penyair untuk menimbulkan daya estetis dari baitr-bait tersebut. Mulai dari pemilihan kata sampai dengan mengkonkritkan kata atau mulai dari tema samapai dengan amanat,
semuanya sengaja disusun oleh penyair. Begitu pula dengan jumlah suku kata dan kata dalam pantun tersebut, telah diperhitungkan penyair jumlahnya agar membentuk
keseragaman atau kesatuan. Kesatuan-kesatuan jumlah suku kata dan kata tersebutlah yang menjadikan
bait-bait puisi yang yang terdapat dalam pantun memiliki nilai-nlai estetis. Hal ini tentu saja menunjang usaha penyair dalam mengungkapkan isi hatinya dan makna yang
terkandung didalam tiap bait dari pantun tersebut.
4.4.2 Nilai Keharmonisan harmony
keharmonisan dalam estetika puisi Melayu berkenaan dengan hubungan antara suku kata bagian dengan unsure atau bagian lain. Artinya, unsure atau bagian itu harus
menunjang daya ungkap unsur atau bagian lain, dan bukan mengganggu atau mengaburkannya hazwani, 2009: 50.
Dalam pantun, keharmnisan tersebut terletak pada struktur pembentukan pantun tersebut yaitu sampiran dan isi serta rima yang membentuk irama dari pantun itu.
Dalam hal sampiran, setiap sampiran dalam puisi melayu bentuk apapun merupakan pembuka maksud dari tujuan yang hendak disampaikan oleh penyair, sedangkan isi
merupakan tujuan maksud yang hendak disampaikan oleh penyair, setiap sampiran harus dapat menggambarkan isi yang merupakan tujuan penyair. Bila sampiran tidak
menggambarkan hal tersebut maka tujuan akan tercapai. Hal ini terlihat pada kutipan bait berikut:
Contoh pantun hempag batang.
Universitas Sumatera Utara
1 asalam’mualaikum kami ucapkan
pada tuan dan puan orang budiman kami datang beserta rombongan
mengapa dihadang kami berjalan PHB bait ke 1
Contoh pantun tepung tawar. 2
ambil rotan dibelah-belah jalin tiga buat pengikat
taat dan tekun kepada Allah rumah tangga mendapat berkat
PTWR bait ke 9 Pada bait 1 sampiran yang terdiri dari baris pertama dan kedua yakni
“assalam’mualaikum kami ucapkan, dan pada tuan dan puan orang budiman” merupakan pembuka maksud dari penyair untuk menyampaikan ide atau gagasan.
Adapun ide atau gagasannya tertuang dalam baris ketiga dan baris keempat yaitu “kami datang beserta rombongan dan mengapa dihadang kami berjalan” hal ini bermaksud
agar para pembaca atau masyarakat selalu mengucapkan salam sebelum memulai pembicaraan atau pembuka kata, agar segala hal yang dikerjakan tersebut mendapat
Ridho dari Allah. Keharmonisan itu terlihat dari kata-kata yang dipergunakan dalam sapitran yang memiliki hubungan langsung dengan isi. Keharmonisan juga terlihat dari
jumlah kata dan suku kata. Dan pada baris pertama dan ketiga juga terdapat keharmonisan bunyi yakni sama-sama berima akhir n.
Begitu juga dengan bait ke 9Sembilan yang memiliki sampiran yang berhubungan langsung dengan isi sehingga keharmonisan itu begitu Nampak serasi.
Universitas Sumatera Utara
Sampiran yang berisikan ajakan kepada kedua mempelai pengantin agar membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warohmah.
Selain itu, keharmonisan dalam pantun juga terlihat dari sarat bunyi yang terdapat dalam rima akhirnya, seprti yang terlihat pada contoh contoh dibawah ini:
Contoh pantun makan nasi hadap-hadapan. 1
Dari Sumatera membawah markisah Markisah ditanam diberastagi
Untuk sementara kita berpisah Dilain masa kita berjumpa lagi
PMNHHPN bait ke 16 Pada bait ke 16 harmonisasi terletak pada rima yang berbeda sehingga
menghasilkan variasi nada yang menghasilkan keindahan bunyi. Variasi tersebut adalah variasi rima dengan pola a b a b di akhir kata, pada baris pertama menggunakan rima
akhir h yang terdapat kata markisah, baris kedua menggunakan rima akhir i yang terdapat kata berastagi, baris ketiga menggunakan rima akhir h yang terdapat kata
berpisah, baris keempat menggunakan rima akhir i yang terdapat kata lagi. Sehinggah menghasilkan variasi rima a b a b yang indah.
Keharmonisan dari bait-bait dapat dilihat dari bait pertama sampai bait terakhir yang tetap menggunakan pola ab ab sehingga menghasilkan variasi yang indah dari bait
pertama sampai bait terakhir.
4.4.3 Nilai Keseimbangan balance