Jenis dan Rancangan Penelitian Alat Bahan Analisis Hasil Alur Penelitian

18

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian eksperimental murni menggunakan metode desain faktorial menggunakan dua faktor dan dua level untuk menghasilkan formula optimum emulgel minyak cengkeh sebagai penyembuh jerawat.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komposisi carbopol 940 sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humectant dalam 2 level level rendah dan level tinggi. b. Variabel tergantung Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1 Sifat fisik emulgel minyak cengkeh : daya sebar dan viskositas. 2 Stabilitas emulgel minyak cengkeh : pergeseran viskositas setelah penyimpanan selama satu bulan. 3 Iritasi primer : eritema dan edema 4 Daya antibakteri : diameter zona hambat c. Variabel pengacau terkendali Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah kecepatan, lama, dan suhu pengadukan dalam pembuatan sediaan emulgel minyak cengkeh, lama penyimpanan, kondisi penyimpanan, sifat dari wadah penyimpanan, berat badan dan umur kelinci, suhu inkubasi, lama inkubasi, dan kepadatan Staphylococcus epidermidis. d. Variabel pengacau tak terkendali Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu ruangan pada saat pembuatan dan pengujian emulgel minyak cengkeh, dan kemungkinan penguapan minyak cengkeh, serta kondisi fisiologi dan patologi kelinci.

2. Definisi operasional a.

Optimasi adalah proses untuk mendapatkan formula optimum dalam level yang diteliti.

b. Minyak cengkeh adalah minyak essensial yang berasal dari daun tanaman

cengkeh Syzygium aromaticum L. dengan kandungan eugenol 74,08 yang diperoleh dari CV Indaroma Yogyakarta.

c. Emulgel minyak cengkeh adalah sediaan topikal semisolid hasil

emulsifikasi dan penambahan carbopol 940 sebagai gelling agent dengan bahan aktif minyak cengkeh yang digunakan untuk mengobati jerawat acne yang dibuat sesuai dengan formula yang tercantum pada penelitian ini.

d. Gelling agent adalah suatu zat yang dapat membentuk suatu massa gel,

yang berfungsi untuk mengentalkan dan menstabilkan emulgel minyak cengkeh. Pada penelitian ini menggunakan carbopol 940.

e. Humectant adalah suatu zat yang berfungsi sebagai pelembab, yang

berfungsi untuk mempertahankan kandungan air pada emulgel minyak cengkeh. Pada penelitian ini menggunakan gliserin.

f. Desain Faktorial adalah desain penelitian yang dapat digunakan untuk

mengetahui efek yang signifikan dari penambahan carbopol 940 dan gliserin dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel minyak cengkeh. g. Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon, dalam penelitian ini digunakan 2 faktor, yaitu penambahan carbopol 940 dan gliserin.

h. Level adalah nilai untuk faktor, dalam penelitian ini terdapat 2 level, yaitu

level rendah dan level tinggi. Level rendah penambahan carbopol 940 sebanyak 2,0 gram dan level tinggi sebanyak 5,0 gram. Level rendah penambahan gliserin sebanyak 4,0 gram dan level tinggi sebanyak 12,0 gram.

i. Respon adalah besaran yang diamati perubahan efeknya, besarnya dapat

dikuantitatifkan. Respon dalam penelitian ini adalah sifat fisik emulgel minyak cengkeh daya sebar dan viskositas dan stabilitas emulgel minyak cengkeh pergeseran viskositas.

j. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan oleh variasi level dan

faktor.

k. Sifat fisik emulgel minyak cengkeh adalah parameter untuk mengetahui

kualitas fisik emulgel minyak cengkeh, dalam penelitian ini adalah viskositas dan daya sebar 48 jam setelah pembuatan serta stabilitas viskositas setelah 1 bulan penyimpanan.

l. Viskositas adalah suatu pertahanan dari emulgel minyak cengkeh untuk

mengalir setelah adanya pemberian gaya. Semakin besar viskositas, maka emulgel minyak cengkeh akan makin tidak mudah untuk mengalir.

