7
laporan masih satu orang yang mengerjakannya. Aparat Puskesmas Teladan . Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut
tentang: “Implementasi SIMPUS Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat” studi pada Puskesmas Teladan Kecamatan
Medan - Kota.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian ini adalah : “ Bagaimana Implementasi SIMPUS Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Kesehatan Masyarakat ” pada
Puskesmas Teladan Kecamatan Medan - Kota. 1.3 Tujuan Penelitian
Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah pasti mempunyai jalan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penyelenggaraanya. Adapun yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian bertujuan untuk mengetahui Implementasi Program SIMPUS
yang di canangkan Pemerintah melalui Dinas Kesehatan Kota Medan. 2. Penelitian bertujuan untuk melihat sejauhmana Penerapan Program
SIMPUS di Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota dan hambatan – hambatan yang terjadi dalam Implementasi Program SIMPUS di
Puskesmas Teladan Kecamatan Medan Kota.
Universitas Sumatera Utara
8
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat secara ilmiah
Bermanfaat bagi peneliti dalam mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah dan studi Administrasi Negara pada implementasi program
SIMPUS dalam meningkatkan palayanan kesehatan masyarakat. 2. Manfaat secara praktis
Dapat menjadi masukan bagi pemerintah atau lembaga – lembaga lain yang berkepentingan pada implementasi program SIMPUS dalam
meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat. 3. Manfaat secara akademis
Sebagai suatu tahapan melatih mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan strata satu
Departemen Ilmu Administrasi Negara.
1.5 Kerangka Teori
Menurut Kerlinger Singarimbun. 1995 : 37 teori merupakan asumsi, konsep, defenisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena
sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep dan kerangka teori disusun sebagai landasan berfikir untuk menunjuukkan
perspektif yang digunakan dalam memandang feenomena sosial yang menjadi
objek penelitian. Perkembangan ilmu sosial begitu pesatnya karena
perkembangan fenomena manusia yang memunculkan banyak teori – teori sosial, untuk itu dalam melaksanakan penelitian ilmiah khususnya dalam ilmu
sosial, teori berperan sabagai landasan berfikir untuk mendukung pemecahan
Universitas Sumatera Utara
9
masalah dengan jelas dan sistematis Rakhmat, 2004: 6 . Berdasarkan
rumusan di atas, penulis mengemukakan beberapa teori, pendapat ataupun gagasan yang akan dijadikan sebagai landasan berfikir dalam penelitian ini.
1.5.1 Implementasi Kebijakan
Patton dan Sawichi dalam Tangkilisan,2003:29 : “menyebutkan bahwa implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk
merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan, dan menerapkan kebijakan yang telah
diseleksi”. Kamus Webster dalam Wahab 1997:64, pengertian implementasi dirumuskan secara pendek bahwa “to implement” mengimplementasikan berarti
“to provide means for carrying out; to give practical effect to” menyajikan sarana untuk melaksanakan sesuatu; menimbulkan dampak berakibat sesuatu.
Jones dalam Tangkilisan 2003:18 , implementasi merupakan suatu proses yang dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha-usaha untuk
mencari apa yang akan dan dapat dilakukan. Dengan demikian implementasi mengatur kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penempatan suatu program ke
dalam tujuan kebijakan yang diinginkan. Implementasi kebijakan adalah bagian dari rangkaian proses kebijakan
publik. Proses kebijakan adalah suatu rangkaian tahap yang saling bergantung yang diatur menurut urutan waktu, penyusunan agenda, formulasi kebijakan,
adopsi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Proses yang perlu ditekankan disini adalah bahwa tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan
dan saran-saran ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan-keputusan kebijakan. Dengan demikian, tahap implementasi terjadi hanya setelah undang-
Universitas Sumatera Utara
10
undang ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut Winarno, 2002:102 .
Kebijakan publik merupakan sebuah awal dan belum dapat dijadikan indikator dari keberhasilan pencapaian maksud dan tujuan. Karena kebijakan
adalah suatu perkiraan akan masa depan yang lebih bersifat semu, abstrak dan konseptual. Namun ketika telah masuk di dalam tahapan implementasi dan terjadi
interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi kebijakan, barulah keberhasilan maupun ketidakberhasilan akan diketahui.
Suatu kebijakan publik dikatakan berhasil bila dalam implementasinya mampu menyentuh kebutuhan kepentingan publik. Pertanyaannya adalah ketika
suatu kebijakan tidak lagi memenuhi kepentingan publik, bagaimana bisa disebut sebagai kebijakan yang berhasil? Peters dalam Tangkilisan, 2003:22
mengatakan bahwa: Implementasi kebijakan yang gagal disebabkan beberapa faktor,
yaitu informasi, di mana kekurangan informasi dengan mudah mengakibatkan adanya gambaran yang kurang tepat baik kepada objek
kebijakan maupun kepada para pelaksana dari isi kebijakan itu; isi kebijakan, dimana implementasi kebijakan dapat gagal karena masih
samarnya isi atau tujuan kebijakan atau ketidaktepatan atau ketidaktegasan intern ataupun ekstern kebijakan itu sendiri; dukungan, dimana
implementasi kebijakan publik akan sangat sulit bila pada pelaksanaannya tidak cukup dukungan untuk kebijakan tersebut; pembagian potensi,
dimana hal ini terkait dengan pembagian potensi di antaranya para aktor implementasi dan juga mengenai organisasi pelaksana dalam kaitannya
dengan diferensiasi tugas dan wewenang.
Universitas Sumatera Utara
11
1.5.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan 1.5.2.1 Teori G. Edward III
Menyatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan :
1. Komunikasi
a. Transmisi Pemerintah sebagai pihak yang berperan langsung dalam
mengimplementasi kebijakanprogram telah mentransmisikan mengirimkan perintah - perintah implementasi sesuai dengan keputusan yang telah dibuat.
b. Kejelasan Petunjuk implementasi bukan saja diterima, melainkan juga harus jelas,
dimana bila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas, atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi
resistensi dari kelompok sasaran.
2. Sumber Daya
a. Sumber Daya Manusia human resources Tidak cukup hanya dengan adanya jumlah implementator yang memadai,
untuk menjalankan sebuah kebijakan, bila tidak dibarengi dengan ketrampilan yang sesuai dengan kualifikasi standar yang diharuskan. Sumber Daya Manusia
SDM sangat diperlukan dalam menjalankan kebijakan, pentingnya ketrampilan SDM itu untuk menjalankan sebuah kebijakan.
Universitas Sumatera Utara
12
b. Informasi Informasi berkenaan dengan berupa petunjuk dalam melaksanakan
kebijakan dan data untuk menyesuaikan antara implementasi dengan kebijakan pemerintah.
c. Kewenangan atau otoritas Hak untuk mengeluarkan jaminan, mengeluarkan perintah untuk pejabat
lain, menarik dana dari sebuah program, memberikan dana, bantuan teknik, membeli barang dan jasa, pengawasan serta mengeluarkan cek untuk para warga.
d. Fasilitas Berbagai fasilitas fisik, yang disediakan oleh implementator sebagai
persediaan yang esensial, yang bisa menunjang implementasi kebijakan atau program.
3. Disposisi
Merupakan watak dan karakteristik yang harus dimiliki oleh implementator, seperti, komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila
implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.
Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak
efektif. Subarsono, 2005:90
Universitas Sumatera Utara
13
4. Struktur Birokrasi
Prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, akan menyebabkan aktifitas birokrasi tidak flexibel.
1.5.2.2 Teori Donald S. van Meter dan Carl E. van Horn
Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier dari kebijakan publik, implementor, dan kinerja kebijakan publik. Donal S
Van Meter dan Carl E Van Horn menerapkan model implementasi dengan lebih memfokuskan ke sisi teknisnya. Menurut Meter dan Horn Indiahono, 2009 :38,
ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu: 1. Standar dan sasaran kebijakan, standar dan sasaran kebijakan pada dasarnya
adalah apa yang hendak dicapai oleh program atau kebijakan. 2. Sumber daya, sumber daya menunjuk kepada seberapa besar dukungan
finansial dan sumber daya manusia untuk melaksanakan program atau kebijakan. 3. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas, hal ini menunjukan
kepada mekanisme prosedur yang dicanangkan untuk mencapai sasaran dan tujuan program.
4. Karakterisktik agen pelaksana, hal ini menunjuk seberapa besar daya dukung struktur organisasi, nilai-nilai yang berkembang, hubungan dan komunikasi yang
terjadi di internal birokrasi. 5. Kondisi sosial, ekonomi, dan politik, hal ini menunjuk bahwa kondisi dalam
ranah implementasi dapat mempengaruhi kesuksesan implementasi itu sendiri. 6. Disposisi implementor, hal ini menunjuk bahwa sikap pelaksana menjadi
variabel penting dalam implementasi kebijakan. Seberapa demokratis, antusias,
Universitas Sumatera Utara
14
dan responsif terhadap kelompok sasaran dan lingkungan beberapa yang dapat ditunjuk sebagai bagian dari sikap pelaksana ini.
1.5.2.3 Teori Merilee S. Grindle
Keberhasilan implementasi menurut Grindle dipengaruhi oleh dua variabel besar, yaitu isi kebijakan dan konteks implementasinya. Isi kebijakan mencakup
tentang kepentingan yang terpengaruh oleh kebijakan, jenis manfaat yang akan dihasilkan, derajat perubahan yang diinginkan, kedudukan pembuat kebijakan,
siapa pelaksana program, dan sumber daya yang dikerahkan. Sementara itu, konteks implementasinya lebih mencakup ke arah politis seperti kekuasaan,
kepentingan dan strategi aktor yang terlibat, karakteristik lembaga dan penguasa,
kepatuhan dan daya tanggap Dwidjowijoto, 2006:175.
