Perbedaan persepsi guru terhadap implementasi kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru mengajar dan jenjang pendidikan guru : survei pada guru-guru di SMA yang telah mengimplementasikan kurikulum 2013 di Kabupaten Bantul.

(1)

viii

ABSTRAK

PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI PENGALAMAN GURU

MENGAJAR DAN JENJANG PENDIDIKAN GURU

Survei Pada Guru-guru di SMA yang telah Mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kabupaten Bantul

Agatha Carolina Ngo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2014

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) apakah ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru mengajar; 2) apakah ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari jenjang pendidikan guru. Penelitian ini dilakukan pada Bulan April 2014.

Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru di SMA Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul, SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Jetis, dan SMA Negeri 2 Bantul. Populasi penelitian sebanyak 351 guru. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 98 guru. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, dokumentasi, dan wawancara,. Teknik analisis data yang digunakan adalah One Way Anova dan Uji-T Dua Sampel Independent.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) tidak ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru mengajar ( = 1,614 < = 3,0922); 2) ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari jenjang pendidikan guru ( = -2,004 < = -1,985).


(2)

viii

IMPLEMENTATION OF 2013 CURRICULUM PERCEIVED FROM THEIR TEACHING EXPERIENCE AND THEIR LEVELS OF

EDUCATION

A Survey on Teachers of Senior High School Who Have Been Implementing 2013 Curriculum in Bantul Regency

Agatha Carolina Ngo Sanata Dharma University

Yogyakarta 2014

The purpose of this research is to know whether there is any significant differences in teacher’s perception on 2013 Curriculum perceived from: 1) their teaching experience; and 2) their levels of education. The research was done in April 2014.

The population of this research were teachers of SMA Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul, SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Jetis, and SMA Negeri 2 Bantul. The research population were 351 teachers. Samples in this research were 98 teachers. The technique of sample drawing was a purposive sampling. The methods of collecting the data were questionnaire, documentation, and interview. The techniques of data analysis were Analysis Variance (One Way Anova) and Independent Two Sample T-Test.

The result of this research shows that: 1) there is no significant difference in teacher’s perception of 2013 Curriculum perceived from their teaching experiences ( = 1,614 < = 3,0922); 2) there is significant difference in teacher’s perception of 2013 Curriculum perceived from the their levels of education ( = -2,004 < = -1,985).


(3)

PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI

PENGALAMAN GURU MENGAJAR DAN JENJANG

PENDIDIKAN GURU

Survei Pada Guru-guru di SMA yang telah Mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kabupaten Bantul

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Agatha Carolina Ngo

NIM: 101334047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(4)

i

PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI

PENGALAMAN GURU MENGAJAR DAN JENJANG

PENDIDIKAN GURU

Survei Pada Guru-guru di SMA yang telah Mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kabupaten Bantul

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Agatha Carolina Ngo

NIM: 101334047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(5)

(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

Karya terbaik ini aku persembahkan untuk:

My Saviour Jesus Christ

Santa Agatha

Kedua orang tua ku A. Petrus Ngo dan Emyliana Song

Kakak ku Henny Elfia Maria, Bernardus Thomas Ngo,

dan Olivia Trifina Ngo


(8)

v

MOTTO

Karena itu Aku berkata kepadamu: Apa saja yang kamu minta dan doakan, Percayalah kamu telah menerimanya,

Maka hal itu akan diberikan padamu. (Markus 11:24)

Kerjakanlah lebih dari yang seharusnya. Berikanlah lebih dari yang seharusnya. Berusahalah lebih keras dari yang Anda inginkan. Bidiklah sedikit lebih tinggi dari yang Anda pikir mungkin, dan panjatkanlah banyak syukur kepada Allah atas kesehatan, keluarga, dan teman-teman yang Anda miliki. (Art

Linkletter - Buku Pegangan Something Else to Smile About

Halaman 55)

Pegang teguhlah impianmu, karena jika impian-impiannmu mati, maka hidupmu akan menjadi seperti burung yang sayapnya patah sehingga tidak dapat terbang. (Langston

Hughes - Buku Pegangan Something Else to Smile About


(9)

(10)

(11)

viii ABSTRAK

PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI PENGALAMAN GURU

MENGAJAR DAN JENJANG PENDIDIKAN GURU

Survei Pada Guru-guru di SMA yang telah Mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kabupaten Bantul

Agatha Carolina Ngo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2014

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) apakah ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru mengajar; 2) apakah ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari jenjang pendidikan guru. Penelitian ini dilakukan pada Bulan April 2014.

Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru di SMA Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul, SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Jetis, dan SMA Negeri 2 Bantul. Populasi penelitian sebanyak 351 guru. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 98 guru. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, dokumentasi, dan wawancara,. Teknik analisis data yang digunakan adalah One Way Anova dan Uji-T Dua Sampel Independent.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) tidak ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru mengajar ( = 1,614 < = 3,0922); 2) ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari jenjang pendidikan guru ( = -2,004 < = -1,985).


(12)

ix ABSTRACT

DIFFERENT PERCEPTION OF TEACHERS ON THE

IMPLEMENTATION OF 2013 CURRICULUM PERCEIVED FROM THEIR TEACHING EXPERIENCE AND THEIR LEVELS OF

EDUCATION

A Survey on Teachers of Senior High School Who Have Been Implementing 2013 Curriculum in Bantul Regency

Agatha Carolina Ngo Sanata Dharma University

Yogyakarta 2014

The purpose of this research is to know whether there is any significant differences in teacher’s perception on 2013 Curriculum perceived from: 1) their teaching experience; and 2) their levels of education. The research was done in April 2014.

The population of this research were teachers of SMA Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul, SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Jetis, and SMA Negeri 2 Bantul. The research population were 351 teachers. Samples in this research were 98 teachers. The technique of sample drawing was a purposive sampling. The methods of collecting the data were questionnaire, documentation, and interview. The techniques of data analysis were Analysis Variance (One Way Anova) and Independent Two Sample T-Test.

The result of this research shows that: 1) there is no significant difference in teacher’s perception of 2013 Curriculum perceived from their teaching experiences ( = 1,614 < = 3,0922); 2) there is significant difference in teacher’s perception of 2013 Curriculum perceived from the their levels of education ( = -2,004 < = -1,985).