m. Daya sebar adalah diameter penyebaran tiap 1 gram emulgel minyak

cengkeh pada alat uji daya sebar yang diberi beban 50 gram dan didiamkan selama 1 menit.

n. Pergeseran viskositas adalah selisih dari viskositas emulgel minyak

cengkeh setelah 1 bulan penyimpanan dengan viskositas emulgel minyak cengkeh setelah 48 jam pembuatan yang dipersentasekan.

o. Iritasi primer adalah proses peradangan yang mungkin timbul setelah

pengaplikasian sediaan emulgel minyak cengkeh yang ditandai dengan timbulnya eritema dan edema. Eritema adalah kemerahan pada kulit yang disebabkan oleh pelebaran kapiler dan bersifat reversible, sedangkan edema adalah pembengkakan yang disebabkan oleh terkumpulnya cairan secara berlebih pada jaringan tubuh.

p. Daya antibakteri emulgel minyak cengkeh adalah kemampuan dari

emulgel minyak cengkeh dalam menghambat atau membunuh bakteri Staphylococcus epidermidis penyebab jerawat, ditunjukkan oleh adanya diameter zona hambat yang dihasilkan.

q. Zona hambat adalah zona jernih di mana tidak dijumpai pertumbuhan

bakteri Staphylococcus epidermidis atau terdapat pertumbuhan sedikit sekali dibandingkan dengan kontrol pertumbuhan.

r. Staphylococcus epidermidis adalah salah satu bakteri penyebab jerawat

yang berasal dari kultur murni Staphylococcus epidermidis ATCC 12228 yang diperoleh dari Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta.

C. Alat

Glasswares merk pyrex Japan, neraca, waterbath, mixer merk Phillips, pipet ukur, cawan petri, tabung reaksi, viscotester seri VT 04 RION-JAPAN, stopwatch , alat pengukur daya sebar, refractometer ABBE, piknometer, vortex, pipet mikro 5- 100 L, jarum ose, alat pembuat sumuran, autoklaf, dan inkubator.

D. Bahan

Minyak cengkeh, carbopol 940 kualitas farmasetis, gliserin kualitas farmasetis, Tween 80 dan Span 80 kualitas farmasetis, parafin cair kualitas farmasetis, trietanolamin TEA, aquadest, etanol 70, media Muller-Hinton Broth Merck, media Muller-Hinton Agar Oxoid, dan bakteri uji Staphylococcus epidermidis.

E. Tata Cara Penelitian 1. Verifikasi minyak cengkeh

Verifikasi minyak cengkeh yang dilakukan pada penelitian ini, meliputi : a. Identifikasi bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini, yaitu : Minyak cengkeh yang merupakan minyak essensial dari tanaman cengkeh Syzygium aromaticum L. yang telah diuji identitasnya, dibuktikan dengan Certificate of Analysis. b. Verifikasi indeks bias minyak cengkeh Indeks bias dari minyak cengkeh diukur dengan menggunakan refractometer ABBE. Minyak cengkeh diteteskan pada prisma utama, kemudian prisma ditutup dan ujung refraktometer diarahkan ke cahaya terang, sehingga melalui lensa skala sehingga dapat dilihat dengan jelas dan ditentukan nilai indeks biasnya. Refraktometer dialiri air mengalir dan diatur suhunya menjadi 20ºC. Nilai indeks bias minyak cengkeh ditunjukkan oleh garis batas yang memisahkan sisi terang dan sisi gelap pada bagian atas dan bawah. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. c. Verifikasi bobot jenis minyak cengkeh Bobot jenis minyak cengkeh diukur dengan menggunakan piknometer yang telah dikalibrasi, dengan menetapkan bobot piknometer kosong dan bobot air pada suhu 25ºC. Piknometer diisi minyak cengkeh dan suhu dikondisikan pada 25ºC, kemudian piknometer ditimbang. Bobot piknometer yang telah diisi minyak cengkeh kemudian dikurangi bobot piknometer kosong. Bobot jenis minyak cengkeh merupakan perbandingan antara bobot jenis minyak cengkeh dengan bobot air, pada suhu 25ºC. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali.

