Penilaian Pola Makan Lansia

terjaminnya kebutuhan hidup. Terjaminnya kebutuhan hidup bisa didapat bila ada dukungan sosial bagi lansia baik dari keluarga, masyarakat maupun dari pemerintah. Kondisi psikososial dan fisik secara keseluruhan berpengaruh positif terhadap status gizi. Semakin baik kondisi psikososial, diharapkan semakin baik pula status gizi. Beberapa faktor risiko potensial yang telah diidentifikasi dapat menyebabkan terjadinya masalah gizi pada lansia di antaranya adalah kebingungan mental dan depresi serta ketidakmampuan fisik. Aspek psikososial dan fisik secara keseluruhan memiliki hubungan positif dengan status gizi. Hal itu menunjukkan bahwa untuk mendapatkan status gizi yang baik diperlukan perhatian yang lebih menyeluruh terhadap aspek psikososial dan fisik baik dari keluarga, masyarakat, maupun pemerintah. Lansia dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi sangat membutuhkan bantuan dari lingkungannya, hal ini karena keadaan lansia yang sudah terbatas dalam melakukan segala sesuatunya sendiri, agar dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi tersebut dapat terpenuhi sesuai dengan keadaannya.

2.5. Penilaian Pola Makan Lansia

Pola makan merupakan serangkaian kegiatan makan pada lansia dalam memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lain dari bahan pangan yang di konsumsi. Penilaian pola makan dapat dilihat dengan melakukan pengukuran jumlah kecukupan energi yang dibutuhkan, jenis makanan dan jadwal makan sehari, sehingga diperoleh data konsumsi sehari pada lansia. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan jenis data yang diperoleh, maka pengukuran konsumsi makanan menghasilkan dua jenis data konsumsi yaitu bersifat kualitatif dan kuantitatif. Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan food habits serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut. Metode secara kuantitatif untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi kemudian dibandingkan Daftar Komposisi Bahan Makanan DKBM atau daftar lain yang diperlukan Supariasa, 2002. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penimbangan makanan food weighing method. Prinsip dari metode penimbangan makanan adalah pengukuran dilakukan secara langsung sehingga berat dari makanan yang dikonsumsi dapat diketahui dengan benar. Adapun langkah–langkah yang dilakukan pada metode ini adalah peneliti menimbang dan mencatat makanan yang akan dikonsumsi dalam gram. Selanjutnya setelah makanan dikonsumsi, sisa dari makan ditimbang juga. Jumlah makanan yag dikonsumsi sehari, kemudian di analisis dengan menggunakan DKBM. Kemudian dibandingkan hasilnya dengan kecukupan gizi yang dianjurkan dalam angka kecukupan gizi AKG. Metode penimbangan makanan mempunyai ketelitian paling tinggi dibanding metode lainnya, dapat mencatat secara pasti mengenai jumlah dan jenis bahan makanan asupan atau sisa makanan dan mempunyai validitas yang tinggi. Namun kelemahannya membebani responden, tidak praktis, memerlukan tempat dan peralatan khusus, membutuhkan waktu dan mahal karena Universitas Sumatera Utara membutuhkan peralatan, tenaga pengumpul harus terlatih dan terampil serta memerlukan kerjasama yang baik dengan responden Supariasa, 2002

2.6. Landasan Teori