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa Yesus Kristus atas berkat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI PENGALAMAN GURU MENGAJAR DAN JENJANG PENDIDIKAN GURU” dengan lancar. Penulis skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi. Selama penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph. D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd. M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi. 4. Ibu Cornelio Purwantini, S.Pd., M.SA. selaku Dosen Pembimbing, ibu

terima kasih untuk bimbingan dan bantuannya selama ini. Terima kasih atas kritik dan saran, nasihat, perhatian, serta motivasi yang telah ibu berikan kepada saya untuk kesempurnaan skripsi ini.


(14)

xi

5. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji. Terima kasih atas saran, kritikan, masukan dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Fx. Muhadi, M.Pd. selaku dosen penguji. Terima kasih atas saran, kritikan, masukan dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, terima kasih untuk ilmu dan pengetahuan yang sudah bapak/ ibu berikan kepada saya selama kuliah.

8. Seluruh karyawan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, terima kasih atas bantuan dalam menyiapkan administrasi selama kuliah dan selama menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh Kepala Sekolah dan Bapak/ Ibu Guru kelas X tempat penelitian (SMA Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul, SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Jetis, dan SMA Negeri 2 Bantul) yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian dan telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. 10.Untuk kedua orang tuaku, papi A. Petrus Ngo dan mami Emyliana Song, untuk kakak-kakakku, ce Henny dan ko Benad yang tidak pernah lelah memberikan doa, dukungan, semangat, nasihat, perhatian, kasih sayang, dan materiil. Untuk kakakku, ce Ciyung Olipung saudara seperjuangan dalam menyelesaikan studi, terima kasih ce sudah banyak membantu


(15)

xii

memey selama kita di Jogja. Kalian luar biasa, skripsi ini kupersembahkan untuk kalian.

11.Seluruh keluarga besar di Samarinda, yang tersayang boqyoh, tante, om, dan saudara-saudara sepupu ku, terima kasih atas doa, dukungan, dan semangatnya agar aku cepat lulus kuliah.

12.Untuk Chrizcky Gamas, terima kasih atas doa, motivasi, dan dukungannya. Semangat, tidak putus asa, dan jangan pernah malas sungguh sangat membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

13.Untuk sahabat-sahabat terbaik ku, Bela, Novrin, Rhuna, dan Laras, terima kasih atas suka dukanya selama ini.

14.Untuk sahabat-sahabat seperjuangan ku, Berthin, Mala, Shinta, Andi, Putro, Bertina, dan Anisa, terima kasih atas segala masukan, kerja sama, dan proses kita selama menyusun skripsi.

15.Untuk Anne, Bela, dan Berthin yang sudah membantuku, mau berpanas-panasan ke Bantul dalam melakukan penelitian. Kalian sangat baik.

16.Keluarga besar PAK 2010 kelas A dan yang tersayang kelas B, terima kasih atas 4 tahun ini yang banyak memberikan kenangan terindah. Aku sayang kalian.

17.Serta semua pihak yang tidak memungkinkan disebut satu per satu dalam skripsi ini, yang telah banyak memberikan dukungan, kritik, dan saran yang sungguh berarti bagi saya dalam menyelesaikan skripsi ini.


(16)

(17)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... ... xiv

DAFTAR TABEL ... ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Persepsi ... 7

B. Guru ... 9

C. Kurikulum ... 10

D. Kurikulum 2013 ... 14

E. Pengalaman Mengajar ... 28

F. Jenjang Pendidikan Guru ... 29


(18)

xv

H. Model Penelitian ... 34

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 35

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

C. Subyek dan Obyek Penelititian ... 36

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 36

E. Variabel Penelitian ... 38

F. Pengukuran Variabel Penelitian ... 38

G. Teknik Pengumpulan Data ... 45

H. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ... 45

I. Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. SMA Negeri 1 Kasihan ... 57

B. SMA Negeri 1 Bantul ... 62

C. SMA Negeri 1 Sewon ... 65

D. SMA Negeri 1 Sedayu ... 69

E. SMA Negeri 1 Jetis. ... 75

F. SMA Negeri 2 Bantul ... 78

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 83

1. Deskripsi Responden Penelitian a) Pengalaman Guru Mengajar ... 84

b) Jenjang Pendidikan Guru ... 84

2. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 ... 85

a) Pengalaman Guru Mengajar ... 86

b) Jenjang Pendidikan Guru ... 88


(19)

xvi

a) Pengujian Normalitas ... 90

b) Pengujian Homogenitas ... 93

C. Pengujian Hipotesis ... 95

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 99

1. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Pengalaman Guru Mengajar ... 99

2. Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Jenjang Pendidikan Guru ... 105

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 109

B. Keterbatasan Penelitian ... 109

C. Saran-saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 113


(20)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah ... 19

Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian ... 39

Tabel 3.2 Skala Pengukuran Model Likert ... 43

Tabel 3.3 Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian ... 47

Tabel 4.1 Daftar Guru Kelas X SMA N 1 Kasihan Bantul ... 61

Tabel 4.2 Daftar Guru Kelas X SMA N 1 Bantul ... 64

Tabel 4.3 Daftar Guru Kelas X SMA N 1 Sewon ... 68

Tabel 4.4 Daftar Guru Kelas X SMA N 1 Sedayu ... 74

Tabel 4.5 Daftar Guru Kelas X SMA N 1 Jetis ... 77

Tabel 4.6 Daftar Guru Kelas X SMA N 2 Bantul ... 80

Tabel 5.1 Responden Penelitian ... 83

Tabel 5.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Pengalaman Guru Mengajar .. ... 84

Tabel 5.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenjang Pendidikan Guru.. ... 85

Tabel 5.4 Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 .. .... 85

Tabel 5.5 Perbedaan Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Pengalaman Guru Mengajar .. ... 86

Tabel 5.6 Deskripsi Statistik Variabel Pengalaman Guru Mengajar ... 87

Tabel 5.7 Perbedaan Persepsi Guru yang Signifikan Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Jenjang Pendidikan Guru .. ... 89

Tabel 5.8 Deskripsi Statistik Variabel Jenjang Pendidikan Guru ... 90

Tabel 5.9 Hasil Pengujian Normalitas (Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Pengalaman Guru Mengajar) ... 91

Tabel 5.10 Hasil Pengujian Normalitas (Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Jenjang Pendidikan Guru) ... 92

Tabel 5.11 Hasil Pengujian Homogenitas (Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Pengalaman Guru Mengajar)... 94

Tabel 5.12 Hasil Pengujian Homogenitas (Persepsi Guru Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari Jenjang Pendidikan Guru) ... 94


(21)

xviii

Tabel 5.13 Hasil Pengujian Anova untuk Perbedaan Persepsi Guru yang Signifikan Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 Ditinjau dari

Pengalaman Guru Mengajar ... 96 Tabel 5.14 Hasil Pengujian Dua Sampel Independent untuk Perbedaan Persepsi

Guru yang Signifikan Terhadap Implementasi Kurikulum 2013


(22)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Penelitian ... ... 34 Gambar 4.1 Struktur Organisasi SMA N 1 Kasihan Bantul ... 60 Gambar 4.2 Struktur Organisasi SMA N 1 Bantul... ... 63 Gambar 4.3 Struktur Organisasi SMA N 1 Sewon ... ... 67 Gambar 4.4 Struktur Organisasi SMA N 1 Sedayu ... 73 Gambar 4.5 Struktur Organisasi SMA N 1 Jetis ... 76 Gambar 4.6 Struktur Organisasi SMA N 2 Bantul ... 79 Gambar 5.1 Daerah Penentuan Ho pada Uji Dua Sampel Independent ... 98


(23)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian... ... 116 Lampiran 2 Data mentah Validitas dan Reliabilitas... ... 124 Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas... ... 128 Lampiran 4 Data Induk Penelitian ... ... 137 Lampiran 5 Deskripsi Variabel Penelitian ... ... 141 Lampiran 6 Hasil Penghitungan Penilaian Acuan Patokan (PAP Tipe II) ... 144 Lampiran 7 Hasil Pengujian Normalitas dan Homogenitas ... ... 148 Lampiran 8 Hasil Pengujian Anova dan Dua Sampel Independen ... ... 151 Lampiran 9 Tabel R, Tabel F dan Tabel T ... 154 Lampiran 10 Surat Ijin Penelitian ... ... 161


(24)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum dan pendidikan merupakan dua konsep yang harus dipahami terlebih dahulu sebelum membahas mengenai implementasi Kurikulum 2013. Sebab, dengan pemahaman yang jelas atas kedua konsep tersebut diharapkan para pengelola pendidikan, terutama pelaksana Kurikulum, mampu melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

Pendidikan nasional kita masih menghadapi berbagai macam persoalan. Salah satu persoalan pendidikan kita yang masih menonjol saat ini adalah adanya Kurikulum yang silih berganti dan terlalu membebani anak tanpa ada arah pengembangan yang betul-betul diimplementasikan sesuai dengan perubahan yang diinginkan pada Kurikulum tersebut.

Tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan Kurikulum selalu mengarah pada perbaikan sistem pendidikan. Perubahan tersebut dilakukan karena dianggap belum sesuai dengan harapan yang diinginkan sehingga perlu adanya revitalisasi Kurikulum. Usaha tersebut mesti dilakukan demi menciptakan generasi masa depan yang berkarakter, yang memahami jati diri bangsanya dan menciptakan anak yang unggul, mampu bersaing di dunia internasional. Berbagai wacana berkembang di masyarakat terkait implementasi Kurikulum 2013 sangat marak, tentunya berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda-beda. Banyak persepsi yang perlu dihargai


(25)

sebagai bagian dari proses pematangan Kurikulum yang sedang disusun. Kurikulum ini merupakan terobosan baru dari Kurikulum yang sebelumnya yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Ada berbagai alasan perubahan KTSP menjadi Kurikulum 2013. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh menemukan pasalnya, hasil studi lembaga survei pendidikan internasional, Trends in International Mathematics and

Science Studies (TIMSS) dan Progress in International Reading Literacy

Study (PIRLS) 2011 tidak menunjukkan perkembangan yang signifikan

terhadap kemampuan siswa di Indonesia. Selain itu, evaluasi Kurikulum pendidikan nasional dilakukan karena ada penilaian bahwa Kurikulum pendidikan saat ini terlalu membebani siswa. Dari evaluasi nanti diharapkan bisa ditemukan formulasi sesuai standar kompetensi (Kompas, 22 Desember 2012). Selain itu, sekolah atau daerah tidak boleh memaksakan pelaksanaan implementasi Kurikulum 2013 secara mandiri tahun ini jika justru membebani murid atau orangtua murid, terutama dalam hal pengadaan buku. Sebelum mandiri, guru perlu dilatih dulu dan buku pun sudah harus tersedia gratis (Kompas, 2 September 2013).

Dari berbagai tanggapan mengenai implementasi Kurikulum 2013, pengalaman mengajar seorang guru diduga juga akan berpengaruh terhadap cara pandang atau persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013. Persepsi tersebut terbentuk karena adanya pengalaman yang berbeda mengenai penggunaan Kurikulum. Seorang guru yang baru dua tahun mengajar diduga akan memiliki persepsi kurang positif terhadap


(26)

Kurikulum 2013 mengingat belum adanya pengalaman mereka di bidang Kurikulum apabila dibandingkan dengan guru yang sudah dua puluh lima tahun mengajar. Atau mungkin juga sebaliknya. Dengan kata lain, pengalaman mengajar seorang guru akan membedakan perilaku keguruan guru tersebut dengan guru lainnya.

Selain itu, diduga ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 juga bisa terjadi karena jenjang pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai contoh yang memberikan keleluasaan bagi guru dan sekolah dalam menyusun Kurikulumnya sendiri dikhawatirkan akan menemui banyak kendala. Jenjang pendidikan guru salah satunya. Dalam suatu sekolah, ada kemungkinan besar terdapat guru dengan jenjang pendidikan yang berbeda-beda (D III, S1, S2, maupun S3). Jenjang pendidikan yang beragam kemungkinan berdampak pada persepsi antar guru yang berbeda-beda mengenai implementasi Kurikulum 2013. Karenanya, pemerintah menetapkan implementasi Kurikulum 2013 tidak lagi disusun oleh para guru melainkan disusun oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan guna meringankan beban para guru dan menghindari banyaknya persepsi dari para guru. Oleh karena itu, semakin tinggi jenjang pendidikan guru diduga mereka semakin memiliki persepsi yang positif terhadap implementasi Kurikulum 2013.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menduga bahwa pemahaman dan penerimaan guru terhadap Kurikulum 2013 ini tentu akan sangat bervariasi,


(27)

karenanya penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“PERBEDAAN PERSEPSI GURU TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DITINJAU DARI PENGALAMAN GURU

MENGAJAR DAN JENJANG PENDIDIKAN GURU”. Penelitian ini merupakan penelitian survei pada guru-guru di SMA yang telah mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Kabupaten Bantul.

