Fokus atau Tekanan Yang Tepat right emphasis

Kalimat pertama baris ketiga mendukung informasi yang hendak disampaikan pada kalimat kedua baris keempat sehingga membentuk satu kesatuan makna. Keseimbangan juga dapat dilihat dari kesesuain perbandingan antara sapiran dengan isi. Perbandingan yang digunakan dalam sampiran juga harus tepat benar sehingga terdapat keseimbangan bentuk dan bobot. Begitu pula dalam isi, perbandingan harus benar-benar dapat menjadi inti masalah yang hendak disampaikan oleh penyair, dalam pantun, kesimbangan seperti baitnya, seperti pada kutipan bait berikut: Jika pandai pegang kemudi Akan selamat ke tanah seberang Jika nak damai suami istri Jangan dengar fitnahan orang. PTWR 4 Pada bait ke tiga di atas sampiran terdapat pada baris pertama dan kedua yaitu kata-kata “jika pandai pegang kemudi, akan selamat ke tanah seberang” menceritakan nasehat kepada calon pengantin yag igin menjalani biduk rumah tangga dan tidak lagi bersama orang tua. Isi terdapat pada baris ketiga dan baris keempat yaitu “ jika nak damai suami istri, jangan dengarkan fitnahan orang” menceritakan haruslah suami istri saling percaya supaya hidup rukun dan damai.

4.4.5 Fokus atau Tekanan Yang Tepat right emphasis

Fokus atau tekanan yang tepat dalam puisi melayu biasanya adalah tentang sosial budaya yang terdapat dalam puisi tersebut ataupun pusat pembicaraan yang menjadi subject mater pokok permasalahan utama Ritonga hazwani, 2009: 56. Hal Universitas Sumatera Utara ini haruslah mendapat penekanan yang lebih dari pada unsure atau pun bagian yang lainnya. Dalam pantun perkawinan masyarakat melayu serdang bedagai yang menjadi fokus atau penekanan yang paling utama adalah yang berkaitan dengan pantun perkawinan masyarakat melayu yaitu tentang kepatuhan istri kepada suami tidak terlepas juga dengan pembicaraan tentang nasehat atau petuah-petuah yang harus dilakukan sesuai dengan norma atau adat istiadat serta agama. Pantun perkawinan masyarakat melayu yang terdiri dari beberapa bait yang menceritakan tentang kepatuhan istri kepada suami dan nasehat-nasehat dalam rumah tangga. Penekanan terjadi pada pantun tepung tawar pada bait ke 2, 3, 4 mengenani nasehat kepada pengantin dalam membina rumah tangga. Sedangkan pada bait ke 16 pada pantun makan nasi hadap-hadapan, bait penutup pantun dalam ucara perkawinan. Dengan demikain dapat diketahui bahwa yang menjadi fokus atau penekanan dalam pantun upacara perkawinan masyarakat Melayu Serdang Bedagai adalah tentang nasehat kepada kedua mempelai dalam membina rumah tangga. Ada pun bait yang menekankan tentang nasehat kepada penganti dalam membina rumah tangga tersebut sebagai berikut: Ncik mamat menikam gamat Gamat ditikam si tombak pari Semoga rumah tangga tetap selamat Tegakkan sholat setiap hari PTWR bait ke 2 Jika pandai pegang kemudi Akan selamat ke tanah seberang Universitas Sumatera Utara Jika nak damai suami istri Jangan dengarkan fitnahan orang PTWR bait ke 3 Lumba-lumba timbang gelombang Singgah sebentar dilubuk raya Dari jauh keluarga sudah datang Semoga pengantin hidup bahagia PTWR bait ke 8 Ambil rotan dibelah-belah Jalin tiga dibuat pengikat Taat dan tekun kepada allah Rumah tangga mendapat berkat PTWR bait ke 9 Pada bait kedua 2 menekankan tentang mendo’akan pengantin dijauhkan dari bala dan maksiat dan pengantin jangan melalaikan sholat setiap tiba waktunya supaya kalak selamat dunia akhirat. Pada bait ketiga 3 menekankan kepada pasangan suami istri untuk saling percaya dalam menjalani biduk rumah tangga, agar tercipta keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warohama. Sedangkan pada bait ke Sembilan 9 menekankan kepada pasangan suami istri agar tekun atau menaati semua perintah Allah supaya rumah tangga kelak mendapat berkah dari allah S.W.T. Adapun bait pembuka pada pantun dalam upacara perkawinan masyarakat Melayu Serdang Bedagai terlihat pada pantun hempang batang Asalamualaikum kami ucapkan Pada tuan dan puan orang budiman Universitas Sumatera Utara Kami datang beserta rombongan Mengapa dihadang dipintu. PHB bait ke 1 Wa’alakum salam kami nantikan Selamat sejahtera para rombongan Syarat adat tolong sediakan Baru hempang natang kami singkirkan. PHB bait ke 2 Pada bait ke 1-2 menjelaskan agar para pembaca atau masyarakat selalu mengucapkan asalamualaikum sebagai salam pembuka sebagai pembuka kata dalam setiap pembicaraan agar segala hal yang dikerjakan tersebut mendapat bridho allah S.W.T dan mendapat syafaat dari rasul serta sahabat rasul. Adapun bait penutup dalam pantun perkawinan Masyarakat Melayu Serdang Bedagai terlihat sebagai berikut: Contoh patun makan nasi hadap-hadapan. Akhirul kalam kami ucapkan Salamat sejahtera hadirin sekalian Dilain waktu kita jumpa kan Dalam acara nasi hadap-hadapan PMNHPDPN bait ke 15 Dari Sumatera membawa markisah Markisah diantara di berastagi Untuk sementara kita berpisah Di lain masa kita berjumpa lagi Universitas Sumatera Utara PMNHPDPN bait ke 16 Pada bait ke 15-16 menjelaskan bahwa mendo’akan pengantin di pelaminan dan mendo’akan para hadiri sekalian supaya selamat dan sejahtera. Dan salam penutup dalam acara tersebut. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang dilakukan terhadap Pantun Pada Upacara Perkawinan Masyarakat Melayu Serdang Bedagai, dapat disimpulkan bahwa: 1.struktur estetika pantun pada upacara perkawinan masyarakat Melayu Serdang Bedagai anatara lain: A. Diksi yang digunakan dalam pantun pada Upacara Perkawinan Masyarakat Melayu Serdang Bedagai menggunakan beberapa kosa kata B. Imaji yang digunakan dalam pantun pada Upacara Perkawinan Masyarakat Melayu Serdang Bedagai adalah imaji taklit, imaji visual, dan imaji auditIf C. Kata konkret yang digunakan dalam pantun pada Upacara Perkawinan masyrakat Melayu Serdang Bedagai penyair menggunakan kata-kata yang konkret untuk mengkokretan imaji yang ditawarkan yakni nasehat-nasehat atau petuah-petuah yang diberikan kepada pengantin dalam membina rumah tangga rukun dan damai sampai ke anak cucu, dan sebagai seorang istri harus patuh kepada suaminya, dan saling percaya dalam menjalani biduk rumah tangga. D. Gaya bahasa yang digunakan dalam pantun pada Upacara Perkawinan Masyarakat Melayu Serdang Bedagai adalah gaya bahasa sinestesia, litotes, dan simile E. Tema yang digunakan dalam pantun pada Upacara Perkawinan Masyarakat Melayu Serdang Bedagai adalah tema cinta, penyatuan dua insan F. Nada yang tepat terdapat pada pantun pada Upacara Perkawinan Masyarakat Melayu Serdang Bedagai adalah nada menegaskan dan nada romantic Universitas Sumatera Utara