Studi Kelayakan Untuk Pengembangan Keramba Jaring Tancap dan Rumput Laut di Wilayah Coremap
Kabupaten Natuna
14
= D ∗
LKL LUM
Dimana : LKL : adalah Luas Kapasitas kesesuaian lahan LUM : adalah Luasan unit metode
D : adalah koefisien budidaya efektif 60
2.2.2. Penentuan Kesesuaian Kawasan Pengembangan KJT dan Rumput Laut
Analisa informasi kualitas perairan dari data citra yang digunakan mengacu kepada penelitian yang dilaksanakan oleh Pusat Pengembagan
Pemanfaatan dan Teknologi Penginderaan Jauh, Deputi Bidang Penginderaan Jauh, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional LAPAN pada proyek
Pemanfaatan Teknologi Dirgantara untuk Pembangunan Ekonomi Masyarakat Tahun Anggaran 2004 tentang Implementasi dan Pembinaan Pemanfaatan
Penginderaan Jauh untuk KJT dan rumput laut Studi Kasus: Kesesuaian Perairan Budidaya Ikan Kerapu dengan Menggunakan Keramba Jaring Apung di
Kabupaten Situbondo. Analisa tersebut memanfaatkan formula-formula yang telah
dikembangkan sebelumnya. Formula tersebut adalah; •
Informasi Klorofil-a; Chl-a = 21,279 TM1 TM2 – 0, 908 • Informasi
Kecerahan; Kecerahan m = 17.51427 – 0.10925 b1
• Informasi Dissolved Oxygen DO; DO mgl = 15.77198 – 3.58125
b1b3+1 • Informasi
Biochemical Oxygen Demand BOD; BOD mgl = 12.91663 – 1.13276 DO.
Proses penentuan kesesuaian kawasan tersebut dilakukan dengan menggunakan operasi spasial dengan memanfaatkan aplikasi SIG. Operasi
spasial tersebut merupakan operasi tumpang susun overlay, dalam prosesnya operasi tumpang susun adalah adalah suatu proses penyatuan data spasial dan
merupakan salah satu fungsi efektif dalam SIG yang digunakan dalam analisa
Studi Kelayakan Untuk Pengembangan Keramba Jaring Tancap dan Rumput Laut di Wilayah Coremap
Kabupaten Natuna
15
keruangan. Sedangkan metode yang digunakan adalah weighted overlay ESRI, 2007. Weighted overlay merupakan sebuah teknik untuk menerapkan sebuah
skala penilaian untuk membedakan dan menidaksamakan input menjadi sebuah analisa yang terintegrasi. Weighted overlay memberikan pertimbangan terhadap
factor atau kriteria yang ditentukan dalam sebuah proses pemilihan kesesuaian. Ada kalanya faktor yang ditentukan memiliki kepentingan dan pengaruh yang
berbeda berdasarkan nilai prioritas. Weighted overlay akan mengelompokkan kembali nilai yang menjadi masukan kedalam sebuah skala eveluasi kesesuaian
or keinginan; resiko atau beberapa kesamaan, kesatuan skala. Beberapa tahapan yang harus dilakukan adalah:
1. Menentukan angka skala evaluasi, dalam kegiatan ini dipilih skala 1 – 10, nilai terendah merupakan nilai ketidak sesuaian 1 sedangkan nilai 10
merupakan nilai yang sangat sesuai. 2. Nilai input akan diatur berdasarkan nilai skala evaluasi dan akan
dikelompokkan berdasarkan nilai skala tersebut. 3. Setiap nilai input akan diberi pembobotan weighted, berdasarkan nilai
pengaruhnya yang dihitung dalam persentase , dan mengacu kepada prioritasnya terhadap model yang dibangun. Total persetase pengaruh
adalah 100. 4. Nilai
input akan dikalikan dengan pembobotannya 5. Hasilnya akan ditambahkan secara bersamaan untuk menghasilkan kelas
kesesuaian. Untuk memperjelas keterangan diatas dapat diilustrasikan pada gambar
berikut ini;
A B
C
Gambar 3. Ilustrasi pengoperasian weighted model