B. Batasan Masalah

Banyak variabel yang mempengaruhi persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013. Penelitian ini akan memfokuskan pada variabel pengalaman guru mengajar dan jenjang pendidikan guru.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru mengajar?

2. Apakah ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari jenjang pendidikan guru?


(28)

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh peneliti dengan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru mengajar.

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari jenjang pendidikan guru.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang bersangkutan :

1. Bagi Pemerintah

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan dan evaluasi mengenai kebijakan pemerintah akan implementasi Kurikulum 2013 serta sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah yang harus diambil dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan nasional.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi penelitian selanjutnya serta dapat menambah kepustakaan yang berguna bagi mahasiswa atau pihak lain yang membutuhkan.


(29)

3. Bagi Sekolah

Untuk memberikan gambaran yang konkrit mengenai persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013, agar hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan yang berguna dalam kegiatan proses pembelajaran.

4. Bagi Peneliti

Dengan penelitian ini, diharapkan dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan memberi wawasan baru tentang implementasi Kurikulum 2013.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Menurut Walgito (2005:99), persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi.

Menurut Leavitt dalam Sobur (2003:445), persepsi (perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.

Persepsi adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti (Irwanto dkk, 1988:55). Berkaitan dengan faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat dikemukakan adanya beberapa faktor, yaitu:

1) Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu


(31)

yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian besar stimulus datang dari luar individu.

2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.

3) Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada suatu atau sekumpulan objek.

Jadi terjadinya persepsi adalah merupakan proses yang saling beurutan namun dengan kejadian yang singkat, yaitu mulai objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor, lalu alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, dan kemudian perhatian sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi.


(32)

B. Guru

1. Pengertian Guru

Undang-undang Guru dan Dosen Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 pasal 1 menyatakan bahwa, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Selanjutnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2 menyatakan, pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin (Mulyasa, 2007:37)

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai


(33)

dan mengevaluasi peserta didik, dan bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran.

2. Persepsi Guru

Perubahan Kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang dikenal dengan Kurikulum 2013 menjadi beban baru bagi guru. Guru sebagai pelaksana utama dari Kurikulum dituntut untuk lebih kreatif dalam merancang proses pembelajaran, bahan pelajaran maupun strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan potensi peserta didik. Untuk itu guru harus mempersiapkan diri dengan matang agar dapat menyesuaikan perubahan yang ada. Salah satunya dengan menambah pemahaman dan pengetahuan tentang Kurikulum 2013.

Persepsi guru yang signifikan terhadap Kurikulum 2013 adalah proses pemahaman, menerima, mengorganisasi dan menginterprestasi Kurikulum 2013 melalui alat indera dalam hubungannya dengan Kurikulum 2013.

C. Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara


(34)

yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Menurut Alice Miel dalam Wiryokusumo dan Mulyadi (1988:4),

Curriculum in composed of the experiences children undergo, it

fallows as a corollary that the curriculum is the result of interaction of

a complexity of factors, including the physical environment and the

desires, beliefs, knowledge attitudes, and skill of the person served by

and serving the school, namely, the learners, communityadults, and

educators. Dari pengertian ini, dapat diambil sarinya bahwa

Kurikulum dimaksud meliputi keadaan gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan, kecakapan dan sikap orang-orang yang melayani dan dilayani sekolah yaitu anak didik, masyarakat dan para pendidik. Jadi segala sesuatu dan semua pihak yang terlibat dalam memberikan bantuan kepada siswa adalah termasuk ke dalam Kurikulum. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:479), Kurikulum memiliki arti perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan.

Dari definisi-definisi di atas dapat kita ambil garis besarnya, bahwa Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran, di mana segala sesuatu dan semua pihak yang terlibat dalam memberikan bantuan kepada siswa adalah termasuk ke dalam


(35)

Kurikulum, sebagai perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan.

2. Fungsi Kurikulum

Menurut Surahmad dalam Nurgiyantoro (1988:6), fungsi Kurikulum dapat ditinjau dari tiga segi, yaitu:

a. Fungsi bagi Sekolah yang Berungkutan

Fungsi Kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan ini paling tidak dapat disebutkan dua macam. Pertama, sebagai alat untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan. Manifestasi Kurikulum dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah adalah berupa program pengajaran. Program pengajaran itu sendiri merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang kesemuanya dimaksudkan sebagai upaya untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yang akan dicapai tersebut disusun secara berjenjang mulai dart tujuan pendidikan yang bersifat nasional sampai tujuan instruksional. Jika tujuan instruksional tercapai (hasilnya langsung dapat diukur melalui kegiatan belajar mengajar di kelas) pada gilirannya akan tercapai pula tujuan-tujuan pada jenjang di atasnya. Setiap Kurikulum sekolah pasti didalamnya tercantum tujuan-tujuan pendidikan yang akan atau harus dicapai melalui kegiatan pengajaran. Kedua, Kurikulum dijadikan pedoman


(36)

untuk mengatur kegiatn-kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di sekolah. Dalam pelaksanaan pengajaran misalnya, telah ditentukan macam-macam bidang studi, alokasi waktu, pokok bahasan atau materi pengajaran untuk tiap semester, sumber bahan, metode atau cara pengajaran, alat dan media pengajaran yang diperlukan. Di samping itu, Kurikulum juga mengatur hal-hal yang berhubungan dengan jenis program cara penyelenggaraan, strategi pelaksanaan, penanggung jawab, sarana dan prasarana dan sebagainya.

b. Fungsi bagi Sekolah Tingkat di Atasnya

Dalam hal ini Kurikulum dapat untuk mengontrol atau memelihara keseimbangan proses pendidikan. Dengan mengetahui Kurikulum sekolah pada tingkat tertentu, maka Kurikulum pada tingkat di atasnya dapat mengadakan penyesuaian. Misalnya saja, jika suatu bidang studi telah diberikan pada Kurikulum sekolah di tingkat bawahnya, harus dipertimbangkan lagi pemilihannya pada Kurikulum, sekolah tingkatan di atasnya terutama dalam hal pemulihan bahan pengajaran. Penyesuaian bahan tersebut dimaksudkan untuk menghindari keterulangan penyampaian yang bisa berakibat pemborosan waktu dan yang lebih penting lagi adalah untuk menjaga kesinambungan bahan pengajaran itu.


(37)

c. Fungsi bagi Masyarakat

Para tamatan sekolah memang dipersiapkan untuk terjun dimasyarakat atau tugasnya untuk bekerja sesuai dengan keterampilan profesi yang dimilikinya. Oleh karena itu, Kurikulum sekolah haruslah mengetahui atau mencerminkan hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat atau para pemakai keluaran sekolah. Untuk keperluan itu perlu ada kerja sama antara pihak sekolah dengan pihak luar dalam hal pembenahan Kurikulum yang diharapkan. Dengan demikian, masyarakat atau para pemakai lulusan sekolah dapat memberikan bantuan, kritik atau saran-saran yang berguna bagi penyempumaan program pendidikan di sekolah.

D. Kurikulum 2013

1. Pengertian Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 adalah upaya penyederhanaan, dan tematik-integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Karena itu Kurikulum disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan.

Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik atau siswa, mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan (mempresentasikan), apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima


(38)

materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan Kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Melalui pendekatan itu diharapkan siswa kita memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik. Mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif, sehingga nantinya mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya, memasuki masa depan yang lebih baik.

2. Tujuan Kurikulum 2013

Tujuan Kurikulum 2013 adalah untuk mempersiapkan insan Indonesia untuk memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

3. Karakteristik Kurikulum 2013

Dijelaskan pula karakteristik Kurikulum 2013 ini diantaranya adalah: a. Isi atau konten Kurikulum yaitu kompetensi dinyatakan dalam

bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.

b. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan


(39)

keterampilan (kognitif dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran.

c. Kompetensi Dasar (KD) merupakan kompetensi yang dipelajari peserta didik untuk suatu tema untuk SD/MI, dan untuk mata pelajaran di kelas tertentu untuk SMP/MTS, SMA/MA, SMK/MAK.

d. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar di jenjang pendidikan dasar diutamakan pada ranah sikap sedangkan pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).

e. Kompetensi Inti menjadi unsur organisatoris (organizing

elements) Kompetensi Dasar yaitu semua KD dan proses

pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi dalam Kompetensi Inti.

f. Kompetensi Dasar yang dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

g. Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap (keagamaan dan sosial), rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik.


(40)

h. Sekolah tidak terpisah dari masyarakat karena Kurikulum memberikan pengalaman belajar terencana di mana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.

i. Mengembangkan keterampilan menerapkan untuk setiap pengetahuan yang dipelajari di kelas dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat sehingga memiliki kesempatan yang luas untuk menghilangkan verbalisme.

j. Sederhana dalam struktur Kurikulum, dalam jumlah mata pelajaran dan KD yang harus dipelajari peserta didik tetapi memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap dan keterampilan.

4. Struktur Kurikulum 2013

Struktur Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, beban belajar, dan kalender pendidikan. Mata pelajaran terdiri atas: mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau jenjang pendidikan. Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan pilihan mereka. Kedua kelompok mata pelajaran tersebut (wajib dan pilihan) terutama dikembangkan dalam struktur Kurikulum pendidikan menengah (SMA dan SMK) sementara itu mengingat usia dan perkembangan


(41)

psikologis peserta didik usia 7-15 tahun maka mata pelajaran pilihan belum diberikan untuk peserta didik SD dan SMP.

a. Struktur Kurikulum SMA dan SMK

Untuk menerapkan konsep kesamaan antara SMA dan SMK maka dikembangkan Kurikulum pendidikan menengah yang terdiri atas kelompok mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan. Mata pelajaran wajib sebanyak 9 (Sembilan) mata pelajaran dengan beban belajar 18 jam per minggu. Konten Kurikulum (Kompetensi Inti/KI dan KD) dan kemasan konten serta label konten (mata pelajaran) untuk mata pelajaran wajib bagi SMA dan SMK adalah sama. Struktur ini menempatkan prinsip bahwa peserta didik adalah subyek dalam belajar dan mereka memiliki hak untuk memilih sesuai minatnya. Mata pelajaran pilihan terdiri atas pilihan akademik (SMA) serta pilihan akademik dan vokasional (SMK). Mata pelajaran pilihan ini memberikan corak kepada fungsi satuan pendidikan dan di dalamnya terdapat pilihan sesuai dengan minat peserta didik. Beban belajar di SMA untuk Tahun X, XI, dan XII masing-masing 43 jam belajar per minggu. Satu jam belajar adalah 45 menit. Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah kelompok mata pelajaran wajib sebagai berikut.


(42)

Tabel 2.1

Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah Kelompok Mata Pelajaran Wajib dan Peminatan

MATA PELAJARAN ALOKASI WAKTU BELAJAR PER MINGGU X XI XII Kelompok A (Wajib)

1 Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 3 3 3

2 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 2 2 2

3 Bahasa Indonesia 4 4 4

4 Matematika 4 4 4

5 Sejarah Indonesia 2 2 2

6 Bahasa Inggris 2 2 2

Kelompok B (wajib)

7 Seni Budaya * 2 2 2

8 Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan 3 3 3

9 Prakarya dan Kewirausahaan 2 2 2

Jumlah Jam Pelajaran Kelompok A dan B Per Minggu 24 24 24 Kelompok C (Peminatan)

Mata Pelajaran Peminatan Akademik (SMA/MA)

Mata Pelajaran Peminatan Akademik dan Vokasi (SMK/MA) 18 24 20 24 20 24 Jumlah Mata Pelajaran Yang harus Ditempuh per minggu

(SMA/MA)

