Kuantifikasi Kriteria Kesesuaian Pendekatan Spasial

Studi Kelayakan Untuk Pengembangan Keramba Jaring Tancap dan Rumput Laut di Wilayah Coremap Kabupaten Natuna 10

C. Analisis Data Spasial

Analisis data spasial merupakan bagian dalam pengolahan data dengan menggunakan SIG. Dalam melakukan analisis data spasial ada beberapa tahapan penelitian yang dilakukan, tahapan tersebut terdiri dari: C.1. Pengumpulan Data Spasial Langkah awal dalam pengumpulan dan pengukuran data spasial adalah menentukan batasan kawasan kegiatan. Batasan kawasan yang dimaksud adalah jarak terjauh kearah laut yang memungkinkan untuk melakukan aktifitas budidaya keramba jaring tancap dan rumput laut. Batasan tersebut adalah sejauh 1000 meter dari garis pantai. Batasan tersebut akan dilakukan dengan menggunakan teknik buffering. Selanjutnya dari batasan kawasan ditentukan stasiun-stasiun pengamatan dan pengukuran kualitas perairan yang menjadi criteria kesesuaian lokasi budidaya. Penentuan stasiun pengamatan dilakukan secara sengaja purposive sehingga dapat mewakili kawasan yang diamati. Setelah penentuan stasiun pengamatan dilakukan diperoleh nilai koordinat bumi dalam bentuk derajat yang kemudian diubah bentuknya menjadi bilangan decimal. Bilangan decimal tersebut akan di-upload ke perangkat global positioning system GPS. Melalui data yang telah di- upload tersebut akan membantu dalam pencarian stasiun pengamatan dilapangan nantinya. C.2. Operasi Spasial Untuk menentukkan pemetaan suatu kawasan yang sesuai dan tidak sesuai bagi pengembangan budidaya rumput laut di wilayah penelitian dilakukan operasi tumpang susun overlay dari setiap layer yang dipakai sebagai criteria. Untuk melakukan teknik overlay tersebut digunakan perangkat lunak ArcGIS 9.x. Tahapan tumpang susun dari masing-masing parameter terlihat pada Gambar 2. Gambar tersebut, memperlihatkan langkah-langkah pelaksanaan Studi Kelayakan Untuk Pengembangan Keramba Jaring Tancap dan Rumput Laut di Wilayah Coremap Kabupaten Natuna 11 tumpang susun dari masing-masing tema layer yang telah ditetapkan sebagai kriteria dari model yang dipakai. Tahapan tumpang susun ini berdasarkan tingkat kepentingan parameter layer terhadap penentuan kesesuaian lahan untuk budidaya keramba jaring tancap dan rumput laut. Hasil dari analisis keruangan tersebut berupa peta kesesuaian lahan untuk budidaya. Gambar 1. Model overlay dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis Hasil akhir dari analisis SIG melalui pendekatan indeks overlay model adalah diperolehnya rangking atau urutan kelas kesesuaian lahan untuk budidaya rumput laut. Kelas kesesuaian lahan dibedakan pada tingkat kelas dan didefinisikan sebagai berikut: • Kelas S1: Tidak Sesuai, yaitu lahan atau kawasan yang tidak sesuai untuk budidaya rumput laut karena mempunyai faktor pembatas yang berat yang bersifat permanen.