Pengaruh Motivasi, Perasaan dan Emosi serta Dukungan Keluarga terhadap Pola Makan Lansia

teratur, memberi dorongan untuk tetap hidup bersih dan sehat dan lain–lain Maryam, 2008

2.4. Pengaruh Motivasi, Perasaan dan Emosi serta Dukungan Keluarga terhadap Pola Makan Lansia

. Secara epidemiologi faktor resiko terhadap terjadinya gangguan pola makan pada lansia antara lain karakteristik individu dan perilaku yang berkaitan dengan pola makan dan gaya hidup, karakteristik adalah segala sesuatu yang merupakan ciri-ciri biologis dan sosial yang terdapat pada lansia. Karakteristik tersebut seperti karakteristik sosiodemografi misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, sosial ekonomi, dan perilaku pengetahuan dan sikap serta sosial budaya Nugroho, 2008 Menurut Maramis 2006 perubahan psikologis seseorang dapat dilihat dengan memperhatikan masalah emosionalnya dengan maksud menghilangkan, mengubah gejala yang ada dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian yang positif. Perubahan tersebut tentunya berdampak pada perilaku seseorang dalam beraktifitas dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar, seperti dalam mengkonsumsi makanan yang tentunya juga dipengaruhi oleh keadaann emosi. . Pada penelitian Rusilanti 2006, lansia yang memiliki dukungan sosial yang baik akan memperbaiki kondisi psikososialnya. Dengan semakin majunya komunikasi antar individu dan teknologi, pola hidup masyarakat mengalami perubahan. Pola hidup keluarga semakin kehilangan fungsinya dan beralih menjadi pola hidup keluarga inti. Kebiasaan untuk memberikan bantuan sosial antar keluarga Universitas Sumatera Utara berkurang dan pola hidup individual semakin menonjol. Dalam hal ini berpengaruh terhadap kondisi psikososial lansia. Dalam penelitiannya, konsumsi makan lansia memiliki hubungan positif r=0,25 dengan kondisi psikososialnya, namun kondisi psikososial juga berkorelasi positif dengan kepuasan hidup r=0,12 dan berkorelasi negatif dengan depresi r=-0,07. Salah satu indikator kepuasan hidup adalah terpenuhinya semua kebutuhan termasuk kebutuhan akan makanan yang dikonsumsinya. Sebaliknya semakin baik kondisi psikososial semakin baik pula konsumsi makanan lansia. Faktor fisiologi dan psikologi dapat mempengaruhi pemilihan terhadap makanan, di samping itu pula pengetahuan tentang makanan juga dapat mempengaruhi asupan. Faktor sosial juga memiliki pengaruh besar terhadap pemilihan makanan. Budaya, geografi, dan ketersediaan makanan menentukan peningkatan atau pembatasan dalam memilih makanan. Pada sebagian besar orang, hubungan keluarga dan persahabatan seringkali mempengaruhi pembelian, perbaikan dan konsumsi makanan. Status sosial ekonomi, perubahan ekonomi dan dukungan sosial memiliki pengaruh penting dalam membentuk pola makan yang sangat erat kaitannya dengan status gizi dan penyakit. Kondisi psikososial dapat diukur dari tingkat kepuasan hidup. Dalam penelitian tersebut tampak adanya korelasi positif tingkat kepuasan terhadap kondisi psikososial lansia r=0,12. Semakin tinggi tingkat kepuasan lansia semakin baik kondisi psikososial lansia. Perasaan bahagia yang dimiliki lansia dapat meningkatkan kepuasan diri pada lansia. Menurut penelitian yang dilakukan Jauhari 2003 disebutkan bahwa hal yang membuat sebagian besar lansia bahagia adalah Universitas Sumatera Utara terjaminnya kebutuhan hidup. Terjaminnya kebutuhan hidup bisa didapat bila ada dukungan sosial bagi lansia baik dari keluarga, masyarakat maupun dari pemerintah. Kondisi psikososial dan fisik secara keseluruhan berpengaruh positif terhadap status gizi. Semakin baik kondisi psikososial, diharapkan semakin baik pula status gizi. Beberapa faktor risiko potensial yang telah diidentifikasi dapat menyebabkan terjadinya masalah gizi pada lansia di antaranya adalah kebingungan mental dan depresi serta ketidakmampuan fisik. Aspek psikososial dan fisik secara keseluruhan memiliki hubungan positif dengan status gizi. Hal itu menunjukkan bahwa untuk mendapatkan status gizi yang baik diperlukan perhatian yang lebih menyeluruh terhadap aspek psikososial dan fisik baik dari keluarga, masyarakat, maupun pemerintah. Lansia dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi sangat membutuhkan bantuan dari lingkungannya, hal ini karena keadaan lansia yang sudah terbatas dalam melakukan segala sesuatunya sendiri, agar dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi tersebut dapat terpenuhi sesuai dengan keadaannya.

2.5. Penilaian Pola Makan Lansia