1.5.2.4 Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier
Mazmanian dan Sabatier Dwidjowijoto, 2006:169 menklasifikasikan proses implementasi kebijakan ke dalam tiga variabel.
Pertama, variabel independen, yaitu mudah tidaknya masalah dikendalikan yang berkenaan dengan indikator masalah teori dan teknis pelaksanaan,
keragaman obyek, dan perubahan seperti apa yang dikehendaki. Kedua, variabel intervening, yaitu variabel kemampuan kebijakan untuk
menstrukturkan proses implementasi dengan indikator kejelasan dan konsistensi tujuan, dipergunakannya teori kausal, ketepatan alokasi sumber dana, keterpaduan
hierarkis di antara lembaga pelaksana, aturan pelaksana dari lembaga pelaksana, dukungan publik, dukungan pejabat yang lebih tinggi, dan komitmen serta
kualitas kepemimpinan dari pejabat pelaksana.
Universitas Sumatera Utara
15
Ketiga, variabel dependen, yaitu tahapan dalam proses implementasi dengan lima tahapan. Yaitu, pemahaman dari lembagabadan pelaksana dalam bentuk
disusunnya kebijakan pelaksana, kepatuhan obyek, hasil nyata, penerimaan atas hasil nyata tersebut, dan akhirnya mengarah kepada revisi atas kebijakan yang
dibuat dan dilaksanakan tersebut ataupun keseluruhan kebijakan yang bersifat mendasar.
1.5.3 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas SIMPUS
1.5.3.1 Sistem Informasi Manajemen
Sistem Informasi Manajemen SIM memiliki ruang lingkup yang tertuang pada 3 tiga kata pembentuknya yaitu Sistem, Informasi, dan
Manajemen.
1. Sistem
Menurut Atmosudirdjo dalam Sutabri 2012:17 , suatu sistem terdiri atas objek-objek atau unsur-unsur atau komponen-komponen yang berkaitan dan
berhubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga unsur-unsur tersebut merupakan sebuah kesatuan pemrosesan atau pengolahan tertentu. Sedangkan
menurut Anwar 2003:4 sistem adalah komponen yang saling berhubungan dan
bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan.
Sistem didesain untuk memperbaiki atau meningkatkan pemrosesan informasi. Setelah dirancang, sistem diperkenalkan dan diterapkan ke dalam
organisasi penggunanya. Jika sistem yang diterapkan itu digunakan maka implementasi sistem dapat dikatakan berhasil. Sedangkan jika para penggunanya
menolak sistem yang diterapkan, maka sistem itu dapat digolongkan gagal.
Universitas Sumatera Utara
16
Menurut John Me Manama seperti dikutip Azwar 2004 disebutkan bahwa sistem adalah suatu struktur konseptual yang terdiri dari fungsi-fungsi yang
saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu unit organik untuk mencapai keluaran yang diinginkan secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut
Lumbangaol 2008 sistem adalah hubungan satu unit dengan unit-unit lainnya yang saling berhubungan satu sama lainnya dan yang tidak dapat dipisahkan serta
menuju satu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Apabila satu unit macet atau terganggu, unit lainnya pun akanterganggu untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan tersebut. Dari defenisi di atas, sistem terbentuk dari berbagai elemen atau unsur
yang saling berhubungan dan bekerja sama dalam satu kesatuan. Ini berarti bahwa elemen atau unsur tersebut mutlak harus ada dalam satu sistem.
Menurut Azwar 2004 ada 6 unsur dalam suatu sistem yaitu : a. Masukan input adalah kumpulan elemen atau bagian yang terdapat
dalam sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya system tersebut. b. Proses process adalah kumpulan elemen atau bagian yang terdapat
dalam sistem dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.
c. Keluaran output adalah kumpulan elemen atau bagian yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem.
Universitas Sumatera Utara
17
d. Umpan balik feedback adalah kumpulan elemen atau bagian yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem
tersebut. Departemen Kesehatan RI 2007 menyebutkan bahwa yang tercakup
dalam komponen masukan adalah informasi, instrumen pencatatan dan pelaporan data dan sumber daya. Komponen proses mencakup pengorganisasian dan tata
kerja serta pengolahan data dan komponen keluaran mencakup penyimpanan, penyebarluasan, pendayagunaan dan pemanfaatan informasi yang dihasilkan dari
proses pengolahan data. Menurut Amsyah 2005 data dan informasi diperlukan dan dihasilkan
oleh tiap unit kerja, maka unit yang bekerja dengan data dan informasi tersebut dapat dikatakan sebagai memiliki sistem informasi sendiri.
