Legalitas Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi
f66e pelaksana LPJK, yang kemudian diakhiri dengan sebuah putusan dari
Mahkamah Agung yang ditindaklanjuti Departemen Hukum dan HAM dengan menetapkan LPJK sebagai satu-satunya lembaga jasa konstruksi
sebagaimana dimaksud dalam UU No 18 Tahun 1999. Permasalahan yang menjadi akar dari problem jasa konstruksi secara
keseluruhan adalah lemahnya status kelembagaan LPJK saat ini. Konstruksi kelembagaan LPJK yang menempatkan partisipasi masyarakat jasa
konstruksi sebagai elemen utamanya. Akibatnya konstruksi kelembagaan LPJK tidak jauh berbeda dengan kelembagaan organisasi massa.
Di mana pengurus LPJK dipilih oleh masyarakat jasa konstruksi, kemudian bertanggung jawab kepada musyawarah nasional jasa konstruksi.
Di sisi lain, kelemahan konstruksi kelembagaan tersebut juga terlihat dari dibuatnya Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, sehingga jauh
dari kesan bahwa LPJK adalah lembaga pengatur sebuah sektor sebagaimana di sektor lainnya atau lembaga jasa konstruksi serupa di luar
negeri. Keberadaan LPJK menjadi lebih mirip dengan organisasi massa, lengkap dengan atributnya seperti ADART dan musyawarah nasionalnya.
Akibat dari kondisi ini, maka status LPJK menjadi tidak jelas apakah dia organisasi massa atau lembaga pengatur. Barangkali ungkapan
yang paling tepat adalah dengan menyatakan bahwa LPJK adalah lembaga pengatur jasa konstruksi yang dibangun sebagaimana organisasi massa.