Identifikasi dan Verifikasi Minyak Cengkeh Pembuatan Emulgel Minyak Cengkeh

30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi dan Verifikasi Minyak Cengkeh

Pada penelitian ini menggunakan minyak cengkeh yang berasal dari CV. Indaroma Yogyakarta. Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang berasal dari daun tanaman cengkeh Syzygium aromaticum yang telah diidentifikasi melalui beberapa uji dan dibuktikan dengan Certificate of Analysis CoA Lampiran 1. Pada tahap awal penelitian ini dilakukan uji organoleptis yang meliputi bau, warna, dan rasa, serta verifikasi ulang dari minyak daun cengkeh untuk lebih memastikan apakah minyak yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah minyak cengkeh. Verifikasi ini dilakukan meliputi bobot jenis minyak dan indeks bias minyak yang akan digunakan. Minyak cengkeh yang berasal dari CV Indaroma Yogyakarta memiliki bau aromatis yang khas, memiliki warna kuning kecoklatan bening, dan memiliki rasa pahit dan panas. Hasil verifikasi minyak cengkeh adalah sebagai berikut: Tabel IV. Hasil verifikasi minyak cengkeh ̅ ± SD Sifat Fisik Literatur Panda, 2004 CoA Hasil Verifikasi Indeks bias 1,5231-1,5350 1,520-1,540 1,534 ± 0,001 Bobot jenis 1,036-1,046 gmL 1,010-1,035 gmL 1,0207 ± 0,002 gmL Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa hasil verifikasi indeks bias minyak cengkeh menurut Panda 2004 dan Certificate of Analysis CoA yang dilampirkan sesuai. Pada hasil verifikasi bobot jenis sesuai dengan CoA, tetapi tidak sesuai dengan bobot jenis menurut Panda 2004. Jadi, berdasarkan hasil verifikasi tersebut dapat disimpulkan bahwa minyak cengkeh yang berasal dari CV Indaroma Yogyakarta adalah benar minyak cengkeh, tetapi memiliki kemurnian yang berbeda dari yang disampaikan di literatur.