Umpan Balik Gambar 1.1 Sistem Informasi Suatu Unit Kerja
2. Informasi
Menurut Nugroho 2008:15 , informasi adalah suatu pengetahuan yang berguna untuk pengambilan keputusan. Informasi yang dihasilkan dari
pengolahan data telah menjadi salah satu sumber daya penting yang harus dikelola dengan baik. Apabila sebuah perusahaan kurang memperoleh informasi, maka
Transaksi dan Kegiatan Unit
Kerja Data
Pengolahan Informasi
Universitas Sumatera Utara
18
akan sulit mengontrol sumber daya lain yang mengakibatkan terganggunya kinerja dan bisa mengalami kekalahan dalam persaingan dengan para kompetitor.
Menurut Sutabri 2005:35 kualitas suatu informasi tergantung dari 3 tiga hal yaitu:
a. Akurat Accurate Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau
menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya.
b. Tepat Waktu timelines Informasi yang datang kepada si penerima tidak boleh terlambat. Informasi
yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi karena informasi merupakan landasan dalam pengambilan keputusan. Bila pengambilan keputusan terlambat,
maka dapat berakibat fatal bagi organisasi. c. Relevan relevance
Informasi tersebut mempunyai manfaat bagi pemakainya. Atau dengan kata lain informasi tersebut harus sesuai dengan kebutuhan pihak yang
membutuhkan. Berikut proses informasi yang dibuat oleh Achua 2004 data yang masih
merupakan bahan mentah harus diolah untuk menghasilkan informasi melalui suatu model. Model yang digunakan untuk mengolah data tersebut disebut model
pengolahan data atau dikenal dengan siklus pengolahan data siklus informasi .
Universitas Sumatera Utara
19
INPUT DATA ---------PROSES -------KEPUTUSAN ---------TINDAKAN ------ PENERIMA ---------OUTPUT
Gambar 1.2 Model Siklus Informasi, Achua 2004 Informasi itu sendiri adalah data yang sudah diolah dengan cara tertentu
sesuai dengan bentuk yang diperlukan. Dengan perkembangan teknologi alat pengolah data sampai kepada komputer dewasa ini, maka data dapat diolah
menjadi informasi sesuai keperluan tingkat manajemen organisasi. Dengan demikian unit organisasi dapat mencapai tujuannya masing-masing sehingga
secara keseluruhan organisasi akan dapat mencapai tujuan secara efisien dan efektif Amsyah, 2005 .
3. Manajemen
Menurut Terry di dalam Hasibuan 2001:2 manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Menurut Sutabri 2005:53 penggunaan ilmu manajemen dalam SIM
merupakan suatu kemajuan yang luar biasa, dengan cara-cara pengumpulan informasi yang tidak terorganisasi dan manajemen berdasarkan pengalaman.
Dalam ilmu manajemen, para manajer diwajibkan menyatakan masalah dan asumsi secara teliti, biasanya dalam bentuk kuantitas atau suatu ukuran agar
mereka dapat memperoleh uraian lebih baik tentang masalahnya. Bila ini diterapkan pada disain dari sistem-sistem organisasi dan operasional untuk
memecahkan masalah, ilmu manajemen memanfaatkan volume yang besar dari
Universitas Sumatera Utara
20
pengetahuan manusia dalam berbagai bidang yang berkaitan. Oleh karena itu, sistem untuk pemecahan masalah problem solving dapat dirancang agar lebih
efektif dan lebih efisien bagi seluruh organisasi. Organisasi dimasa mendatang akan didasarkan pada sistem informasi dan
pengambilan keputusan ketimbang struktur hirarki wewenang tanggung jawab yang statis. Tanda bahwa seorang manajer itu baik adalah kemampuannya
menyusun pola seorang organisatoris dalam pemecahan masalah dan untuk mengembangkan sistem-sistem teknis yang mempermudah pemecahan masalah
dan implementasinya. Kebutuhan informasi untuk para manajer harus juga dipenuhi oleh sebuah
sistem informasi untuk para manajemen SIM . Sistem informasi manajemen harus dirancang berdasarkan tugas-tugas manajemen, prinsip-prinsip manajemen,
cara dan perangai individual dari para manajer, serta struktur organisasinya. Selanjutnya, sifat dasar desain SIM dan cara pelaksanaannya dicerminkan kembali
oleh semua anggota organisasinya untuk memberikan dampak positif kepada para manajernya serta fungsi organisasinya Sutabri, 2005:54 .
