Kembali kami datang kemari Menbayar hutang memenuhi janji
Mengantar anak muda lagi bestari Agar dapat dipersandingkan dengan putri
Karena syarat dan hutang sudah kami penuhi PDSKLMN bait ke 7
Penyair menggambarkan bahwa rombongan tersebut datang dengan maksud baik dan utk menyampaika maksud baik kedatangan rombongan pengantin.
4.2.3 Kata Konkret
Kata konkret adalah kata-kata yang dilihat secara denotatif sama tetapi secara konotatif tidak sama menurut situasi pemakaiannya. Dalam hal ini penyair
memilih kata-kata konkrit untuk melukiskan dan menyatakan sesuatu dengan setepat-tepatnya.
Kata konkret adalah salah satu cara penyair menggambaran sesuatu secara konkret. Oleh karena itu kata-kata diperkonkretkan, bagi penyair dirasa lebih
jelas karena lebih konkret, namun bagi pembaca sulit ditafsirkan waluyo, 2005: 9. Kata konkret sangat berkaitan dengan kiasan dan perlambangan artnya
simbolnya dan kiasan dapat digunakan sebagai sarana untuk mengkonkretkan hal yang abstrak. Dengan kata lain kiasan dan perlambangan dapat memberikan
kesan yang luas tentang suatu keadaan pendengar atau pembaca. Contoh pantun dalam tari persembahan yang terdapat kata konkret didalamnya.
Layar dikutub dilabuh sauh Darat dituju masih lah jauh
Universitas Sumatera Utara
Biarkan badan bersimbah peluh Adat budaya berasama kita asuh
Indah bentuknya seni budaya Mengukir seni indah dipandang
Perusak budaya datang melanda Demi marwah harus dihadang
PDTP bait ke 6 Jaman dahulu dikuala lumpur
Anak raja mandi ditaman Resam melayu tak akan luntur
Walau berganti masa bertukar zaman PDTP bait ke 7
Darah mengalir dapat ditahan Luka di tangan bileh di obat
Sejarah terukir sepanjang zaman Menjadi kenangan berabad-abad
PDTP bait ke 8 Pada bait pantun di atas menggambarkan bahwa adat istiadat tersebut sudah ada dari
sejak dahulu, dan tidak dapat dihilangkan karena adat istiadat tersebut merupakan ketentuan yang mengatur tingkah laku anggota masyarakat dalam segala aspek
kehidupan manusia. Adat istiadat berkembang secara turun menurun dari orang tua kepada anak-anaknya.
Universitas Sumatera Utara
4.2.4 Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran secara khas yang memperhatikan jiwa serta kepribadian penyair. Artinya, gaya bahasa yang digunakan
oleh seorang penyair merupakan refleksi dari pikiran dan jiwanya dalam membuat sebuah karya sastra.
Dalam pantun juga terdapat gya bahasa. Ada beberapa gaya bahasa yang terdapat pada bait berikut:
Selamat datang tetamu kami Datang berkunjung ke rumah ini
Sungguh sangat terkenan dihati Yang kami nanti telah terbukti.
PDSKLM bait 1 Pada bait pantun diatas penyair menggunakan gaya bahasa yang berupa satu ungkapan
rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
4.3 Analisis Struktur Batin