Desain Kelembagaan Permasalahan Pembiayaan

f78e Dalam proses sertifikasi, pelaku usahapenyedia jasa tidak langsung berhubungan dengan lembaga atau asosiasi. Pelaku usaha mengajukan permohonan proses sertifikasi kepada sekretariat lembaga. Sekretariat lembaga tersebut memproses permohonan untuk diajukan kepada komite registrasi untuk menilai permohonan tersebut yang telah disertifikasi oleh unit sertifikasi. Komite registrasi memberikan saran kepada lembaga untuk menerbitkan sertifikat kepada pelaku usaha. Sekretariat akan dikelola oleh pegawai pemerintah yang diangkat oleh pemerintah. Hal tersebut diharapkan agar dapat menarik kembali kewenangan LPJK dalam mengatur publik dikembalikan kepada pemerintah. Pembentukan institusi-instusi baru tersebut akan diperjelas dan diperinci dalam peraturan menteri. Hal tersebut menunjukan bahwa kewenangan LPJK sebagai lembaga non pemerintah dikurangi dengan diperbesarnya kewenangan menteri. Selain itu, sertifikasi yang dilakukan oleh Komite merupakan salah satu upaya untuk memberikan indepensi dalam proses sertifikasi agar terlepas dari Lembaga dimana peran Menteri diperbesar melalui Peraturan Menteri diwajibkan sebagai pedoman dalam pembentukam Komite. Namun demikian, belum terdapat kejelasan mengenai keanggotaan Komite Registrasi Sertifikasi Jasa Konstruksi. Dalam RPP tersebut tidak terdapat kejelasan mengenai siapakah anggota dalam Komite Registrasi Sertifikasi Jasa Konstruksi. Apakah tetap merupakan perwakilan dari setiap anggota dalam Lembaga atau pihak lain. Apabila tetap beranggotakan perwakilan anggota dalam Lembaga maka independensi Komite masih tetap dipertanyakan karena Lembaga tetap beranggotakan perwakilan asosiasi. Dalam masalah pembiayaan, sebegaimana dalam PP 282000 institusi yang melakukan proses sertifikasi dapat memungut pembiayaan dari pelaku usaha yang mengajukan permohonan sertifikat. Namun demikian terdapat sedikit perbedaan, yaitu dimungkinkannya pemberian subsidi oleh pemerintah terhadap pelaku usaha kecil yaitu pelaku usaha yang membutuhkan sertifikat terampil kelas tiga sampai dengan 1, keahlian kerja pratama dan badan usaha untuk bidang konstruksi dasar. f79e

5.6.3. Permasalahan yang mungkin Timbul

Berdasarkan analisis ringkas ditemukan 2 permasalahan yang dapat muncul dari pengaturan yang diusulkan dalam revisi. Pertama adalah independensi Sekretariat terhadap pengaruh lembaga. Sekretariat dibentuk untuk mengembalikan fungsi pelayanan publik yang dikendalikan Pemerintah, namun demikian karena sekretariat berada di bawah lembaga, maka pengaruh lembaga di mana di dalamnya terdapat perwakilan pelaku usaha harus tetap dicermati sehingga pengaruh tersebut tidak berlangsung negatif. Kedua masalah pembiayaan. Pembiayaan unit pengolah permohonan sertifikasi sebagian bersumber dari fee yang dibayarkan oleh pemohon. Prosedur tersebut dapat pula memberikan pengaruh terhadap independensi kelembagaan terhadap pemohon sertifikat. Unit-unit sertifikasi yang kesulitan pendaanaan memungkinkan untuk hanya mengandalkan pendapatan dari proses sertifikasi yang dibiayai oleh pemohon. Desain prosedur seperti tersebut diragukan dapat menghilangkan fenomena sertifikat menjadi komoditas yang diperjualbelikan dan bukan sebagai instrumen penciptaan standar.

5.6.4. Minimalisasi Penyimpangan

Meskipun masih sangat terbatas, terdapat beberapa butir penting yang merupakan tuntutan perbaikan kelembagaan jasa konstruksi yang diakomodasi sebagai bagian dari upaya meminimalisasi penyimpangan yang terjadi saat ini. Pertama adalah dengan membuat ketentuan persyaratan anggota LPJK dengan persyaratan tambahan bahwa anggota LPJK tidak merangkap jabatan sebagai ketuawakil ketua asosiasibadan usaha di bidang jasa konstruksi. Kedua adalah ditetapkannya persyaratan asosiasi dengan persyaratan harus memiliki sejumlah anggota aktif. Meskipun dua syarat tersebut sangat minimal, tetapi upaya perbaikan diharapkan bisa meminimalisasi penyimpangan yang selama ini teridentifikasi oleh KPPU, yang sesungguhnya merupakan penyimpangan dari dua hal penting, pertama conflict of interest anggota LPJK dan kedua adalah penyalahgunaan asosiasi dalam kelembagaan jasa konstruksi. f80e Melalui dua peraturan ini, paling tidak kesempatan untuk melakukan penyimpangan menjadi terbatas.

5.6.5. Tidak Tersentuhnya Konstruksi Kelembagaan

Dari rancangan PP yang disusun Pemerintah, secara keseluruhan konstruksi kelembagaan yang merupakan akar permasalahan dari industri jasa konstruksi mengalami sedikit perubahan dengan hadirnya desain kelembagaan yang baru. Salah satunnya adalah kemunculan sekretariat lembaga yang diisi oleh para pegawai departemen umum dan berstatus Pegawai Negeri Sipil. Tentu saja hal ini tidak dapat menyelesaikan permasalahan keseluruhan. Bahkan beberapa pengurus LPJK menyimpan kekhawatiran akan kembalinya birokrasi muncul dalam pengelolaan jasa konstruksi secara keseluruhan. Di saat peran LPJK dihujat oleh banyak pihak, para pengurus LPJK menyetujui bahwa perbaikan secara terus menerus harus dilakukan untuk mendapatkan LPJK dalam format yang lebih baik. Tetapi secara serentak, mereka juga menolak apabila kewenangan LPJK dikembalikan kepada Pemerintah. Alasan historislah yang menyebabkan mereka melakukan penolakan. Berdasarkan hasil wawancara dengan mereka, diketahui bahwa arah perubahan radikal saat ini sesungguhnya merupakan koreksi terhadap model pengelolaan yang dilakukan Pemerintah sebelum era reformasi yang dikenal sebagai era tanda daftar rekanan TDR, yang dalam perjalanannya dimanipulasi oleh birokrasi sebagai sarana korupsi, kolusi dan nepotisme KKN yang sarat dengan persaingan usaha tidak sehat. Bahkan melalui konsep TDR inilah pengaturan-pengaturan bisnis jasa konstruksi dilakukan dengan mempergunakan besarnya kewenangan birokrasi saat itu. Rekam jejak TDR ini, menghantui para pelaku usaha jasa konstruksi apabila kewenangan LPJK dikembalikan kepada Pemerintah. Berdasarkan hal tersebut mereka menolak rencana ke arah tersebut tetapi mereka menyadari bahwa LPJK memerlukan pembenahan yang terus menerus agar lebih baik kinerjanya.