4. Sistem Informasi Manajemen SIM
Sistem Informasi Manajemen SIM adalah sebuah sistem informasi yang selain melakukan pengolahan transaksi yang diperlukan oleh suatu organisasi,
juga memberi dukungan informasi dan pengolahan data untuk fungsi manajemen dan proses pengambilan keputusan. Pada umumnya, apabila orang membicarakan
sistem informasi manajemen, yang tergambar adalah suatu sistem yang diciptakan untuk melaksanakan pengolahan data yang akan dimanfaatkan oleh suatu
Universitas Sumatera Utara
21
organisasi. Pemanfaatan data di sini dapat berarti penunjang pada tugas-tugas rutin, evaluasi terhadap prestasi organisasi, atau untuk pengambilan keputusan
oleh organisasi tersebut. Menurut Mc Leod 2007:11 sistem informasi manajemen adalah adalah
suatu sistem berbasis komputer yang menyediakan informasi bagi beberapa pemakai dengan kebutuhan yang serupa. Sedangkan menurut Sutabri 2005:41 ,
SIM merupakan penerapan sistem informasi di dalam organisasi untuk mendukung informasi-informasi yang dibutuhkan oleh semua tingkatan
manajemen. Menurut Laudon 2005 :20 SIM adalah studi mengenai sistem informasi yang fokus pada penggunaan sistem informasi dalam bisnis dan
manajemen. Kesimpulan yang dapat ditarik dari beberapa pengertian di atas adalah
SIM merupakan suatu sistem pengolahan data dalam suatu organisasi yang berfungsi menangani proses pengumpulan, pengolahan, dan penyimpanan data
yang menyajikan informasi yang akurat dan tepat waktu bagi para pengguna informasi sebagai pendukung pengambilan keputusan.
Menurut Kumorotomo 1998:111 syarat - syarat tentang Sistem Informasi Manajemen yang baik dan lengkap adalah:
a. Ketersediaan. Syarat yang mendasar bagi suatu informasi adalah tersedianya informasi itu sendiri. Informasi harus dapat diperoleh bagi orang yang
hendak memanfaatkannya. b. Mudah dipahami. Informasi harus mudah dipahami dan tidak berbelit-
belit yang hanya akan memperlambat proses manajemen.
Universitas Sumatera Utara
22
c. Sesuai. Informasi harus benar-benar sesuai dengan tujuan dan permasalahan di dalam organisasi.
d. Bermanfaat. Informasi harus tersaji ke dalam bentuk-bentuk yang bersangkutan. semua tingkatan manajemen.
1.5.3.2 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas SIMPUS
Penyelenggaraan layanan kesehatan masyarakat melalui Puskesmas merupakan kegiatan yang membutuhkan proses pencatatan dan pengolahan data
yang cukup kompleks. Dibutuhkan suatu sistem informasiy ang dapat menangani berbagai macam kegiatan operasional Puskesmas mulai dari pengelolaan registrasi
pasien, data rekam medis pasien, farmasi, keuangan hingga berbagai laporan bulanan, tribulanan, dan tahunan. Bebagai laporan eksekutif yang dihasilkan oleh
Puskesmas dengan bantuan sistem informasi sangat dibutuhkan dalam penentuan kebijakan untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan masyarakat.
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas SIMPUS atau SP2TP merupakan salah satu program yang dibuat oleh aparatur pemerintah kepada
setiap puskesmas di seluruh daerah-daerah untuk mempermudahkan pengaksesan data-data pasien yang merupakan sebuah sistem Informasi yang terintegrasi dan
didesain multiuser yang disiapkan untuk menangani keseluruhan proses manajemen puskesmas. Fungsi utamanya adalah mengatur semua data pasien
mulai dari pendaftaran, registrasi, pemeriksaan Diagnosis serta pengobatan pasien tersebut, kemudian data-data yang sudah diinputkan ditampung kedalam
sebuah database yang nantinya akan dikategorikan sesuai dengan parameter untuk kebutuhan laporan seperti laporan kunjungan harian, cara pembayaran, jenis
Universitas Sumatera Utara
23
penyakit serta laporan lainnya yang sebagaimana dibutuhkan didalam Manajemen Puskesmas. SIMPUS merupakan prosedur pemrosesan data berdasarkan teknologi
informasi dan diintegrasikan dengan prosedur manual dan prosedur yang lain untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif untuk mendukung
proses pengambilan keputusan manajemen. Tujuan SIMPUS yaitu meningkatnya kualitas manajemen Puskesmas
secara lebih berhasil-guna dan berdaya guna, melalui pemanfaatan secara optimal data SP2TP dan informasi lain yang menunjang. SIMPUS juga bertujuan :
1. Sebagai dasar penyusunan Rencana Tahunan Puskesmas 2. Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan Puskesmas
lokakarya mini 3. Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan
Puskesmas Stratifikasi Puskesmas 4. Untuk mengatasi berbagai hambatan pelaksanaan kegiatan Puskesmas.
Adapun contoh Penampilan SIMPUS di suatu daerah sebagai berikut :
Gambar 1.1 Tampilan utama SIMPUS
Universitas Sumatera Utara
24
Gambar 1. 2
Ket erangan : 1. Tampilan di at as adal ah Menu Regist er Harian Pasien.
2. Input Dat a diri Pasien di loket Pendaf t aran, Diagnosa dan Obat di Poli 3. Daf t ar Pasien dapat dit ampilkan di menu Browse
Gambar 1. 3 St ok Bulanan Obat
Ket erangan : 1. Tampilan di at as adal ah St ok Bulanan Obat .
2. St ok ot omat is t er-up dat e set iap ada Pemasukan maupun Pemakaian Obat
Gambar 1. 4 Laporan Query Dat a Pasien
Universitas Sumatera Utara
25 Ket erangan :
1. Menu di at as adal ah Laporan Query Dat a Pasien 2. Laporan dapat per sat uan wakt u yang dikehendaki Harian, Tgl . . s d . . ,
bulanan, dll . 3. Laporan dapat per krit eria umur t ahun, bulan, hari, j enis kelamin, j enis
pasien at aupun kombinasi, misal : pasien askes umur 15 Tahun.
4. Cet akan dalam bent uk f ormat MS Word, sehingga sangat f leksibel pengedit an.
Gambar 1. 5 Menu Laporan Query Obat
Ket erangan : 1. Tampilan di at as adal ah Menu Laporan Query Obat .
2. Dapat menampil kan pemakaian Obat per sat uan wakt u 3. Tampilan per obat per crit eria pasien secara kombinasi dapat dit ampilkan.
Gambar 1. 6 Menu Laporan Dat a Kesakit an LB1
Ket erangan : 1. Tampilan di at as adal ah Menu Laporan Dat a Kesakit an LB1.
2. Proses Laporan secara Ot omat is t erbagi sesuai krit eria umur. 3. Dapat dit ampilkan sekian besar penyakit mis : 3 Besar, 5 Besar, at au 10
Besar Penyakit
Universitas Sumatera Utara
26
Gambar 1. 7 Menu Laporan PPLPO
Ket erangan : 1. Tampilan di at as adal ah Menu Laporan Laporan Pemakaian dan Lembar
Permint aan Obat LPLPO 2. Laporan Ot omat is t ampil dengan sat u kl ik t erbagi sesuai crit eria.
3. Menu cet ak dalam f ormat MS Word.
1.5.3.3 Faktor – Faktor Hambatan Penerapan SIMPUS
Pengembangan SIMPUS di beberapa daerah masih banyak menemui hambatan. Ada beberapa isu aktual terkait dengan integrasi data, yaitu :
1. Data yang tersedia belum terintegrasi dan sulit memperoleh data yang bermutu dan terkini. Integrasi data dan informasi dari berbagai unit pelayanan
yang ada di puskesmas baik pelayanan dalam gedung maupun luar gedung belum dapat dilakukan sepenuhnya karena berbagai keterbatasan. Data dan informasi
dari puskesmas pembantu dan puskesmas keliling belum dapat diintegrasikan dengan cepat dan tepat waktu. Integritas data yang tersedia secara real time
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas data. Disamping itu proses entri data juga sangat berpengaruh terhadap kualitas
data. Petugas entri data di puskesmas biasanya adalah staf yang juga bertugas dalam pelayanan sehingga terjadi rangkap pekerjaan. Apabila jumlah pasien
Universitas Sumatera Utara
27
sedikit, entri data dapat dilakukan dengan segera, tetapi apabila jumlah pasien cukup banyak maka proses entri data masih dirasakan merepotkan. Kedua faktor
di atas sangat berpengaruh terhadap kualitas data dan informasi yang dihasilkan. Data dan informasi perlu tersedia dengan segera, cepat dan tepat waktu agar dapat
dimanfaatkan secara optimal. 2. Pemanfaatan data belum optimal. Data dan informasi yang tersedia
sebenarnya masih dapat digunakan untuk tujuan yang lebih luas sesuai dengan peran data dan informasi sebagai health intelligence, misalnya melihat sebaran
penyakit berdasarkan peta dan waktu, pemeriksaan kehamilan dan imunisasi balita, pengenalan terhadap potensi Kejadian Luar Biasa, kenaikan pangkat bagi
pegawai dan masih banyak aplikasi yang dapat digunakan berdasarkan data dan informasi yang tersedia.
3. Keterbatasan Sumber Daya Manusia SDM . Aspek SDM merupakan aspek penting yang sangat menentukan perkembangan SIMPUS, juga terhadap
kualitas data yang dihasilkan. Pengembangan SIMPUS seringkali dihadapkan kepada keterbatasan SDM berupa keterbatasan pemahaman staf terhadap
teknologi komputer dan sistem informasi, tidak adanya staf yang mempunyai latar belakang pendidikan komputer dan tidak ada staf khusus untuk entri data.
Keterbatasan SDM juga akan sangat mempengaruhi kualitas data yang dihasilkan SIMPUS. http:arifwr.wordpress.com20090609tantangan-integrasi-data-
dalam-simpus, akses pada tanggal 13 Agustus 2013, pukul 09.00 wib . Proses pengolahan data SIMPUS memerlukan Sumber Daya Manusia
SDM yang mempunyai kapabilitas memadai terkait dengan sistem informasi
Universitas Sumatera Utara
28
mulai dari tahap pengumpulan data, pengiriman data, pengolahan data dan analisis data. Idealnya pengembangan sistem informasi memerlukan operator komputer,
ahli jaringan, pengelola database, programmer, analis sistem dan IT Project Manager. Namun perlu dipertimbangkan juga penempatan tenaga - tenaga
tersebut, siapa yang ditempatkan di puskesmas dan siapa yang cukup ditempatkan di Dinas Kesehatan.
1.5.4 Pelayanan
Pelayanan pada dasarnya bertujuan untuk memberikan kepuasan terhadap objek dari pelayanan. Pelayanan merupakan bentuk dari implementasi kebijakan-
kebijakan dari pemerintah. Melalui proses pelayanan, kebijakan - kebijakan pemerintah yang telah disepakati diimplementasikan. Implementasi kebijakan
tersebut juga bertujuan untuk menciptakan suatu kondisi yang berguna bagi dua pihak, yakni masyarakat selaku objek atau tujuan dari pelayanan dan pemerintah
selaku pelaksana pelayanan. Pelayanan yang baik memuaskan dan efektif efisien akan menciptakan persepsi positif dari masyarakatobjek dari pelayanan terhadap
kinerja dari pemerintah. Hal ini akan menimbulkan kepercayaan terhadap pemerintah dan apresiasi, sehingga masyarakat tidak akan ragu dalam memenuhi
kewajibannya dikarenakan hak nya sudah terpenuhi lewat pelayanan yang memuaskan dari pemerintah.
Menurut Hodges dalam Sutarto, 2002:123 secara etimologis, kata pelayanan berasal dari kata melayani, yang berarti orang yang pekerjaannya
melayani kepentingan dan kemauan orang lain. Menurut Komaruddin 1993:448 , bahwa pelayanan adalah alat-alat pemuas kebutuhan yang tidak
Universitas Sumatera Utara
29
berwujud atau prestasi yang dilakukan atau dikorbankan untuk memuaskan permintaan dan kebutuhan konsumen.
Pendapat tersebut dipertegas oleh Sianipar 1999:4 , bahwa pelayanan dikatakan sebagai cara melayani, membantu menyiapkan, mengurus,
menyelesaikan keperluan, kebutuhan seseorang atau kelompok orang. Obyek yang dilayani adalah masyarakat yang terdiri dari individu, golongan, dan organisasi
sekelompok orang anggota organisasi . Kualitas jasa atau pelayanan berpusat pada pemenuhan kebutuhan dan
keinginan pelanggan serta ketetapan pengabdiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Menurut Wyekof dalam Tjiptono, 1997:59 kualitas jasa atau
pelayanan adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata
lain ada 2 dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa atau pelayanan yaitu pelayanan yang diharapkan, dan pelayanan yang dipersepsikan. Dengan
memiliki kualitas pelayanan yang baik maka pada akhirnya timbul kesesuaian antara harapan konsumen dengan kinerja yang dirasakan. Layanan yang baik
menjadi dambaan setiap orang yang berurusan dengan badan instansi yang bertugas melayani masyarakat.
Kualitas Pelayanan terbentuk lebih karena faktor kontak langsung antara petugas pelayanan dengan masyarakat penerima pelayanan, faktor tersebut
langsung menjadi penilaian dari masyarakat selaku pelanggan. Evaluasi terhadap kualitas pelayanan diharapkan mampu meningkatkan kinerja dari pelayanan
publik.
Universitas Sumatera Utara
30
Dasar untuk menilai suatu kualitas pelayanan selalu berubah dan berbeda. Apa yang dianggap sebagai suatu pelayanan yang tidak berkualitas pada saat yang lain.
Maka kesepakatan terhadap kualitas sangat sulit untuk dicapai. Dalam hal ini dapat dilihat pendapat ahli dalam mengukur mutu pelayanan.
Menurut Zeithalm dkk dalam Boediono, 2003 : 114 ada lima dimensi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi mutu pelayanan, yaitu :
1. Bukti Langsung Tangibles, yang meliputi fasilitas fisik, pegawai, perlengkapan dan sarana komunikasi. Fasilitas fisik yang dimaksud disini adalah
seperti gedung perkantoran, ruang tunggu untuk customer, telepon, computer dan lain-lain.
2. Daya tanggap Responsiveness, suatu karakteristik kecocokan dalam pelayanan manusia, mampu yakni keinginan para staf untuk membantu
masyarakat dan memberikan pelayanan dengan tanggapan. Keinginan itu seperti kemauan aparat birokrasi untuk memberikan informasi-informasi yang terkait
dengan waktu pelayanan, syarat-syarat program langsung. 3. Keandalan Reability, yaitu kemampuan memberikan pelayanan yang
menyajikan dengan segera dan memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan dan kecakapan aparat birokrasi dalam mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan
dan menjadi kewajibannya dengan cepat sesuai waktu yang dijanjikannya. 4. Jaminan Assurance, yaitu mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat
dapat dipercaya yang miliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keraguan. Yaitu seperti kepastian yang diberikan aparat birokrasi untuk membuat
masyarakat pengguna jasa merasa yakin bahwa tugas yang dilaksanakannya akan bebas dari kesalahan.