2. Formula Tabel I. Formula emulgel minyak cengkeh yang telah dimodifikasi 200 g

Bahan Satuan g Minyak Cengkeh 30 Carbopol 940 1,5-5,0 Trietanolamin 1,5 Parafin cair 2 Tween 80 35 Span 80 5 Gliserin 1,5-6,5 Metil Paraben 0,36 Propil paraben 0,05 Aquadest 110 Tabel II. Level rendah dan level tinggi carbopol 940 dan gliserin pada formula emulgel minyak cengkeh berdasarkan hasil orientasi Formula Carbopol 940 Gliserin 1 1,5 g 1,5 g a 5,0 g 1,5 g b 1,5 g 6,5 g ab 5,0 g 6,5 g Keterangan F 1 = Carbopol 940 level rendah,gliserin level rendah F a = Carbopol 940 level tinggi, gliserin level rendah F b = Carbopol 940 level rendah, gliserin level tinggi F ab = Carbopol 940 level tinggi, gliserin level tinggi Berdasarkan tabel tersebut, dibuat 4 formula emulgel minyak cengkeh sebagai berikut : Tabel III. Formula emulgel minyak cengkeh 200 g Formula 1 a b ab Minyak Cengkeh 30 g 30 g 30 g 30 g Carbopol 940 1,5 g 5,0 g 1,5 g 5,0 g Trietanolamin 1,5 g 1,5 g 1,5 g 1,5 g Parafin cair 2 g 2 g 2 g 2 g Tween 80 35 g 35 g 35 g 35 g Span 80 5 g 5 g 5 g 5 g Gliserin 1,5 g 1,5 g 6,5 g 6,5 g Metil Paraben 0,36 g 0,36 g 0,36 g 0,36 g Propil paraben 0,05 g 0,05 g 0,05 g 0,05 g Aquadest 110 g 110 g 110 g 110 g

3. Pembuatan emulgel minyak cengkeh

Carbopol 940 dikembangkan dengan menggunakan 70 mL aquadest dari formula selama 24 jam, kemudian semua bahan yang termasuk dalam fase minyak minyak cengkeh, parafin cair, propil paraben dan Span 80 dicampur terlebih dahulu pada suhu 50°C diatas waterbath demikian halnya dengan fase air gliserin, aquadest, metil paraben dan Tween 80. Campuran fase minyak dicampurkan dengan fase air menggunakan mixer dengan kecepatan 300 rpm selama 10 menit pada suhu 50°C. Emulsi selanjutnya dicampurkan dengan carbopol 940 yang sebelumnya telah dikembangkan dengan 70mL aquadest dari formula menggunakan mixer dengan kecepatan putar 300 rpm selama 10 menit pada suhu ruangan. Kemudian Trietanolamin TEA ditambahkan ke dalam campuran, dan campuran diaduk kembali menggunakan mixer dengan kecepatan 300 rpm selama 5 menit.

4. Uji iritasi primer emulgel minyak cengkeh

Kelinci dengan berat 1,2-1,5 kg dengan umur kira-kira 3 bulan bebas dari segala tanda penyakit dipilih. Rambut pada punggung kelinci dicukur, setelah itu dibersihkan dengan air suling. Kemudian sejumlah 0,5 gram basis dan emulgel pada sisi yang berbeda diaplikasikan ke punggung kelinci yang telah dicukur tadi. Diamati gejala iritasi yang mungkin timbul eritema dan edema pada waktu 24, 48 dan 72 jam.

5. Uji pH emulgel minyak cengkeh

Pengukuran pH ini menggunakan indikator universal, yaitu dengan memasukkan indikator pH universal pH strips ke dalam emulgel minyak cengkeh yang telah dibuat. Kemudian menentukan pHnya dengan membandingkan warna yang dihasilkan dengan standar.

