Gliserin Desain Faktorial PENELAAHAN PUSTAKA

polimer yang timbul dari pembentukan ion bermuatan negatif akan menyebabkan polimer mengembang swelling Bluher, Haller, Banik and Thobois, 1995; Allen, 2002.

E. Gliserin

Gliserin merupakan nama lain dari gliserol, propan-1,2,3-triol, 1,2,3- propantriol, 1,2,3-trihidroksipropan gliserol dan E422. Gliserin bersifat tidak berwarna, tidak berbau, higroskopis, rasanya manis, dan berupa cairan viscous. Gliserin merupakan senyawa alkohol dan dapat bercampur dengan air Parfitt, 1999. Gliserin digunakan sebagai emmolient dan humectant untuk obat-obat yang diaplikasikan secara topical pada konsentrasi 0,2 sampai 65,7 Smolinsklie, 1992. HO OH OH Gambar 3. Rumus bangun gliserin Rowe, et al., 2009 Gliserin C 3 H 8 O 3 berupa cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, seperti sirup dan merupakan cairan yang higroskopik. Gliserin dapat digunakan sebagai humektan pada konsentrasi hingga 30 Boylan, 1986. Gliserin dapat digunakan sebagai pengawet, emmolient, humectant, plasticizer dan pemanis Rowe, et al., 2009.

F. Sifat Fisik dan Metode Evaluasi Sediaan Topikal 1. Indeks bias

Indeks bias suatu zat adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam hampa udara dengan kecepatan cahaya dalam zat. Indeks bias berguna untuk identifikasi zat dan mengetahui kemurnian zat. Indeks bias berguna untuk identifikasi zat, biasanya ini diukur pada suhu 20ºC dengan garis D sinar natrium dari = 598,3 nm Sears, 1991.

2. Bobot jenis

Bobot jenis merupakan perbandingan massa dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu harus ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Bobot jenis dapat ditentukan dengan menggunakan berbagai jenis piknometer, hidrometer dan alat-alat lain Sinko, 2006.

3. pH

pH adalah skala logaritmik untuk menyatakan keasaman atau kebasaan, pH dapat didefinisikan sebagai –log 10 C , dengan C adalah konsentrasi ion hidrogen dalam mol per dm 3 . pH di bawah 7 menyatakan bahwa suatu larutan asam dan pH di atas 7 menyatakan larutan basa Daintith, 1994.

4. Viskositas

Pada pembuatan sediaan semisolid, reologi berpengaruh pada penerimaan pasien, stabilitas fisika dan ketersediaan hayati, salah satunya adalah viskositas. Viskositas adalah suatu pertahanan dari suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi viskositas maka semakin besar tahanannya Sinko, 2006 . Viskositas η digambarkan dengan persamaan matematika : …………..Persamaan 1 Dari persamaan itu dapat diketahui bahwa peningkatan gaya geser shear stress sebanding dengan kecepatan geser shear rate. Namun hal ini hanya berlaku untuk senyawa dengan tipe Newtonian seperti air, alkohol, gliserin, dan larutan sejati, sedangkan untuk sediaan seperti emulsi, suspense, dispersi, dan larutan polimer umumnya termasuk tipe non-Newtonian. Pada tipe non- Newtonian, viskositas tidak berbanding lurus dengan kecepatan geser. Tipe non- Newtonian meliputi plastis, pseudoplastis, dan dilatan Liebermann, Rieger and Banker, 1996.

5. Daya sebar

Daya sebar adalah kemampuan dari suatu sediaan untuk menyebar di tempat aplikasi, dan merupakan salah satu karakteristik yang bertanggung jawab dalam keefektifan dan penerimaan konsumen dalam menggunakan sediaan semi solid. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya sebar, yaitu viskositas sediaan, lama tekanan, temperatur tempat aksi Garg, Aggarwal, Garg, and Singla, 2002.

G. Desain Faktorial

Desain faktorial merupakan teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan matematika. Desain faktorial digunakan dalam percobaan untuk mengevaluasi secara simultan efek dari beberapa faktor dan interaksi yang signifikan Bolton, 1997. Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor misal A dan B yang masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda yaitu level rendah dan level tinggi. Desain faktorial dapat didesain suatu percoban untuk mengetahui faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon Bolton, 1997. Optimasi campuran dua bahan berarti ada dua faktor dengan desain faktorial two level factorial design dilakukan berdasarkan rumus : Y = b o + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 12 X 1 X 2 .............................Persamaan 2 Dengan: Y = respon hasil atau sifat yang diamati X 1 , X 2 = level bagian A, level bagian B b o , b 1 , b 2 , b 12 = koefisien dapat dihitung dari hasil percobaaan b o = rata-rata hasil semua percobaan b 1 , b 2 , b 12 = koefisien yang dihitung dari hasil percobaan Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat percobaan 2 n =4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor. Penamaan formula untuk jumlah percobaan = 4 adalah formula 1 untuk percobaan I, formula a untuk percobaan II, formula b untuk percobaan III, dan formula ab untuk percobaan IV Bolton, 1997.

H. Landasan Teori

Dokumen yang terkait

Optimasi cetyl alcohol sebagai emulsifying agent serta carbopol sebagai gelling agent dalam sediaan emulgel gel lidah buaya (Aloe barbadensis Mill.) dengan aplikasi desain faktorial.

0 8 102

Optimasi carbopol sebagai gelling agent dan virgin coconut oil sebagai fase minyak dalam sediaan emulgel sunscreen ekstrak lidah buaya dengan metode desain faktorial.

2 7 89

Optimasi carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sedian gel anti-aging ekstrak spirulina platensis dengan aplikasi desain faktorial.

4 19 111

Optimasi tween 80 sebagai emulsifying agent dan carbopol 940 sebagai gelling agent dalam sediaan emulgel sunscreen ekstrak lidah buaya (aloe barbadensis Mill.) dengan metode desain faktorial.

0 11 108

Optimasi Carbopol® 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan emulgel sunscreen ekstrak Kencur (Kaempferia galanga L.) : aplikasi desain faktorial.

1 10 115

Formulasi sediaan emulgel ekstrak etanol rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) dengan menggunakan Carbopol 940 sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humectant.

4 24 101

Optimasi formula emulgel minyak daun cengkeh sebagai penghilang bau kaki dengan carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humectant.

1 3 114

Optimasi formula emulgel minyak daun cengkeh sebagai penghilang bau kaki dengan carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humectant

0 0 112

Optimasi formula emulgel sunscreen ekstrak etil asetat isoflavon tempe dengan carbopol 940 sebagai gelling agent dan VCO sebagai fase minyak : apikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 116

Optimasi Carbopol 940 sebagai Gelling Agent dan Gliserin sebagai Humectant dalam emulgel minyak cengkeh sebagai penyembuh jerawat dengan aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 105