Studi Kelayakan Untuk Pengembangan Keramba Jaring Tancap dan Rumput Laut di Wilayah Coremap
Kabupaten Natuna
2
justru menurunkan atau merusakkan potensi yang ada. Hal ini karena aktivitas- aktivitas tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
kehidupan organisme di wilayah pesisir, melalui perubahan lingkungan di wilayah tersebut.
Di lain pihak dapat dikatakan bahwa aktifitas usaha yang dilakukan di wilayah pesisir haruslah sesuai dengan daya dukung lingkungan wilayah
pesisir tersebut. Jika hal ini tidak sesuai akan dapat menimbulkan permasalahan-permasalahan baru, baik itu dari usaha itu sendiri maupun dari
factor lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Bengen, 2002 pembangunan wilayah pesisir sudah selayaknya berpegang kepada kondisi
ekosistem tempatan dan sumberdaya yang mendukung. Hal ini penting dilakukan karena dalam strategi pembangunan berkelanjutan, pernyataan
pengembangan masyarakat melalui pemberdayaan dengan mengelola potensi dan sumberdaya akan sangat menunjang dalam peningkatan ekonomi
masyarakat yang akhirnya mengarah kepada peningkatan ekonomi daerah atau Pendapatan Asli Daerah.
1.2. Kondisi Existing
Salah satu Kabupaten yang terdapat di propinsi Kepulauan Riau dengan wilayah pesisir yang cukup luas adalah Kabupaten Natuna. Kabupaten ini
memiliki beberapa gugusan pulau, yaitu; gugusan Jemaja, gugusan Anambas dan gugusan Bunguran. Gugusan kepulauan Bunguran terdiri dari Pulau
Bunguran Besar, Pulau Midai, Pulau Subi dan Pulau Serasan. Sebagaimana daerah kepulauan lainnya di Indonesia, beberapa
komponen masyarakat yang tinggal dan berdomisili di wilayah Kabupaten Natuna menggantungkan hidupnya dengan melakukan aktifitas di bidang perikanan, baik
itu penangkapan maupun budidaya. Aktifitas ini umumnya memliki sentra didesa- desa yang terdapat diwilayah pesisir.
Studi Kelayakan Untuk Pengembangan Keramba Jaring Tancap dan Rumput Laut di Wilayah Coremap
Kabupaten Natuna
3
Untuk bidang KJT dan rumput laut, saat ini sedang berkembang usaha Keramba Jaring Tancap dan budidaya rumput laut, khususnya di wilayah
pesisir Pulau Bunguran. Hal ini merupakan pengembangan usaha yang dipilih oleh masyarakat dari mata pencaharian alternatif yang diterapkan oleh
Program COREMAP di Natuna. Diketahui
perkembangan usaha
Keramba Jaring
Tancap cukup signifikan ditengah masyarakat, namun diketahui bahwa penempatan
keramba tersebut masih belum tertata dengan baik, sehingga sering terjadi perbenturan kepentingan, misalnya dalam aspek alur kapal dan
pemukiman. Dalam pengembangan usaha Keramba Jaring Tancap dan Budidaya
Rumput Laut yang dilakukan oleh masyarakat selama ini diketahui bahwa mereka hanya berpedoman kepada pengalaman rekan mereka dan dari
informasi yang dapatkan. Dari kondisi ini mengakibatkan masih dijumpainya permasalahan-permasalahan dalam kegiatan keramba Jaring Jaring Tancap
yang dialami oleh pelaku seperti : tingkat kematian yang tinggi, kerusakan KJT akibat penempatan yang kurang tepat. Sedangkan untuk usaha budidaya rumput
laut belum diketahuinya masa pertumbuhan yang baik untuk rumput laut yang sesuai dengan kondisi lingkungan.
Dalam melakukan kedua usaha ini masyarakat tidak memilih lokasi yang sesuai dengan prasyarat, baik itu daya dukung lingkungan maupun peruntukkan
wilayah. Faktor yang menjadi penentu untuk saat sekarang ini lebih kepada kedekatan dengan pemukiman. Padahal dalam usaha KJT dan budidaya rumput
laut terdapat beberapa parameter yang menjadi kunci keberhasilan. Selain itu seperti telah dipaparkan diatas, bahwa wilayah pesisir itu memiliki beberapa
peruntukan. Oleh karenanya sangat perlu dilakukan pengidentifikasian lokasi- lokasi yang cocok dan layak secara parameter guna pengembangan usaha KJT
dan budidaya rumput laut ini. Semua permasalahan diatas dapat dijawab dengan melakukan kegiatan
penelitian secara terpadu.