6. Uji sifat fisik emulgel minyak cengkeh

a. Uji viskositas Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscometer Rion seri VT 04. Emulgel dimasukkan ke dalam wadah hingga penuh dan dipasang pada portable viscotester . Viskositas emulgel diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas Instruction Manual Viscotester VT-04E. Uji ini dilakukan 48 jam setelah pembuatan untuk mengetahui efek faktor terhadap viskositas, sedangkan untuk mengetahui persentase pergeseran viskositasnya dilakukan setelah 1 bulan penyimpanan. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Viskositas yang dikehendaki dalam penelitian ini adalah antara 200-300 d.Pa.s. b. Uji daya sebar Sediaan emulgel ditimbang seberat 1 gram dan diletakkan di tengah kaca bulat berskala. Di atas emulgel diletakkan kaca bulat lain dengan berat 50 gram sebagai pemberat, didiamkan selama 1 menit, kemudian dicatat penyebarannya. Pengujian daya sebar dilakukan 48 jam setelah emulgel selesai dibuat. Dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Daya sebar yang dikehendaki di dalam penelitian ini yaitu 3-5 cm.

7. Uji daya antibakteri emulgel minyak cengkeh terhadap Staphylococcus

epidermidis a. Pembuatan stok bakteri Staphylococcus epidermidis Sebanyak 5 mL media Muller-Hinton Agar MHA dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 mL, kemudian disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit, kemudian tabung reaksi dimiringkan dan dibiarkan memadat. Diambil satu ose biakan murni Staphylococcus epidermidis dan diinokulasikan secaran goresan zig-zag, kemudian diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37°C dalam inkubator. b. Pembuatan suspensi Staphylococcus epidermidis Diambil satu ose koloni bakteri dari stok bakteri, dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 10 mL Muller-Hinton Broth MHB yang sudah di sterilisasi, kemudian diinkubasikan selama 48 jam pada suhu 37°C dalam inkubator. Selanjutnya, kekeruhan suspensi bakteri Staphylococcus epidermidis disesuaikan dengan standar Mac Farland 0,5 1,5 x 10 8 CFUmL Isenberg, 1998. c. Uji daya antibakteri emulgel minyak cengkeh terhadap Staphylococcus epidermidis Dibuat lima petri berdiameter 15 cm yang telah berisi 30 mL MHA steril, satu petri dibuat kontrol negatif, yaitu kontrol media yang tidak diberi bakteri Staphylococcus epidermidis, kemudian satu petri lainnya dibuat kontrol positif, yaitu kontrol pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis dengan cara ke dalam MHA hangat suam-suam kuku setelah sterilisasi diberi 1 mL suspensi bakteri Staphylococcus epidermidis, kemudian diinkubasikan terbalik selama 48 jam pada suhu 37°C dalam inkubator. Tiga petri lainnya dengan perlakuan sama seperti kontrol pertumbuhan diberi masing-masing 1 mL suspensi bakteri Staphylococcus epidermidis dan diberi lima lubang sumuran sampai ke dasar dengan diameter 8 mm pada cawan petri yang telah berisi MHA steril yang telah memadat. Kemudian dilakukan penambalan kembali dengan media MHA yang sudah disterilisasi sebanyak 200 µL di tiap sumuran single layer method. Dalam masing-masing cawan petri, ke dalam sumuran diberi basis, formula 1, formula a, formula b, dan formula ab, kemudian dilakukan replikasi sebanyak tiga kali. Setelah itu diinkunbasikan terbalik selama 48 jam pada suhu 37°C dalam inkubator. Kemudian diukur zona hambat yang dihasilkan.

