Pola Makan Lansia Di UPT Pelayanan Lanjut Usia Binjai

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pola Makan Lansia Di UPT Pelayanan Lanjut Usia Binjai

Dalam penelitian ini, pola makan lansia didasarkan pada jumlah asupan makanan, jadwal makan dan jenis menu makanan yang dikonsumsi oleh lansia, selama 3 tiga hari berturut-turut diukur dengan metode penimbangan kemudian dibandingkan dengan aplikasi nutrisurvey berdasarkan berat badan, tinggi badan dan umur responden. Berdasarkan penelitian didapatkan hasil sebanyak 64,60 lansia dengan kategori pola makan tidak sesuai. Hal tersebut disebabkan jumlah asupan makanan lansia tidak sesuai dengan asupan makanan yang dianjurkan, dimana makanan yang disediakan tidak habis dan menyisakan banyak makanan khususnya nasi. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan sumber energi yang salah satunya bersumber dari karbohidrat berasal dari nasi tidak terpenuhi yang seharusnya diperoleh sebesar 50- 55 dari total sumber energi. Asupan makanan merupakan faktor penting dalam menjaga kesehatan fisik dan aktifitas bagi setiap individu khususnya lansia dalam penyediaan sumber energi. Hasil pengukuran pada penelitian apabila dirata–ratakan, jumlah energi lansia hanya sebesar 1515,76 kkal, sementara kebutuhan energi rata-rata bagi lansia sebesar 1564,3 kkal per hari, terlihat ada selisih sebesar 59,46 kkal dari jumlah energi yang seharusnya. Hal tersebut jika berlangsung lama beresiko terhadap kekurangan gizi Universitas Sumatera Utara berupa kurang sumber kalori, yang dapat dilihat melalui penampilan umumnya yaitu rendahnya berat badan dan kurus serta lemah. Hakekatnya lansia sama dengan individu yang lainnya membutuhkan makanan yang seimbang sepanjang hidupnya untuk kelangsungan serta pemeliharaan kesehatannya. Untuk mencapai keadaan tersebut, individu khususnya lansia membutuhkan macam dan jumlah asupan sumber energi dalam ukuran yang sebanding dengan kebutuhan dan kondisi tubuh, yaitu dengan mengatur asupan makanan seimbang dengan kualitas dan kuantitas yang tepat. Permasalahan tersebut ditemukan juga pada penelitian Hendro 2010 terhadap penderita diabetes mellitus rawat jalan di RSUD Deli Serdang, didapati bahwa asupan makanan yang tidak sesuai dapat memengaruhi kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus sebesar 12 kali, apabila penderita mengonsumsi karbohidrat yang tidak sesuai dengan anjuran. Hal ini menunjukkan bahwa asupan makanan yang tidak sesuai, akan memengaruhi kebutuhan energi bagi metabolisme tubuh khususnya pada penderita diabetes mellitus. Hal ini memperlihatkan bahwa asupan makanan harus sesuai dan mencukupi untuk kebutuhan seluruh aktivitas fisik, penggantian sel dan lain–lain. Asupan makanan dapat tercukupi khususnya pada lansia dengan cara sajian porsi sedikit tapi sering, bukan dengan porsi banyak tapi sekali makan. Hal ini membuat lansia tidak mampu menghabiskan porsi tersebut danmenyisahkan makanan. Asupan makanan tidak terlepas pada makanan yang masuk kedalam tubuh sebagai sumber energi. Makanan yang dikonsumsi seharusnya mencukupi seluruh kebutuhan tersebut, seperti Universitas Sumatera Utara harus ada sumber kalori, protein, lemak, vitamin dan air dalam hidangan yang akan dimakan atau menu makanan. Menurut Maryam, dkk 2008 pada jenis menu makanan, dari hasil penelitian diperoleh sebanyak 63,50 lansia mempunyai jenis menu yang tidak sesuai seperti kondisi makanan seperti nasi yang kurang lunak, ikan goreng yang kurang lunak, sambal yang pedas, sehingga berdampak pada berkurangnya keinginan untuk mengonsumsi makanan dan ketersediaan energi yang dibutuhkan oleh lansia. Keadaan makanan tersebut tidak sesuai dengan keadaan lansia yang memiliki gigi yang tidak lengkap dan produk air liur yang berkurang. Sehingga akan mempengaruhi motivasi lansia untuk mengonsumsi makanan tersebut dan lansia memilih untuk makan secukupnya menurut mereka sendiri. Pendapat Maryam, dkk 2008, makanan khusus lansia seharusnya adalah makanan yang mudah dicerna, beraneka ragam jenis makanannya misalnya nasi lunak, sayur, ikan atau tempe dan tahu yang dimasak dengan cara merebus bukan menggoreng. Sehingga makanan tersebut mudah dikunyah, dicerna dan ditelan, akhirnya kebutuhan sumber energi tercukupi karena makanan yang dikonsumsi sesuai dengan keadaan lansia. Jenis menu makanan yang disediakan oleh pihak panti sebenarnya sudah sesuai dengan anjuran yaitu memenuhi kecukupan energi, protein, lemak