Dalam meciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Untuk mengungkapkan tema yang sama, penyair satu
dengan perasaan yang berbeda dengan penyair lainnya, sehingga hasil puisi yang diciptakan berbeda pula.
4. Amanat
Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Tujuan atau amanat merupakan hal yang
mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun, dan juga berada di balik tema yang diungkapkan.
2.3.2 Teori Estetika
Ide terpenting dalam sejarah estetika filsafati atau filsafat keindahan sejak zaman Yunani Kuno sampai abad ke-18 ialah masalah yang berkaitan dengan keindahan beauty.
Persoalan yang digumuli oleh para filsuf ialah ”apakah keindahan itu?”. menurut asal katanya,”keindahan” dalam perkataan bahasa Inggris : beautiful dalam bahasa Perancis:
beau, sedang Italia dan Spanyol: bello ; yang berasal dari kata bellum. Akar katanya adalah bonum yang berarti kebaikan, kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi bonellum
dan terakhir dipendekkan sehingga ditulis bellum. Hazwani, 2009:8.
Berdasarkan pendapat umum, estetika diartikan sebagai suatu cabang filsafat yang memperhatikan atau berhubungan dengan gejala yang indah pada alam dan seni.
Pandangan ini mengandung pengertian yang sempit. Estetika yang berasal dari bahasa Yunani ”aistehika” berarti hal-hal yang dapat diserap
oleh panca indera. Oleh karena itu estetika sering diartikan sebagai persepsi indera sense of perception. Alexander Baumgarten.
seorang filsuf Jerman adalah yang pertama yang memperkenalkan kata ”aisthetika”, sebagai penerus pendapat Cottfried Leibniz.
Baumgarten memilih estetika karena ia mengharapkan untuk memberikan tekanan kepada pengalaman seni sebagai suatu sarana untuk mengetahui the perfection of
sentient knowldedge.
Universitas Sumatera Utara
Ada tiga hal yang membedakan karya satra dengan karya sastra dengan karya-karya tulis yang lain bukan sastra yaitu pertama, sifat khayali fictionality merupakan akibat
dari kenyataan bahwa karya saatra dicipta dengan daya khayal: walaupu karya sastra hendak berbicara tentang kenyataan dan masalah-masalah kehidupan yang nyata, karya
sastra itu terlebih dahulu menciptakan dunia khayali sebagai latar belakang tempat kenyataan-kenyataan dan masalah-masalah itu dapat direnunkan dan dihayati oleh
pembaca. Kedua, adanya nilai-nilai seni esthetic values merupakan persyaratan yang membedakan karya sastra dari yang bukan sastra, namun justru dengan bantuan-bantuan
nilai-nilai itulah sastrawan dapat mengungkapkan isi hatinya sejelas-jelasnya, sedalam- dalamnya, dan sekaya-kayanya. Dan sekaligus keindahan bahasa itu. Barisan-barisan
dalam sebuah puisi bukan saja diusahakan dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan penyairnya, akan tetapi mejadi daya tarik pula melalui keindahan irama dan bunyinya
Sumardjo dan Saini K.M, 1997: 13-14.
Bahasa merupakan wujud dari karya sastra. Bahasa dalam sastra umumnya berwujud lisan ataupun tulisan. Penggunaan bahasa secara khusus sangat jelas tampak
pada karya-karya berbentuk puisi. Walaupun begitu, sebenarnya di dalam novel dan drama pun penggunaan bahasa seperti itu dilakukan para sastrawan dengan sadar dan
seksama. Suatu bentuk sastra disebut indah kalau organisasi unsur-unsur yang dikandung
didalamnya tadi memenuhi syarat-syarat keindahan Sumardjo dan Saini K.M, 1997: 14.
Adapun syarat-syarat keindahan itu antara lain: 1.
Kesatuan Unity Kesatuan ialah karya sastra puisi, novel, dan drama harus utuh: artinya setiap bagian
atau unsur yang ada padanya menunjang kepada usaha pengungkapan isi hati sastrawan. Ini berarti pula bahwa setiap unsur atau bagian karya sastra benar-benar diperlakukan
dan disengaja adanya dalam unsur atau bagian yang kebetulan. Semuanya direncanakan dan ada dalam karya sastra itu sebagai hasil pemilihan dan pertimbangan yang seksama.
Nilai dalam kesatuan dalam pantun terlihat pada unsur-unsur pembentuknya seperti jumlah kata dalam sebaris. Jumlah kata dalam sebaris pada tiap baris yang terdapat
dalam pantun
2. Keharmonisan Harmony
Keharmonisan berkenaan dengan hubungan satu unsur atau bagian karya sastra dengan unsur atau bagian lain: artinya, unsure atau bagian itu harus menunjang daya ungkap
unsure atau bagian lain, dan bukan mengganggu atau mengaburkannya. Dalam pantun, keharmonisan terletak pada struktur pembentuk pantun yaitu sampiran dan isi serta dari
rima yang membentuk irama dari pantun itu. Sampiran merupakan pembuka maksud
Universitas Sumatera Utara
dari tujuan yang hendak disampaikan oleh penyair. Sedangkan isi merupakan tujuan dan maksud yang hendak disampaikan oleh penyair.
3. Keseimbangan Balance
Keseimbangan ialah unsur-unsur atau bagian-bagian karya sastra, baik dalam ukuran maupun bobotnya, harus sesuai atau seimbang dengan guna atau fungsinya. Sebagai
contoh adegan yang kurang penting dalam suatu naskah drama akan lebih pendek dari pada adegan yang penting: demikian halnya di dalam novel: gagasan atau perasaan yang
penting dalam sebuah puisi akan mendapat pengulangan di dalam baris lain dengan citra atau lambang lain. Pada pantun, keseimbangan terlihat dari fungsi sampiran dan isi.
Sampiran merupakan kata pembuka dalam puisi Melayu, sedangkan isi merupakan maksud dan tujuan dari puisi tersebut.
4. Fokus atau tekanan yang tepat Right Emphasisi
Tekanan yang tepat ialah unsur atau bagian yang penting harus mendapat penenkanan yang lebih dari pada unsur atau bagian yang kurang penting. Unsur yang penting itu
akan dikerjakan sastrawan dengan lebih seksama, sedang yang kurang penting mungkin hanya berupa garis besar dan bersifat skematik saja. Dalam pantun, fokus atau tekanan
yang tepat adalah hal-hal yang berkaitan langsung dengan pantun.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN