Analisis Terhadap Usulan Kontruksi Kelembagaan Jasa Konstruksi Indonesia
f82e dipilih Presiden dengan karakter utama Independensi. Proses pembiayaan dapat
menggunakan APBN ataupun dana lainnya sebagaimana diatur dalam UU No 18 Tahun 1999.
Hal paling penting dari perubahan konstruksi kelembagaan adalah menghilangkan gambaran LPJK seperti organisasi massa yang dibentuk melalui
musyawaran nasional lengkap dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, sehingga lebih tampak seperti paguyuban pelaku usaha jasa konstruksi
ketimbang sebagai regulator. Konstruksi kelembagaan seperti ini, hanya terjadi pada LPJK. Keberadaan LPJK sebaiknya ditetapkan melalui sebuah Undang-
undang, kemudian penetapan anggota pengurus LPJK ditetapkan oleh Presiden melalui Keputusan Presiden. Lembaga harus bertanggungjawab kepada Presiden
dan DPR sebagai bentuk pertanggungjawaban konstitusional, di samping pertanggungjawaban kepada seluruh stakeholder jasa konstruksi nasional.
Tentang konstruksi kelembagaan di daerah, mencermati perkembangan di berbagai negara maka model yang tepat untuk digunakan adalah dalam bentuk
LPJK Daerah sebagai cabang dari LPJK Pusat. Melalui konstruksi seperti itu, maka konsistensi pengaturan akan dapat terjaga dengan baik. Selain itu, kemampuan dan
kapabilitas dari pengurus LPJK di daerah akan senantiasa terjaga. Melalui konsep yang ada saat ini di mana pengurus LPJKD dipilih oleh musyawarah daerah LPJK,
maka sulit untuk mendapatkan pengurus dengan profesionalitas tinggi. Hal tersebut tidak dapat dilepaskan dari kondisi aktual saat ini di mana elit politik perannya
sangat dominan di beberapa daerah, tidak terkecuali dalam industri jasa konstruksi daerah. Banyak kontraktor dan konsultan jasa konstruksi yang pemiliknya adalah
para elit politik di daerah. Dalam konteks inilah maka tidak mengherankan apabila pengurus LPJK juga lebih mengedepankan aspek-aspek politis dan kesetiakawanan
ketimbang mengedepankan profesionalitas. Beberapa upaya memperbaiki kondisi ini dapat dilakukan antara lain
dengan menetapkan sebuah persyaratan yang ideal terkait dengan kompetensi, integritas, independensi yang semuanya dapat dilakukan melalui tahapan fit and
proper test yang ketat dan akuntabeltransparan. Hal inilah yang saat ini tengah dilakukan oleh LPJK di berbagai daerah. Upaya-upaya untuk menjadikan LPJK
sebagai kendaraan bagi mereka untuk melakukan pengaturan-pengaturan dalam industri jasa konstruksi di daerah, harus menjadi prioritas untuk dihilangkan.
f83e Perubahan radikal terhadap konstruksi kelembagaan dengan menghadirkan
lembaga jasa konstruksi nasional yang independen, memiliki sumber dana yang mencukupi baik APBN maupun bukan, pengurus yang profesional dan kompeten
tampaknya memang hanya dapat dilakukan dengan mengubah pengaturan yang ada dalam UU No 18 Tahun 1999. Perubahan-perubahan yang terjadi seperti yang
diusulkan oleh PP, memang sangat baik karena berupaya memperbaiki kinerja industri jasa konstruksi keseluruhan, akan tetapi hal tersebut tidak akan dapat
secara komprehensif mampu menyelesaikan semua persoalan jasa konstruksi dan hanya akan menjadi proses perbaikan yang parsial saja. Untuk itu maka tidak ada
pilihan, pengubahan konstruksi kelembagaan jasa konstruksi harus dilakukan agar industri jasa konstruksi Indonesia bertambah baik dari waktu ke waktu.