KURIKULUM Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari pengalaman mengajar, tingkat pendidikan dan jenjang pendidikan : studi kasus guru-guru SD, SMP, SMA Pangudiluhur Kotamadya Yogyakarta.

4. Guru sebagai pemimpin 5. Guru sebagai konselor 6. Guru sebagai perekayasa lingkungan 5. Persepsi Guru Perubahan kurikulum yang ditetapkan pemerintah selama ini sering membuat bingung para guru, perubahan dirasakan justru menambah beban berat bagi guru. Pendidikan yang sekarang ditetapkan berlaku oleh pemerintah, guru mendapat kewenangan lebih untuk merumuskan kurikulumnya sendiri bersama dengan satuan pendidikannya, sementara pada kurikulum sebelumnya langsung diterima dari pemerintah pusat. Untuk itu guru dituntut untuk mempersiapkan diri dengan baik dalam menghadapi perubahan yang ada sekarang, salah satunya yaitu dengan mengikuti kegiatan seminar atau pelatihan-pelatihan. Persepsi guru terhadap KTSP adalah proses pemahaman, penerimaan, pengorganisasian dan penginterpretasian KTSP melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman sehingga guru mengerti dan mamahami tentang KTSP.

B. KURIKULUM

1. Pengertian Kurikulum Menurut Soedijarto 1975 kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh para siswamahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan. Kurikulum pada hakekatnya merupakan suatu cara untuk mempersiapkan anak-anak untuk berpartisipasi sebagai anggota yang produktif dalam masyarakat. Setiap kurikulum, bagaimanapun polanya, selalu mempunyai komponen tertentu yakni pernyataan tentang tujuan dan sasaran, seleksi dan organisasi bahan dan isi pelajaran, bentuk dan kegiatan belajar mengajar dan akhirnya evaluasi hasil belajar. Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 2003. 2. Sejarah Kurikulum di Indonesia Dalam perjalanan sejarah pendidikan di Indonesia, kurikulum pendidikan nasional telah melalui perubahan yang berulang, yakni pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 dan terakhir dengan kurikulum baru 2006. Dalam Kurikulum 1968 dan sebelumnya, karena pendidikan masih peninggalan dari Kolonial Belanda dan Jepang maka kurikulum masih mengutamakan pendidikan watak dan kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Kurikulum 1975 sebagai pengganti Kurikulum 1968, lebih berorientasi pada tujuan dan menekankan efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu, dimana metode, materi dan tujuan dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional PPSI. Disusul kemudian dengan kurikulum 1984 yang saat itu terkenal dengan sistem Cara Belajar Siswa Aktif CBSA. CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal baik dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Inipun masih diganti lagi dengan Kurikulum 1994 yang menekankan pada penguasaan materi pelajaran yang cukup padat sedang kurikulumnya sendiri lebih bersifat populis yaitu memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kemudian muncullah Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK. Pendidikan Berbasis Kompetensi ini menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan kompetensi tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Dan terakhir dengan berlakunya Kurikulum 2006 KTSP yang sekarang ini dimana guru dan satuan pendidikan sekolah diberi kewenangan lebih untuk menyusun sendiri rencana pendidikannya yang sesuai dengan daerah dan kemampuan sekolah dengan tetap mengacu pada standar-standar yang telah ditetapkan http:rbaryans.wordpress.com 3. Peranan Kurikulum Peranan kurikulum menurut Wiryokusumo 1988:6-8 antara lain: a. Peranan konservatif Kurikulum berperan dalam menafsirkan dan mewariskan nilai-nilai budaya yang mengandung makna dalam membina perilaku anak didik. b. Peranan kreatif Kurikulum harus mampu memberikan kegiatan kreatif dan konstruktif bagi siswa, dalam arti harus menyusun dan mendesain pengalaman belajar yang bersumber dari masyarakat dan dibuat dalam mata pelajaran. c. Peranan kritis dan evaluatif Kurikulum berperan aktif sebagai kontrol sosial dan menekankan pada unsur berpikir kritis dimana nilai social yang tidak sesuai ditata untuk siap diorganisir menjadi bentuk pengalaman belajar. 4. Fungsi Kurikulum Fungsi kurikulum seperti yang dijelaskan oleh Hendrayat Soetopo dan Wasty Soemanto Susilo,2006 ada 7 yaitu : a. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Maksudnya bahwa kurikulum merupakan suatu alat atau usaha untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan oleh sekolah yang dianggap cukup tepat dan penting untuk dicapai. b. Fungsi kurikulum bagi anak Maksudnya kurikulum sebagai organisasi belajar tersusun disiapkan untuk siswa sebagai salah satu konsumsi bagi pendidikan mereka. Dengan begitu diharapkan anak akan mendapat sejumlah pengalaman baru yang kelak kemudian hari dapat dikembangkan seirama perkembangan anak. c. Fungsi kurikulum bagi guru Ada tiga macam, yaitu: a sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasikan pengalaman belajar bagi anak didik, b sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan, c sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan dan pengajaran. d. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan pembina sekolah Dalam arti: a sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi yaitu memperbaiki situasi belajar, b sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam menciptakan situasi untuk menunjang situasi belajar anak ke arah yang lebih baik, c sebagai pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam memberikan bantuan kepada guru untuk memperbaiki situasi mengajar, d sebagai pedoman untuk mengembangkan kurikulum lebih lanjut dan e sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi kemajuan belajar mengajar. e. Fungsi kurikulum bagi orangtua murid Maksudnya orangtua dapat turut serta membantu usaha sekolah dalam memajukan putra-putrinya. Bantuan orangtua ini dapat melalui konsultasi langsung dengan sekolahguru, dana dan sebagainya. f. Fungsi kurikulum bagi sekolah pada tingkatan di atasnya Meliputi pemeliharaan keseimbangan proses pendidikan dan penyiapan tenaga guru. g. Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah Pemakai lulusan dapat ikut memberikan bantuan guna memperlancar pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan kerjasama dengan pihak orangtuamasyarakat. Dan ikut memberikan kritik atau saran yang membangun dalam rangka menyempurnakan program pendidikan di sekolah agar lebih serasi dengan kebutuhan masyarakat dan lapangan pekerjaan. 5. Landasan pengembangan kurikulum Agar pengembangan kurikulum dapat berhasil sesuai dengan yang diinginkan maka dalam pengembangan kurikulum diperlukan landasan- landasan pengembangan kurikulum sebagai berikut Dimyati, 1999 :268 : a. Landasan Filosofis Pendidikan ada dan berada dalam kehidupan masyarakat sehingga apa yang dikehendaki oleh masyarakat untuk dilestarikan diselenggarakan melalui pendidikan Raka Joni, 1983 :6. Segala kehendak yang dimiliki oleh masyarakat merupakan sumber nilai yang memberikan arah pada pendidikan. b. Landasan Sosial Budaya Untuk melaksanakan penerimaan, penyebarluasan, pelestarian atau penolakan dan pelepasan nilai-nilai sosial-budaya-agama, maka masyarakat memanfaatkan pendidikan yang dirancang melalui kurikulum. c. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Iptek Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung akan menjadi isimateri pendidikan. Sedangkan secara tidak langsung memberikan tugas kepada pendidikan untuk membekali masyarakat dengan kemampuan pemecahan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan Iptek. d. Landasan Kebutuhan Masyarakat Adanya falsafah hidup, perubahan sosial budaya, agama dan perubahan Iptek dalam suatu masyarakat akan merubah pula kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu pengembangan kurikulum yang hanya berdasar pada keterampilan dasar saja tidak akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat modern yang bersifat teknologis. Pengembangan kurikulum juga harus ditekankan pada pengembangan individu yang mencakup keterkaitan dengan lingkungan sosialnya. e. Landasan Perkembangan Masyarakat Perkembangan masyarakat akan menuntut tersedianya proses pendidikan yang sesuai, maka diperlukan rancangan berupa kurikulum yang landasan pengembangannya berupa pengembangan masyarakat itu sendiri. 6. Prinsip Dasar Pengembangan Kurikulum a. Prinsip Relevansi Prinsip relevansi adalah kesesuaian pendidikan dengan tuntutan kehidupan. Relevansi pendidikan dengan kehidupan bukan hanya berkisar pada segi bahan atau isi pendidikan tetapi juga menyangkut kegiatan dan pengalaman belajar. b. Prinsip Efektivitas Prinsip efektivitas adalah sejauh mana apa yang direncanakan atau diinginkan dapat terlaksana atau tercapai. c. Prinsip Efisiensi Prinsip efisiensi adalah perbandingan antara hasil yang dicapai output dan usaha yang telah dikeluarkan input. d. Prinsip Kesinambungan dan Fleksibilitas Kesinambungan adalah saling hubungan atau jalin-menjalin antara berbagai tingkat dan jenis pengorganisasian pendidikan. Fleksibilitas maksudnya tidak kaku artinya ada semacam ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan di dalam bertindak.

C. KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN KTSP

Dokumen yang terkait

Perbedaan persepsi guru terhadap implementasi kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru mengajar dan jenjang pendidikan guru : survei pada guru-guru di SMA yang telah mengimplementasikan kurikulum 2013 di Kabupaten Bantul.

2 15 199

Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan, status kepegawaian, dan lama menjalani profesi guru : studi kasus pada guru-guru di Yayasan Kanisius Yogyakarta.

0 19 203

Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan, status kepegawaian, dan lama menjalani profesi guru : studi kasus pada guru-guru SD, SMP, dan SMA di Yayasan BOPKRI Yogyakarta.

5 25 210

Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari masa kerja, jenjang pendidikan, status guru dan golongan jabatan guru.

0 4 181

Perbedaan persepsi guru terhadap implementasi kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru mengajar dan jenjang pendidikan guru

0 7 197

Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari masa kerja, jenjang pendidikan, status guru dan golongan jabatan guru - USD Repository

0 0 179

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

0 0 184

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

0 0 208

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

0 0 201

PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI PENGALAMAN MENGAJAR, TINGKAT PENDIDIKAN DAN JENJANG PENDIDIKAN

0 1 159