Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia

Depkes RI 2004 membuat pengelompokan lansia menjadi 3 tiga kelompok yaitu kelompok pertengahan umur adalah kelompok usia dalam masa virilitas, yaitu masa persiapan lansia, yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa 45–54 tahun, kelompok lansia dini ialah kelompok dalam masa prasenium, yaitu kelompok yang mulai memasuki lansia 55–64 tahun dan kelompok lansia dengan resiko tinggi, ialah kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun, atau kelompok lansia yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti, menderita penyakit berat, atau cacat.

2.1.1. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia

Nugroho 2008 menyatakan adapun perubahan yang terjadi pada lanisa tersebut terbagi atas perubahan fisik yang meliputi perubahan pada sel, sistem persarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan dan sistem muskuloskletal. Perubahan yang terjadi pada sel adalah lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya, berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler, menurunnya proporsi protein di otak, otot, darah, dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel, otak menjadi atrofi, beratnya berkurang 5- 10. Pada sistem persarafan terjadi berat otak menurun 10-20 setiap orang berkurang sel otaknya dalam setiap harinya, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres, mengecilnya saraf panca indra, yaitu berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin dan kurang sensitif terhadap sentuhan Universitas Sumatera Utara Pada sistem pendengaran terjadi gangguan pada pendengaran yaitu hilangnya kemampuan daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi dan nada yang rendah, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-kata yang diucapkan, membran timpani menjadi mengecil menyebabkan terjadinya kerapuhan pada membran tersebut, terjadi pengumpulan serumen dan mengeras karena meningkatnya keratin dan pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa stres. Sedangkan pada sistem penglihatan terjadi pada pupil yaitu timbul kekakuan dan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih berbentuk bulat bola, lensa lebih suram kekeruhan pada lensa hingga menjadi katarak, menyebabkan gangguan penglihatan, meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya gelap, hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapangan pandang; berkurang luas pandangannya dan berkurangnya daya membedakan warna biru atau hijau pada skala ukur. Pada sistem muskuloskeletal terjadi tulang kehilangan density cairan dan makin rapuh, kifosis, discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek, persendian membesar dan menjadi pendek dan tendon mengerut serta mengalami skelerosis. Sementara perubahan mental yang terjadi pada lansia lebih disebabkan oleh adanya perubahan fisik, organ perasa, kesehatan secara umum, tingkat pendidikan, keturunan, lingkungan, memori jangka panjang dan jangka pendek, intelegency dan kemampuan komunikasi verbal dan berkurangnya keterampilan psikomotor serta perubahan psikososial pada lansia Nugroho 2008. Universitas Sumatera Utara Perubahan status gizi pada lansia lebih disebabkan pada perubahan lingkungan maupun faali tubuh dan status kesehatan lansia. Perubahan tersebut semakin nyata pada kurun usia 70-an. Faktor lingkungan meliputi perubahan kondisi ekonomi akibat pensiun, isolasi sosial karena hidup sendiri setelah pasangan meninggal dunia dan rendahnya pemahaman gizi akan memperburuk keadaan gizi lansia. Faktor kesehatan yang mempengaruhi status gizi adalah timbulnya penyakit degeneratif dan non generatif yang berakibat pada perubahan dalam asupan makanan dan perubahan penyerapan zat gizi Darmojo, 2004.

2.1.2. Permasalahan Gizi pada Lansia