Jumlah Jam Pelajaran Yang harus Ditempuh per minggu (SMA/MA) 42 48 44 48 44 48

MATA PELAJARAN Kelas

X XI XII

Kelompok A dan B (wajib) 24 24 24

C Kelompok Peminatan

Peminatan Matematika dan Ilmu-ilmu Alam

I

1. Matematika 3 4 4

2. Biologi 3 4 4

3. Fisika 3 4 4

4. Kimia 3 4 4

Peminatan Ilmu-ilmu Sosial

II

1. Geografi 3 4 4

2. Sejarah 3 4 4

3. Sosiologi 3 4 4

4. Ekonomi 3 4 4


(43)

III

1. Bahasa dan Sastra Indonesia 3 4 4

2. Bahasa dan Sastra Inggris 3 4 4

3. Bahasa dan Sastra Asing Lainnya 3 4 4

4. Antropologi 3 4 4

Mata Pelajaran Pilihan dan Pendalaman

Pilihan Lintas Minat dan/atau Pendalaman Minat 6 4 4 Jumlah Jam Pelajaran yang Tersedia per Minggu 66 76 76 Jumlah Jam Pelajaran yang Harus Ditempuh per Minggu 42 44 44

5. Faktor-faktor Pengembangan Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dikembangkan berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:

a. Tantangan Internal

Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantangan internal lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65 tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%. Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi


(44)

adalah bagaimana mengupayakan agar sumber daya manusia usia produktif yang melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar tidak menjadi beban. b. Tantangan Eksternal

Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO), Association of Southeast Asian Nations (ASEAN)

Community, Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC), dan

ASEAN Free Trade Area (AFTA). Tantangan eksternal juga

terkait dengan pergeseran kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu, investasi, dan transformasi bidang pendidikan. Keikutsertaan Indonesia di dalam studi

International Trends in International Mathematics and Science

Study (TIMSS) dan Program for International Student

Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga menunjukkan bahwa


(45)

beberapa kali laporan yang dikeluarkan TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam Kurikulum Indonesia. c. Penyempurnaan Pola Pikir

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sebagai berikut:

1) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama.

2) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya).

3) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet).

4) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif aktif-mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains). 5) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis


(46)

6) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia.

7) Pola pembelajaran berbasis masal menjadi kebutuhan pelanggan (users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik.

8) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline) menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines), dan

9) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.

6. Implementasi Kurikulum 2013

Implementasi Kurikulum adalah usaha bersama antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah propinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota (Kemendikbud, 2013).

a. Pemerintah pusat bertanggung jawab dalam mempersiapkan guru dan kepala sekolah untuk melaksanakan Kurikulum.

b. Pemerintah pusat bertanggung jawab dalam melakukan evaluasi pelaksanaan Kurikulum secara nasional.

c. Pemerintah propinsi bertanggung jawab dalam melakukan supervisi dan evaluasi terhadap implementasi Kurikulum di propinsi terkait.

d. Pemerintah kabupaten/kota bertanggung jawab dalam memberikan bantuan profesional kepada guru dan kepala


(47)

sekolah dalam melaksanakan Kurikulum di kabupaten/kota terkait.

Strategi implementasi Kurikulum 2013 terdiri atas:

a. Pelaksanaan Kurikulum di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan yaitu:

1) Juli 2013: Kelas I, IV, VII, dan X

2) Juli 2014: Kelas I, II, IV, V, VII, VIII, X, dan XI

3) Juli 2015: kelas I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, dan XII

b. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dari tahun 2013 – 2015

c. Pengembangan buku siswa dan buku pegangan guru dari tahun 2012 – 2014

d. Pengembangan manajemen, kepemimpinan, sistem administrasi, dan pengembangan budaya sekolah (budaya kerja guru) terutama untuk SMA dan SMK, dimulai dari bulan Januari – Desember 2013

e. Pendampingan dalam bentuk Monitoring dan Evaluasi untuk menemukan kesulitan dan masalah implementasi dan upaya penanggulangan: Juli 2013 – 2016.


(48)

7. Pendekatan Penilaian Menurut Kurikulum 2013

Menurut Kurikulum 2013, penilaian yang dilakukan harus menggunakan pendekatan-pendekatan berikut:

a. Acuan Patokan

Dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 pada aspek penilaiannya, maka semua kompetensi perlu dinilai dengan menggunakan acuan patokan berdasarkan pada indikator hasil belajar. Sekolah terlebih dahulu harus menetapkan acuan patokan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. b. Metode dan Instrumen Penilaian dalam Kurikulum 2013

Bermacam-macam metode dan instrumen baik dalam bentuk formal maupun nonformal dipergunakan pada kegiatan penilaian dalam rangka mengumpulkan informasi. Informasi yang dikumpulkan menyangkut semua perubahan yang terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian dapat dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil/produk).

1) Penilaian Nonformal/Informal

Penilaian nonformal bisa berupa komentar-komentar guru yang diberikan/diucapkan selama proses pembelajaran. Saat seorang peserta didik menjawab pertanyaan guru, pada waktu siswa atau beberapa siswa


(49)

mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau saat seorang siswa memberikan komentar terhadap jawaban guru atau siswa lainnya, dengan demikian berarti guru telah melakukan penilaian nonformal/informal terhadap performansi siswa tersebut.

2) Penilaian Formal

Penilaian proses formal adalah sebaliknya dari penilaian informal. Penilaian formal adalah teknik pengumpulan informasi yang didesain untuk mengidentifikasi dan merekam pengetahuan dan keterampilan siswa. Tidak sama dengan penilaian proses informal, penilaian proses formal merupakan kegiatan yang disusun dan dilakukan secara sistematis dengan tujuan untuk membuat suatu simpulan tentang kemajuan siswa.

8. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan/PTK

Pelatihan PTK adalah bagian dari pengembangan Kurikulum. Pelatihan PTK disesuaikan dengan strategi implementasi yaitu: Tahun pertama 2013 sampai tahun 2015 ketika Kurikulum sudah dinyatakan sepenuhnya diimplementasikan. Strategi pelatihan dimulai dengan melatih calon pelatih (Master Trainer) yang terdiri atas unsur-unsur, yaitu Dinas Pendidikan, Dosen, Widyaiswara, guru inti nasional,


(50)

pengawas dan kepala sekolah berprestasi. Langkah berikutnya adalah melatih master teacher yang terdiri dari guru inti, pengawas dan kepala sekolah. Pelatihan yang bersifat masal dilakukan dengan melibatkan semua guru kelas dan guru mata pelajaran di tingkat SD, SMP dan SMA/SMK.