Universitas Sumatera Utara
31
5. Empati Emphaty, yaitu meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan para pelanggan. Hal seperti ini
bagaimana aparat birokrasi menciptakan komunikasi eksternal untuk meningkatkan kualitas pelayanannya.
1.5.5 Kesehatan Masyarakat
Menurut UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Jadi dalam pengertian ini kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur –
unsur fisik, mental dan sosial. W. F. Connell 1972: 68-69 menyimpulkan
bahwa masyarakat adalah
1. Suatu kelompok orang yang berfikir tentang diri mereka sendiri sebagai kelompok yang berbeda, diorganisai, sebagai kelompok yang diorganisasi
secara tetap untuk waktu yang lama dalam rintang kehidupan seseorang secara terbuka dan bekerja pada daerah geografis tertentu.
2. Kelompok orang yang mencari kepentingan penghidupan secara berkelompok sampai turun temurun dan mensosialkan anggota –
anggotanya melalui pendidikan. 3. Seseorang yang mempunyai sistem kekerabatan yang terorganisasi yang
mengikat anggota – anggotanya secara bersama dalam keseluruhan yang terorganisasi.
Menurut Soekidjo 2003: 10 kesehatan masyarakat adalah kombinasi antara teori dan praktek yang bertujuan untuk mencegah penyakit,
Universitas Sumatera Utara
32
memperpanjang hidup
dan meningkatkan
kesehatan penduduk
masyarakat . Ketiga tujuan tersebut sudah tentu saling berkaitan dan mempunyai pengertian yang luas, untuk mencapai tujuan tersebut, ada cara
pendekatan yang paling efektif yaitu melalui upaya – upaya pengorganisasian masyarakat.
Adapun tujuan umum dari kesehatan masyarakat adalah meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara menyeluruh dalam
memelihara kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan secara mandiri, sedangkan tujuan khususnya adalah :
a. meningkatkan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam pemahaman tentang pengertian sehat dan sakit.
b. meningkatkan kemampuan individu, keluarga, masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan
1.6 Definisi Konsep
Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat
perhatian ilmu sosial Singarimbun, 2006: 33. Oleh karena itu, untuk menemukan batasan yang lebih jelas maka penulis dapat menyederhanakan
pemikiran atas masalah yang sedang penulis teliti, maka peneliti mengemukakan konsep – konsep antara lain :
1. . Sistem Informasi Manajemen Puskesmas SIMPUS adalah prosedur pemrosesan data berdasarkan teknologi informasi dan diintegrasikan
dengan prosedur manual dan prosedur komputerisasi untuk menghasilkan
Universitas Sumatera Utara
33
informasi yang tepat waktu dan efektif untuk mendukung proses pengambilan keputusan manajemen.
2. Implementasi SIMPUS adalah proses serta tahapan dari pembuatan kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah, yang diarahkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan kebijakan sebelumnya.
Implementasi menurut George C. Edward III dilihat dari beberapa faktor sebagai berikut :
a. Komunikasi, informasi yang diberikan aparat kepada pegawai. b. Sumber Daya Manusia, SDM yang bertanggung jawab pada
SIMPUS . c. Disposisi, bentuk komitmen antara petugas yang bertanggung
jawab dalam SIMPUS d. Struktur Birokrasi, yang harus jelas tugas fungsi pokok dari tiap
tiap pegawai. 3. Pelayanan Kesehatan Masyarakat adalah pelayanan dikatakan sebagai cara
melayani, membantu menyiapkan, mengurus, menyelesaikan keperluan, kebutuhan seseorang atau kelompok orang. Obyek yang dilayani adalah
masyarakat yang terdiri dari individu, golongan, dan organisasi. Adapun indikator – indikator mutu pelayanan menurut Zeithalm dkk dalam Boediono,
2003 : 114 adalah : a. Bukti Langsung Tangibles , Berwujud atau kata lain dengan
bukti langsung, merupakan penampakan bentuk fisik produk
Universitas Sumatera Utara
34
pelayanan atau keberadaan peralatan, informasi yang di dapat dan fasilitas fasilitas yang tersedia di Puskesmas Teladan.
b. Keandalan Reability , merupakan kesigapan dari aparat petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terhadap
keluhan dari masyarakat sehingga pelayanan tersebut respon dalam memberikan solusi dari setiap keluhan masyarakat tersebut.
c. Jaminan Assurance , merupakan informasi yang jelas dan di mengerti kemampuan pegawai atas setiap informasi yang telah
diberikan terhadap masyarakat yang berobat di Puskesmas Teladan.
d. Empati Emphaty , Empati seperti daya adaptasi dan toleransi merupakan kemampuan pegawai Puskesmas Teladan terhadap
ekonomis, Kemudahan dan kenyaman kepada masyarakat.
1.7 Sistematika Penulisan Sistematika yang digunakan penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDHULUAN
Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, definisi
konsep dan sistematika penulisan.
BAB II : METODE PENELITIAN
Berisikan Bentuk Penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.
Universitas Sumatera Utara