seperti nasi, ikan dan sayuran, hanya saja keadaan makanannya saja yang belum sesuai dan tidak benar dengan kondisi lansia. Akibatnya akan menyisahkan makanan khususnya nasi sebagai salah satu sumber energi. Salah satu contoh menu yang disediakan oleh panti Universitas Sumatera Utara adalah menu hari selasa, makan pagi nasi, sambal tempe dan teh manis, makan siang nasi, soto ayam, sambal kecap dan pepaya serta makan malam dengan menu yang sama dengan menu makan siang. Menu tersebut sudah mengandung keaneka ragaman dan mengandung zat gizi yang dibutuhkan. Bahan makanan yang dianjurkan dan yang harus dihindari menjadi pertimbangan dalam memilih bahan makanan sebagai menu utama lansia. Menu yang baik bagi lansia adalah menu yang didalamnya terdiri atas berbagai jenis bahan makanan atau yang disebut dengan menu seimbang, yaitu susunan makanan yang mengandung cukup semua unsur gizi yang dibutuhkan lansia seperti sumber karbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Penyusunan menu bagi lansia lebih kompleks dan perhatian khusus, hal ini disebabkan penyakit dapat timbul karena diakibatkan oleh makanan yang tidak sesuai dengan keadaan dan kondisi lansia. Penyakit yang dapat ditimbulkan karena makanan yang tidak sesuai antara lain adalah rematik, konstipasi, hipertensi, jantung, stroke dan lainnya Darmojo, dkk 2004. Hasil penelitian untuk jadwal makan pada responden, pada umumnya lansia mempunyai jadwal makan tidak sesuai sebanyak 56,3 responden. Dari data tersebut memperlihatkan bahwa terdapat lansia dengan jadwal makan yang tidak sesuai yang seharusnya bagi lansia, seperti dinyatakan menurut Maryam 2008, bahwa jadwal makan yang baik bagi lansia adalah makan pagi pukul 07.00–08.00, makan siang pukul 12.00–13.00 dan makan malam pukul 18.00–18.30, sementara lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai memakan makanannya pagi hari Universitas Sumatera Utara paa pukul 07.30 atau pukul 09.00 wib, makan siang pada pukul 12.30 atau pukul 14.30 wib dan makan malam pukul 19.00 atau 19.30 wib. Sementara makanan diambil dari tempat pemasakkan untuk makan pagi pukul 06.30-07.00 wib, makan siang pukul 12.00 dan makan malam pada pukul 18.00 wib. Hal ini memperlihatkan bahwa keadaan makanan pada saat makanan dibagikan atau diambil dari dapur, lansia belum merasa lapar atau belum ada keinginan untuk memakan sehingga menunda untuk mengonsumsinya. Sehingga makanan yang telah diambil menjadi dingin dan mengurangi rasa dari makanan tersebut. Pendapat ahli dalam Maryam, dkk 2008 menyatakan bahwa jenis menu makanan untuk lansia dalam pemberian makanan, terbagi atas 7-8 kali pemberian, yang terdiri dari 3 kali makanan utama pagi, siang dan malam serta 4-5 kali makanan selingan. Sebagai contoh pukul 05.00 minum susu atau jus, pukul 07.00 makanan utama, pukul 09.30 makan minum selingan, pukul 12.00 makanan utama, pukul 15.00 makan minum selingan, pukul 18.30 makanan utama dan sebelum tidur makan minum selingan. Sementara pihak panti hanya menyediakan makanan utama saja yaitu makan pagi, makan siang dan makan malam, sedangkan makan dan minum selingan tidak disediakan. Jadwal makan yang tidak teratur yang dilakukan oleh lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai akan berdampak pada sistem metabolisme tubuh dalam proses penguraian makanan menjadi sumber energi dan pemanfaatannya bagi tubuh. Asupan gizi yang tidak benar yaitu tidak teratur dalam waktu makan, Universitas Sumatera Utara berdampak terhadap penurunan fungsi organ tubuh pada lansia. Makanan disajikan pada lansia hendaknya pada waktu yang teratur dan porsi. Jadwal makan yang teratur akan berdampak pada fungsi tubuh dan organ dalam kondisi yang tetap baik, karena energi yang dibutuhkan untuk kebutuhan fungsinya selalu tersedia tidak sempat mengalami kekurangan atau kelebihan energi. Ketidakteraturan lansia dalam mengonsumsi makanan yang disediakan, karena pada saat yang bersamaan sedang berolahraga, berbincang dengan teman atau membersihkan pekarangan dan pada sebahagian lansia ada yang bercocok tanam pada lahan yang disediakan oleh pihak panti. Sehingga keinginan untuk mengonsumsi makanan ditunda hingga selesai kegiatan tersebut. Kesesuaian jumlah asupan makanan yang diperoleh dari makanan, jadwal makan yang teratur dan jenis menu makanan yang sesuai dengan keadaan lansia pada umumnya, tentu akan menghasilkan ketersediaan energi bagi aktifitas dan perbaikkan sel tubuh.

5.2. Motivasi Diri Lansia