Sertifikat Menjadi Komoditas Position Paper KPPU Terhadap Perkembangan Industri Jasa Konstruksi

f56e Asosiasi tersebut dimunculkan semata-mata hanya karena kepentingan pelaku usaha untuk mendapatkan captive market beberapa bidang jasa konstruksi sehingga tidak diserobot pelaku usaha pesaingnya.

4. Sertifikasi Untuk Menjegal Pelaku Usaha Pesaing

Dalam prakteknya tidak sedikit yang menjadikan sertifikasi sebagai cara yang tepat untuk menyingkirkan pelaku usaha pesaingnya. Proses sertifikasi sengaja dipersulit sehingga pelaku usaha tertentu tidak mudah untuk mendapatkannya. Akibat tidak dimilikinya sertifikasi, maka praktis pelaku usaha pesaing idak dapat mengikuti proses pengadaan barang dan jasa dalam sektor industri jasa konstruksi.

7.5. Arah Sertifikasi Menyimpang dari UU No 18 Tahun 1999

Mencermati kondisi yang saat ini terjadi, maka kita akan mendapati kenyataan bahwa alih-alih proses sertifikasi akan menghasilkan sebuah industri jasa konstruksi yang sehat dan tumbuh dengan baik, malah sebaliknya. Pencari rente dan pelaku usaha yang bukan sesungguhnya justru kini bertebaran. Dari Departemen Pekerjaan Umum diperoleh informasi bahwa kesalahan ini terjadi karena arah yang telah ditetapkan dalam UU No 18 Tahun 1999 telah dibelokkan terutama sejak PP No 28 Tahun 2000 diimplementasikan. Dalam PP inilah proses sertifikasi oleh asosiasi dapat dilakukan. Begitu pula proses akreditasi oleh LPJK terhadap asosiasi dapat dilakukan untuk memungkinkan terjadinya proses sertifikasi tersebut. Padahal secara ideal UU No 18 Tahun 1999 telah mengatur perihal sertifikasi dengan pengaturan sebagai berikut : 1. Pelaku usaha dapat mengajukan usaha untuk memperoleh sertifikat dengan mengajukan pendaftaran untuk mendapatkan sertifikasi kepada Lembaga atau Asosiasi. 2. Asosiasi atau lembaga kemudian melakukan uji kompetensi berkaitan dengan pengalaman, tenaga teknis, modal usaha dan manajemen. Dari hasil pengujian ini akan diperoleh peringkat kompetensi dan kemampuan. 3. Atas dasar itulah maka klasifikasi dan kualifikasi ditentukan oleh lembaga atau asosiasi. Klasifikasi adalah bagian kegiatan untuk menetapkan penggolongan f57e usaha di bidang jasa konstruksi menurut bidang dan sub bidang pekerjaan atau penggolongan profesi keterampilan dan keahlian kerja orang perseorangan di bidang jasa konstruksi menurut disiplin keilmuan dan atau keterampilan tertentu dan atau kefungsian dan atau keahlian masing-masing. Sementara Kualifikasi adalah bagian untuk menetapkan penggolongan usaha di bidang jasa konstruksi menurut tingkatkedalaman kompetensi dan kemampuan usaha, atau penggolongan profesi keterampilan dan keahlian kerja orang perseorangan di bidang jasa konstruksi menurut tingkatkedalaman kompetensi dan kemampuan profesi dan keahlian. 4. Rangkaian pekerjaan No 2 dan 3 inilah yang sebenarnya dinamakan sebagai sertifikasi. Jadi sertifikasi terdiri dari dua kegiatan yakni : a. proses penilaian untuk mendapatkan pengakuan terhadap klasifikasi dan kualifikasi atas kompetensi dan kemampuan usaha di bidang jasa konstruksi yang berbentuk usaha orang perseorangan atau badan usaha; atau b. proses penilaian kompetensi dan kemampuan profesi keterampilan kerja dan keahlian kerja seseorang di bidang jasa konstruksi menurut disiplin keilmuan dan atau keterampilan tertentu dan atau kefungsian dan atau keahlian tertentu. 5. Hasil sertifikasi ini yang kemudian diregistrasi oleh LPJK. Dari proses registrasi inilah sertifikat tentang kualifikasi dan kompetensi dikeluarkan. Dari paparan di atas jelas bahwa sebenarnya sertifikat itu baru dapat berlaku setelah diregistrasi oleh LPJK. Tetapi fakta yang ada saat ini menunjukan bahwa proses ini telah dimanipulasi saat ini dimana sertifikat yang diterbitkan asosiasi, tidak lagi memerlukan registrasi oleh LPJK dan dapat digunakan secara langsung. Pelaku usaha yang tergabung dalam asosiasi yangkemudian menjadi wakil di LPJK telah berhasil untuk merubah prosedur proses sertifikasi ini menjadi seperti saat ini. Akibat kondisi ini maka terjadilah perkembangan yang sangat buruk, sertifikat kini telah berubah menjadi komoditas.

5. ANALISIS KETERKAITAN PERMASALAHAN INDUSTRI JASA

KONSTRUKSI DENGAN UU NO. 5 TAHUN 1999 Berdasarkan paparan analisis permasalahan industri jasa konstruksi di atas, maka selanjutnya dapat dianalisis permasalahan tersebut dalam perspektif persaingan