H. Landasan Teori
Minyak cengkeh Oleum caryophilli mengandung 82-87 eugenol Guenther, 1990 yang dapat beraktivitas sebagai antibakteri, salah satunya adalah
bakteri Staphylococcus epidermidis, yang merupakan salah satu bakteri penyebab terjadinya jerawat Madigan, et al., 2009. Menurut Handa 2006, minyak
cengkeh dapat menyebabkan iritasi pada kulit pada dosis yang tinggi, sehingga perlu dibuat dalam suatu bentuk sediaan. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh
Kusuma 2010, minyak cengkeh sebesar 15 sudah menghasilkan zona jernih terhadap Staphylococcus epidermidis. Berdasarkan efektivitas minyak cengkeh
dalam menghambat pertumbuhan bakteri penyebab terjadinya jerawat, maka minyak cengkeh dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan topikal sebagai
penyembuh jerawat. Emulgel merupakan sediaan topikal gabungan dari dua sistem, yaitu
sistem emulsi di dalam sistem gel. Kelebihan emulgel adalah terdiri dari emulsi yang mempunyai kemampuan penetrasi yang tinggi dan terdapat dalam sistem gel
yang memiliki kandungan air tinggi, sehingga memberikan sensasi dingin di kulit dan membuat kulit terasa nyaman dan dapat menutupi sifat dari minyak cengkeh
yang terasa panas apabila langsung diaplikasikan pada kulit. Pada formulasi emulgel terdapat gelling agent dan humectant sebagai komponen penyusunnya.
Gelling agent
dapat meningkatkan viskositas emulgel, serta humectant untuk
menjaga kelembaban sediaan emulgel. Gelling agent yang digunakan adalah carbopol 940 karena carbopol 940 merupakan gelling agent yang memiliki
viskositas tinggi pada konsentrasi yang rendah. Humectant yang digunakan adalah
gliserin yang berasal dari lemak tumbuhan, sehingga gliserin aman digunakan pada sediaan topikal Rowe, et al., 2009; Highland, 2011. Kombinasi kedua
komponen tersebut sangat mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas sediaan emulgel.
Diperlukan optimasi untuk dapat menentukan komposisi gelling agent dan humectant
untuk dapat menghasilkan sifat fisik sediaan emulgel minyak cengkeh yang optimum. Penentuan komposisi optimum ini dilakukan dengan
menggunakan metode desain faktorial dengan dua faktor, yaitu carbopol 940 dan gliserin, serta dua faktor, yaitu level rendah dan level tinggi.
I. Hipotesis
Ada pengaruh dari komposisi carbopol 940 sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humectant dalam emulgel minyak cengkeh Oleum caryophilli.
pada level yang diteliti terhadap respon sifat fisik viskositas dan daya sebar, dan stabilitas emulgel pergeseran viskositas. Dapat ditemukan area komposisi yang
optimum antara carbopol 940 dengan gliserin.
18
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian eksperimental murni menggunakan metode desain faktorial menggunakan dua faktor dan dua level
untuk menghasilkan formula optimum emulgel minyak cengkeh sebagai penyembuh jerawat.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komposisi carbopol 940
sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humectant dalam 2 level level rendah dan level tinggi.
b. Variabel tergantung Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Sifat fisik emulgel minyak cengkeh : daya sebar dan viskositas. 2 Stabilitas emulgel minyak cengkeh : pergeseran viskositas setelah
penyimpanan selama satu bulan. 3 Iritasi primer : eritema dan edema
4 Daya antibakteri : diameter zona hambat