F. Analisis Hasil

Data yang terkumpul adalah data uji viskositas dan uji daya sebar 48 jam setelah pembuatan, profil viskositas selama 1 bulan penyimpanan, data daya antibakteri masing-masing formula emulgel minyak cengkeh. Data yang didapat dianalisis dengan uji Saphiro-Wilk untuk sampel yang kurang dari atau sama dengan 50 untuk melihat kenormalan distribusi data dan uji kesamaan varians Levene’s test untuk melihat kesamaan varians. Jika data sesuai dengan kriteria uji statistik parametrik, maka analisis dilanjutkan dengan pengujian signifikansi menggunakan ANOVA. Jika data tidak memenuhi kriteria uji statistik parametrik, maka analisis data menggunakan Kruskal-Wallis dengan post hoc Wilcoxon. Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak R-2.14.1.

G. Alur Penelitian

30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi dan Verifikasi Minyak Cengkeh

Pada penelitian ini menggunakan minyak cengkeh yang berasal dari CV. Indaroma Yogyakarta. Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang berasal dari daun tanaman cengkeh Syzygium aromaticum yang telah diidentifikasi melalui beberapa uji dan dibuktikan dengan Certificate of Analysis CoA Lampiran 1. Pada tahap awal penelitian ini dilakukan uji organoleptis yang meliputi bau, warna, dan rasa, serta verifikasi ulang dari minyak daun cengkeh untuk lebih memastikan apakah minyak yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah minyak cengkeh. Verifikasi ini dilakukan meliputi bobot jenis minyak dan indeks bias minyak yang akan digunakan. Minyak cengkeh yang berasal dari CV Indaroma Yogyakarta memiliki bau aromatis yang khas, memiliki warna kuning kecoklatan bening, dan memiliki rasa pahit dan panas. Hasil verifikasi minyak cengkeh adalah sebagai berikut: Tabel IV. Hasil verifikasi minyak cengkeh ̅ ± SD Sifat Fisik Literatur Panda, 2004 CoA Hasil Verifikasi Indeks bias 1,5231-1,5350 1,520-1,540 1,534 ± 0,001 Bobot jenis 1,036-1,046 gmL 1,010-1,035 gmL 1,0207 ± 0,002 gmL Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa hasil verifikasi indeks bias minyak cengkeh menurut Panda 2004 dan Certificate of Analysis CoA yang dilampirkan sesuai. Pada hasil verifikasi bobot jenis sesuai dengan CoA,

Dokumen yang terkait

Optimasi cetyl alcohol sebagai emulsifying agent serta carbopol sebagai gelling agent dalam sediaan emulgel gel lidah buaya (Aloe barbadensis Mill.) dengan aplikasi desain faktorial.

0 8 102

Optimasi carbopol sebagai gelling agent dan virgin coconut oil sebagai fase minyak dalam sediaan emulgel sunscreen ekstrak lidah buaya dengan metode desain faktorial.

2 7 89

Optimasi carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sedian gel anti-aging ekstrak spirulina platensis dengan aplikasi desain faktorial.

4 19 111

Optimasi tween 80 sebagai emulsifying agent dan carbopol 940 sebagai gelling agent dalam sediaan emulgel sunscreen ekstrak lidah buaya (aloe barbadensis Mill.) dengan metode desain faktorial.

0 11 108

Optimasi Carbopol® 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan emulgel sunscreen ekstrak Kencur (Kaempferia galanga L.) : aplikasi desain faktorial.

1 10 115

Formulasi sediaan emulgel ekstrak etanol rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) dengan menggunakan Carbopol 940 sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humectant.

4 24 101

Optimasi formula emulgel minyak daun cengkeh sebagai penghilang bau kaki dengan carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humectant.

1 3 114

Optimasi formula emulgel minyak daun cengkeh sebagai penghilang bau kaki dengan carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humectant

0 0 112

Optimasi formula emulgel sunscreen ekstrak etil asetat isoflavon tempe dengan carbopol 940 sebagai gelling agent dan VCO sebagai fase minyak : apikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 116

Optimasi Carbopol 940 sebagai Gelling Agent dan Gliserin sebagai Humectant dalam emulgel minyak cengkeh sebagai penyembuh jerawat dengan aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 105