Pakar dan Perguruan Tinggi Instansi Pemerintah Terkait

f53e terdapat peluang penyalahgunaan LPJK bagi tujuan pribadi dari para pelaku usaha yang tergabung dalam LPJK.

7.5. Sertifikasi Kompetensi dan Badan Usaha Jasa Konstruksi Dalam Praktek

Masalah yang menonjol dalam perkembangan industri jasa konstruksi selepas pemberlakuan UU No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi adalah munculnya persyaratan keharusan pelaku usaha memiliki sertifikat badan usaha dan sertifikat keahlian yang diterbitkan oleh LPJK. Dalam prosesnya sertifikasi dapat dilaksanakan tidak hanya oleh LPJK tetapi juga oleh asosiasi dan lembaga sertifikasi yang ditunjuk seperti lembaga pendidikan dan latihan. Beberapa fakta aktual memperlihatkan bahwa proses sertifikasi ini menjadi permasalahan karena keberadaan sertifikasi ini menjadi sesuatu yang baru yang tidak serta merta dapat diaplikasikan dalam berbagai kegiatan industri jasa konstruksi. Beberapa fakta aktual terkait dengan ini antara lain :

1. Ketidakmampuan Pelaku Usaha Mengikuti Ketentuan Jasa Konstruksi

Termasuk Sertifikasi Kompetensi dan Badan Usaha. Hal ini terjadi mengingat hampir 91 pelaku usaha di sektor industri jasa konstruksi adalah pelaku usaha kecil yang dalam prakteknya tidak dapat memenuhi ketentuan untuk mendapatkan sertifikat sesuai peraturan Pemerintah. Di Jawa Barat misalnya, beberapa pelaku usaha kecil cenderung tidak mampu memenuhi persyaratan untuk mendapatkan sertifikasi badan usaha SBU. Pada Tahun 2003 di mana SBU diberlakukan melalui asas nyata bukan lagi asas percaya, diperkirakan oleh Dewan Pimpinan Provinsi DPP Asosiasi Kontraktor Konstruksi Indonesia AKSI Jawa Barat ada ribuan kontraktor kecil yang gulung tikar karena tak mampu memenuhi persyaratan SBU. Mereka tidak mampu memenuhi persyaratan tersedianya tenaga terampil dan ahli konstruksi. Di sejumlah daerah, sedikit sekali kemungkinan mendapatkan tenaga terampil dan tenaga ahli dalam jumlah yang memadai. Sumber daya manusia SDM di daerah masih sangat terbatas. f54e

2. Ketentuan Sertifikasi Berbenturan dengan Keputusan Presiden tentang

Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Peristiwa ini sempat menimbulkan konflik yang berkepanjangan dalam proses pengadaan barang dan jasa milik Pemerintah dan belum diketahui solusi yang ditawarkan Pemerintah. Sebagaimana diketahui berdasarkan UU No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi dan peraturan pelaksananya, setiap peserta pengadaan barang dan jasa di sektor jasa konstruksi diwajibkan memiliki sertifikasi keahlianketerampilan dan badan usaha. Tetapi sebaliknya dalam Keputusan Presiden No 80 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengadaan BarangJasa Pemerintah, persyaratan sertifikasi tidak diwajibkan lagi. Sebenarnya penghapusan persyaratan sertifikasi mulai muncul ketika Pemerintah merevisi kebijakan pengadaan barangjasa Pemerintah sebelumnya yakni Kepres No 182000 dengan menghapuskan ketentuan persyaratan sertifikasi oleh asosiasi pelaku usaha. Pada waktu itu muncul kontra dari KADIN dan LPJKN yang menganggap bahwa ketentuan tersebut telah merusak kondisi yang dianggap kondusif untuk menjaga industri jasa konstruksi. Sementara Pemerintah yang disampaikan melalui Bappenas berketetapan bahwa munculnya sertifikasi dari asosiasi sebagai persyaratan pengadaan barang dan jasa telah menimbulkan inefisiensi berupa ekonomi biaya tinggi. Sampai sekarangpun kondisi ini tetap menimbulkan kontroversi. Di berbagai daerah, sertifikasi LPJK atau asosiasi baik untuk badan usaha maupun keahlian dan keterampilan SKASKT, sering diabaikan pelaku usaha peserta tender pengadaan barang dan Jasa Pemerintah. Dan hal tersebut tidak membawa konsekuensi apa-apa kecuali dikeluhkan oleh LPJK setempat. Departemen Pekerjaan Umum terkait dengan hal tersebut memberikan penjelasan bahwa antara UU No 18 Tahun 1999 dengan Keppres No 80 Tahun 2003 tidaklah bertentangan bahkan sinergi satu sama lain. Untuk permasalahan sertifikasi, hal yang diatur dalam UU No 18 Tahun 1999 tetap berlaku karena di dalam pasal 11 ayat 1 a Keppres 80 Tahun 2003 tersebut terdapat ketentuan bahwa salah satu persyaratan penyedia barangjasa dalam pelaksanaan pengadaan adalah memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan usahakegiatan sebagai penyedia barangjasa. Penjelasan terhadap ketentuan ini berbunyi sebagai berikut ”yang dimaksud dengan