B. Pembuatan Emulgel Minyak Cengkeh

Minyak cengkeh memiliki kandungan eugenol di dalamnya sehingga memiliki sifat antiseptik dan bakterisidal Guenther, 1990. Pada penelitian Gupta et al. 2008, minyak cengkeh memiliki daya antimikrobial terhadap beberapa jenis bakteri patogen, salah satunya adalah Staphylococcus epidermidis. Berdasarkan penelitian Kusuma 2010, minyak cengkeh dengan konsentrasi 15 sudah dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus epidermidis yang ditunjukkan dengan adanya zona jernih di sekitar sediaan emulgel minyak cengkeh di dalam sumuran. Emulgel merupakan sediaan emulsi di dalam gel dengan menambahkan suatu gelling agent ke dalam sistemnya. Pemilihan emulgel pada penelitian ini karena zat aktif yang digunakan adalah minyak cengkeh yang bersifat lipofil dan berdasarkan pernyataan Handa 2006, minyak cengkeh dapat menyebabkan iritasi pada kulit pada dosis yang tinggi. Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan sifat minyak cengkeh, maka dibuat sistem emulsi di mana minyak cengkeh akan lebih larut dalam minyak fase dispersi yang dikelilingi oleh medium pendispersinya dengan bantuan emulgator Tween 80 dan Span 80. Kemudian dilakukan penambahan gelling agent untuk meningkatkan viskositas dan stabilitas dari sistem. Selain itu, dengan penambahan gelling agent yang sebagian besar berupa air, maka dapat menutupi rasa panas yang ditimbulkan minyak cengkeh apabila diaplikasikan pada kulit dan juga dengan tipe emulsi minyak dalam air dapat mengurangi rasa lengket pada kulit. Pada pembuatan emulgel minyak cengkeh ini digunakan carbopol 940 sebagai gelling agent karena menurut Patil 2005, carbopol 940 dapat memberikan viskositas yang baik dan pelepasan zat aktif saat pengaplikasiannya juga baik. Digunakan gliserin sebagai humectant untuk menjaga kelembaban kulit pada saat pengaplikasian, karena gliserin memiliki 3 gugus hidroksi -OH pada strukturnya sehingga dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Formula ini menggunakan dua jenis pengawet karena basis dari emulgel minyak cengkeh ini kebanyakan berupa air, maka untuk meminimalisir terjadinya kontaminasi mikroba pada proses penyimpanan. Dua jenis pengawet ini memiliki kelarutan yang berbeda, yaitu metil paraben lebih larut di air, sedangkan propil paraben lebih larut di minyak. Parafin cair digunakan sebagai fase minyak. Tween 80 dan Span 80 berfungsi sebagai emulgator, di mana akan menurunkan tegangan permukaan antara fase minyak dan fase air sehingga dapat bercampur menghasilkan emulgel minyak cengkeh yang stabil. Formula yang digunakan pada pembuatan emulgel minyak cengkeh ini mengacu pada hasil orientasi yang dilakukan penulis Lampiran 9. Formula yang digunakan merupakan hasil modifikasi dari formula acuan berdasarkan penelitian dari Suryarini 2011. Modifikasi yang dilakukan meliputi perubahan jumlah gelling agent dan jumlah humectant. Modifikasi formula ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan emulgel minyak cengkeh dengan karakter sifat fisik yang diinginkan, yaitu dengan memiliki viskositas 200-300 d.Pa.s, daya sebar 3-5 cm, dan pergeseran viskositas kurang dari 10. Modifikasi yang dilakukan tidak mengubah fungsi pokok emulgel minyak cengkeh sebagai penyembuh jerawat. Faktor yang akan dilihat pengaruhnya terhadap sifat fisik dan stabilitas emulgel minyak cengkeh adalah carbopol 940 dan gliserin. Jumlah carbopol 940 yang digunakan dalam formula adalah 1,5 gram level rendah dan 5 gram level tinggi, sedangkan jumlah gliserin adalah 1,5 gram level rendah dan 6,5 gram level tinggi. Pembuatan emulgel minyak cengkeh ini melalui dua tahap, yaitu tahap emulsifikasi dan penambahan gelling agent. Pada proses emulsifikasi ini dilakukan pemanasan pada suhu 50ºC untuk mempermudahkan proses emulsifikasi karena suhu akan meningkatkan energi pada proses emulsifikasi, sehingga akan terbentuk droplet-droplet dengan ukuran yang lebih kecil Becker, 1997. Proses emulsifikasi ini dilakukan dengan mencampurkan fase air dan fase minyak, kemudian dicampur dengan mengunakan mixer. Setelah itu ditambahkan carbopol 940 sebagai gelling agent yang telah dikembangkan di dalam aquadest selama 24 jam. Ketika carbopol didispersikan ke dalam air, molekul hidrat akan menyerap air dan meningkatkan viskositas Chikhalikar and Moorkath, 2002. Kemudian dilakukan penetralan dengan penambahan trietanolamin TEA. Pada saat penetralan, terjadi peningkatan viskositas karena akan terbentuk ion-ion bermuatan negatif yang kemudian akan menimbulkan gaya tolak-menolak dari ion-ion tersebut Bluher et al., 1995.

C. Uji Iritasi Primer Emulgel Minyak Cengkeh

Dokumen yang terkait

Optimasi cetyl alcohol sebagai emulsifying agent serta carbopol sebagai gelling agent dalam sediaan emulgel gel lidah buaya (Aloe barbadensis Mill.) dengan aplikasi desain faktorial.

0 8 102

Optimasi carbopol sebagai gelling agent dan virgin coconut oil sebagai fase minyak dalam sediaan emulgel sunscreen ekstrak lidah buaya dengan metode desain faktorial.

2 7 89

Optimasi carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sedian gel anti-aging ekstrak spirulina platensis dengan aplikasi desain faktorial.

4 19 111

Optimasi tween 80 sebagai emulsifying agent dan carbopol 940 sebagai gelling agent dalam sediaan emulgel sunscreen ekstrak lidah buaya (aloe barbadensis Mill.) dengan metode desain faktorial.

0 11 108

Optimasi Carbopol® 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan emulgel sunscreen ekstrak Kencur (Kaempferia galanga L.) : aplikasi desain faktorial.

1 10 115

Formulasi sediaan emulgel ekstrak etanol rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) dengan menggunakan Carbopol 940 sebagai gelling agent dan gliserin sebagai humectant.

4 24 101

Optimasi formula emulgel minyak daun cengkeh sebagai penghilang bau kaki dengan carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humectant.

1 3 114

Optimasi formula emulgel minyak daun cengkeh sebagai penghilang bau kaki dengan carbopol 940 sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humectant

0 0 112

Optimasi formula emulgel sunscreen ekstrak etil asetat isoflavon tempe dengan carbopol 940 sebagai gelling agent dan VCO sebagai fase minyak : apikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 116

Optimasi Carbopol 940 sebagai Gelling Agent dan Gliserin sebagai Humectant dalam emulgel minyak cengkeh sebagai penyembuh jerawat dengan aplikasi desain faktorial - USD Repository

0 0 105