9. Pengembangan Buku Siswa dan Pedoman Guru

Implementasi Kurikulum 2013 dilengkapi dengan buku siswa dan pedoman guru yang disediakan oleh Pemerintah. Strategi ini memberikan jaminan terhadap kualitas isi/bahan ajar dan penyajian buku serta bahan bagi pelatihan guru dalam keterampilan melakukan pembelajaran dan penilaian pada proses serta hasil belajar peserta didik. Pada bulan Juli 2013 yaitu pada awal implementasi Kurikulum 2013 buku sudah dimiliki oleh setiap peserta didik dan guru. Ketersediaan buku adalah untuk meringankan beban orangtua karena orangtua tidak perlu membeli buku baru.

10. Evaluasi Kurikulum 2013

Pelaksanaan evaluasi implementasi Kurikulum 2013 dilaksanakan sebagai berikut:

a) Jenis Evaluasi: Formatif sampai tahun Belajar 2015-2016. b) Sumatif: Tahun Belajar 2016 secara menyeluruh untuk


(51)

Kurikulum. Evaluasi pelaksanaan Kurikulum diselenggarakan dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah pelaksanaan Kurikulum dan membantu kepala sekolah dan guru menyelesaikan masalah tersebut. Evaluasi dilakukan pada setiap satuan pendidikan dan dilaksanakan pada satuan pendidikan di wilayah kota/kabupaten secara rutin dan bergiliran. Evaluasi dilakukan di akhir tahun ke II dan ke V SD, tahun ke VIII SMP dan tahun ke XI SMA/SMK. Hasil dari evaluasi digunakan untuk memperbaiki kelemahan hasil belajar peserta didik di kelas/tahun berikutnya. Evaluasi akhir tahun ke VI SD, tahun ke IX SMP, tahun ke XII SMA/SMK dilakukan untuk menguji efektivitas Kurikulum dalam mencapai Standar Kemampuan Lulusan (SKL). (Kemendikbud, Pedoman Implementasi Kurikulum Januari 2013).

E. Pengalaman Guru Mengajar

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (1976:28), pengalaman adalah sesuatu yang pernah dirasai, diketahui, dikerjakan, dijalani, dan sebagainya. Pengalaman berasal dari kata ”alam” yang berarti lebih mengetahui atau tahu benar. Sedangkan menurut Muslich (2007:13), pengalaman mengajar adalah masa kerja guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari pemerintah, dan/atau


(52)

kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini dapat berupa surat keputusan atau surat keterangan yang sah dari lembaga berwenang.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengalaman guru mengajar diartikan sebagai segala sesuatu yang pernah dirasai, diketahui, dikerjakan, dijalani, dan didapatkan selama guru melaksanakan tugasnya sebagai pendidik di satuan pendidikan tertentu.

F. Jenjang Pendidikan Guru

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Pasal 1 ayat (1) Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dimaksud dengan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan bangsa.

Saat ini, pendidikan di Indonesia diatur melalui Undang-Undang Nomor 20 Pasal 14 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan formal di Indonesia terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Jenjang pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah


(53)

(MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah dalam hubungan ke bawah berfungsi sebagai lanjutan dan perluasan pendidikan dasar, dan dalam hubungan ke atas mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan tinggi ataupun memasuki lapangan kerja.

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian.

G. Kerangka Berpikir

1. Persepsi Guru yang Signifikan terhadap Implementasi

Kurikulum 2013 Ditinjau dari Pengalaman Guru Mengajar.

Profesionalitas seorang pekerja dipengaruhi pula oleh lama pekerja tersebut menjalani profesinya. Semakin lama seseorang


(54)

menggeluti pekerjaannya maka semakin terasah pula kemampuannya. Seorang guru yang telah puluhan tahun mengajar akan memiliki kualitas mengajar yang berbeda dengan seorang guru yang baru satu tahun mengajar. Guru yang telah lama menjalani profesi guru akan memiliki pengalaman mengajar, kemampuan mengelola kelas, maupun mengevaluasi kelas dengan lebih baik dibanding dengan guru baru. Akan tetapi, mungkin guru yang baru tersebut memiliki kemampuan lain yang tidak dimiliki oleh guru yang telah puluhan tahun mengajar, misalnya saja kemampuan mengoperasikan komputer, pemanfaatan internet, metode pengajaran baru, dan sebagainya.

Inti dari semua itu adalah bahwa suatu pengalaman mengajar ataupun pengetahuan baru dari seseorang yang belum begitu berpengalaman mengajar, akan menyebabkan perbedaan pandangan ataupun persepsi akan suatu permasalahan. Perbedaan itu disebabkan oleh adanya pola berpikir yang berbeda yang disebabkan oleh pembentukan karakter atas diri guru selama menjalani profesinya. Suparno dalam Cahyaningsih (2007:35), menguraikan bahwa lama seorang guru menjalani profesinya akan mempengaruhi cara pandang. Seorang guru yang sudah dua puluh tahun mengajar akan memandang Kurikulum 2013 sebagai sebuah Kurikulum yang merepotkan mengingat beratnya tugas seorang guru dalam peran sertanya menyusun bahan ajar dan media pembelajaran, berbeda dengan


(55)

Kurikulum yang biasanya digunakannya. Akan tetapi dengan pengalaman yang dimilikinya, hal tersebut akan dapat disesuaikan dengan mudah. Seorang guru yang baru satu tahun mengajar dan merupakan produk baru dari dunia kependidikan akan memandang Kurikulum 2013 sebagai sebuah Kurikulum yang tepat diaplikasikan mengingat dengan Kurikulum 2013 seorang guru dapat menyusun bahan ajar yang sesuai dengan konstruksi pengetahuan yang akan diberikan kepada peserta didik. Akan tetapi dengan terbatasnya pengalaman yang dimiliki, guru baru diduga kurang beradaptasi dengan cepat dalam perubahan Kurikulum yang terjadi. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Apriyanto (2007) yang menyatakan ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari lama menjalani profesi guru.

Berdasarkan uraian di atas, diduga perubahan Kurikulum 2013 akan mengalami permasalahan yang sama ketika penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha1 = Ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap

implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru mengajar.


