrak ongkos produksi.
Distorsi pasar juga mengakibatkan harga komoditi dibawah harga yang semestinya under value, margin produksi jauh lebih kecil dari margin market
sehingga terjadi kecenderungan orang hanya berusaha hanya disektor perdagangan.
Studi Kelayakan Untuk Pengembangan Keramba Jaring Tancap dan Rumput Laut di Wilayah Coremap
Kabupaten Natuna
98