Pasar Industri Jasa Konstruksi

f14e Perkembangan pasar industri ini terus tumbuh sampai mencapai Rp 45 triliun pada tahun 1995. Pada tahun 2003 jumlah tersebut meningkat fantastis menjadi sekitar Rp 159 Triliun 2 . Diperkirakan pada tahun 2007 ini angka tersebut sudah jauh lebih besar lagi. Dalam salah satu paparannya ketua LPJK yang baru terpilih, Malkan Amin menyatakan bahwa nilai proyek industri jasa konstruksi setiap tahunnya saat ini berkisar pada angka Rp 250 – Rp 300 Triliun 3 . Sebagai bahan pertimbangan dalam mengukur pasar, tabel 6 menyajikan sebuah data perkembangan pasar jasa konstruksi pada tahun 2002, 2003 dan 2004. Tabel 6 Prediksi pasar jasa kontruksi, konsultan konstruksi dan penyerapan tenaga kerja 2004 4 Uraian 2002 2003 2004 Nilai Poyek Jasa Kontruksi triliun rupiah 1 87,77 106,634 127,9608 Nilai Proyek Konsultasi Konstruksi triliun rupiah 2 21,9425 26,6585 31,9902 Kenaikan 21,5 20 Penyerapan Tenaga Kerja orang 3 313.464 380.835 457.002 Pertumbuhan Ekonomi 3,66 4,0 4,5 Sumber : Data diolah dari berbagai sumber

2.1.4. Stakeholder Industri Jasa Konstruksi Indonesia

Seiring perkembangan industri jasa konstruksi Indonesia, maka stakeholder industri terus bertambah. Berkaitan dengan industri jasa konstruksi tersebut, saat ini paling tidak terdapat beberapa stakeholder yang memiliki kepentingan dengan industri tersebut. Beberapa stakeholder yang dapat diidentifikasi secara langsung adalah : 1. Kementerian Pekerjaan Umum, yang merupakan regulator utama di sektor industri jasa konstruksi. Berbagai regulasi sektor industri jasa konstruksi di Indonesia datang dari kementerian ini. 2. Para pelaku usaha jasa konstruksi. Semua pelaku usaha yang jumlahnya berada di atas 100.000 sebagaimana terlihat dalam daftar di atas. Secara 2 Kompas 28 Agustus 2003 : Dana Tersedia untuk Sektor Konstruksi Rp 159 Triliun 3 Bisnis Indonesia 04 Agustus 2007 : LPJK aktifkan 33 BLK untuk cetak kontraktor andal 4 Bisnis Indonesia 4 Juli 2003 : Bisnis konsultansi konstruksi 2004 diprediksi Rp32 triliun f15e spesifik mereka terdiri dari perusahaan kontraktor jasa konstruksi dan perusahaan konsultan jasa konstruksi. 3. Konsumen dari jasa konstruksi secara langsung. 4. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia. Dalam hal ini mewakili konsumen jasa konstruksi, sepeti konsumen jalan tol. 5. Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi, yang saat ini memiliki kewenangan oleh Menteri untuk melakukan sertifikasi kompetensi dan badan usaha.

2.2. Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi

Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi LPJK kini secara de facto oleh sebagian besar stakeholder industri jasa konstruksi dianggap sebagai lembaga jasa konstruksi sebagaimana dimaksud dalam pasal 32 UU No 5 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. Dalam anggaran dasar LPJK, pasal 4 diketahui bahwa LPJK didirikan berdasarkan UU No 18 Tahun 1999 yang dideklarasikan pembentukannya di Jakarta tanggal 9 Agustus 1999, dengan Pemerintah sebagai inisiator dan fasilitator. Dalam anggaran rumah tangga bahkan diperjelas bahwa deklarasi pembentukan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi LPJK, ditandatangani oleh Asosiasi Perusahaan AKAINDO, AKI, AKLI, APBI, APPAKSI, GAPENRI, GAPENSI, INKINDO, Asosiasi Profesi HAEI, HAKI, HAMKI, HATHI, HATTI, HPJI, HDII, IAFBI, IAI, IALI, IAMPI, IAP, IASMI, KNIBB, PATI, PII, wakil Pemerintah, wakil pakar, wakil perguruan tinggi dan diketahui oleh Menteri Pekerjaan Umum. Dalam anggaran rumah tangga tersebut juga diketahui bahwa pada tanggal 28 Agustus 2000, Pemerintah mengambil inisiatif menyelenggarakan musyawarah unsur anggota lembaga jasa konstruksi di Jakarta, dengan suara mutlak disepakati bahwa LPJK adalah lembaga yang dimaksud oleh peraturan perundang-undangan, dengan keharusan melakukan perubahan ADART, Kepengurusan, dan Program Kerja LPJK. ADART LPJK ini mungkin menjadi satu-satunya dokumen yang menyatakan bahwa LPJK adalah lembaga yang didukung oleh Pemerintah sebagai