(56)

2. Persepsi Guru yang Signifikan terhadap Implementasi

Kurikulum 2013 Ditinjau dari Jenjang Pendidikan Guru.

Jenjang pendidikan cukup berpengaruh terhadap persepsi guru terhadap diberlakukannya Kurikulum 2013. Pandangan guru diduga akan berbeda pada guru yang mempunyai jenjang pendidikan yang berbeda. Hal ini disebabkan pengetahuan dan wawasan yang dimiliki oleh seorang guru. Wawasan dan pengetahuan akan berpengaruh pada pengembangan kreativitas guru dalam mengajar.

Guru yang memiliki jenjang pendidikan rendah diduga akan kesulitan dalam mengembangkan kreativitas dan melaksanakan otonomi pengajaran. Guru dengan jenjang pendidikan rendah tidak mempunyai wawasan yang cukup atau pengetahuan yang luas dibandingkan dengan guru yang memiliki jenjang pendidikan lebih tinggi. Mereka tidak mendapatkan pengetahuan yang memadai saat menempuh pendidikan serta mengalami kesulitan dalam menelaah isi Kurikulum 2013 sehingga dalam pelaksanaannya mereka mengalami kesulitan dalam mengembangkan kreativitas. Sebaliknya guru dengan jenjang pendidikan lebih tinggi diduga akan lebih mudah dalam pengembangan kreativitas dan menjalankan otonomi seperti yang diinginkan dalam Kurikulum. Mereka akan mudah dalam menelaah isi dari Kurikulum 2013 dan mudah dalam mengimplementasikan Kurikulum baru. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Anton (2008) yang menyatakan ada


(57)

perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari jenjang pendidikan guru. Sedangkan hasil pengujian koefisien kontingensi menunjukkan bahwa terdapat derajat hubungan yang sedang antara jenjang pendidikan guru dengan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas, diturunkan hipotesis penelitian sebagai berikut:

Ha2 = Ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap

implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari jenjang pendidikan guru.

H. Model Penelitian

Model penelitian dalam penilitian ini adalah sebagai berikut. Gambar 2.1

Model Penelitian

Keterangan:

= Pengalaman guru mengajar = Jenjang pendidikan guru

= Persepsi guru terhadap implementasi Kurikulum 2013


(58)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi yang meliputi kegiatan penilaian sikap atau pendapat terhadap individu, organisasi, keadaan, ataupun prosedur (Hair dkk dalam Sangadji dan Sopiah, 2010:21). Jenis penelitian ini tergolong penelitian survei, yaitu penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah (Nazir, 2005:56). Kesimpulan dari penelitian ini hanya berlaku pada guru-guru kelas X di SMA Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul, dan SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Jetis, dan SMA Negeri 2 Bantul yang ada di Kabupaten Bantul sebagai subyek penelitian.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA se-Kabupaten Bantul yang dipilih pemerintah dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013, yaitu SMA


(59)

Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul, SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Jetis, dan SMA Negeri 2 Bantul. 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2014.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah guru-guru SMA Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul, SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Jetis, dan SMA Negeri 2 Bantul.

2. Obyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013, pengalaman guru mengajar dan jenjang pendidikan guru.

D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel

1. Populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti (Sulistyo, 2010:22). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di SMA se-Kabupaten Bantul yang telah mengimplementasikan Kurikulum 2013 yaitu SMA Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul, SMA Negeri 1 Sewon, SMA Negeri 1 Sedayu, SMA Negeri 1 Jetis, dan SMA Negeri 2 Bantul. Populasi penelitian sebanyak 351 guru. Menurut sumber dari SMA Negeri 1 Kasihan, SMA Negeri 1 Bantul,


(60)

dan SMA Negeri 1 Sewon jumlah guru adalah sebagai berikut: SMA Negeri 1 Kasihan = 66 guru, SMA Negeri 1 Bantul = 51 guru, dan SMA Negeri 1 Sewon = 65 guru, SMA Negeri 1 Sedayu = 68 guru, SMA Negeri 1 Jetis = 50 guru, dan SMA Negeri 2 Bantul = 51 guru.

2. Sampel

Arikunto (1998:117) mengatakan bahwa “sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah guru-guru yang telah mengimplementasikan Kurikulum 2013, yaitu seluruh guru kelas X (sepuluh).

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel yang digunakan untuk menentukan perwakilan sekolah menggunakan Purposive Sampling. Sugiyono (2001:61) menyatakan bahwa purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sekolah yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013 yaitu seluruh guru kelas X (sepuluh).


(61)

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel Penelitian

1. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian yang bervariasi akan apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini melibatkan variabel independen dan variabel dependen sebagai berikut :

a. Variabel independen atau variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengalaman guru mengajar dan jenjang pendidikan guru. b. Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini

adalah persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013.

2. Pengukuran Variabel Penelitian

a. Pengukuran variabel persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 didasarkan pada indikator-indikatornya. Pengukuran yang digunakan penulis untuk mengukur variabel ini adalah berupa pernyataan-pernyataan tentang implementasi Kurikulum 2013. Berikut ini disajikan tabel operasionalisasi variabel persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 yang diadopsi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Monitoring implementasi Kurikulum 2013:


(62)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Persepsi Terhadap implementasi Kurikulum 2013

Sub variabel Indikator

Pernyataan

Positif Negatif

Fungsi

Kurikulum 2013

1. Membantu siswa mengembangkan kompetensi dan potensi diri.

2. Pedoman pengaturan kegiatan pendidikan dan pengajaran.

3. Pedoman bagi guru untuk memperbaiki situasi mengajar. 1 2 3 Tujuan Kurikulum 2013

1. Mempersiapkan insan Indonesia supaya memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warganegara yang produktif, kreatif, inovatif dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan berperadaban dunia.

4, 5, 6 7

Karakteristik Kurikulum 2013

1. Kompetensi dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti (KI) kelas dan dirinci lebih lanjut dalam Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran.

2. Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara kategorial mengenai

8


(63)

kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.

3. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada jenjang pendidikan menengah pada kemampuan intelektual (kemampuan kognitif tinggi).

10

Pengembangan Kurikulum 2013

1. Pola pembelajaran berpusat pada peserta didik.

2. Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran interaktif.

3. Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim).

4. Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat multimedia. 5. Pola pembelajaran pasif menjadi

pembelajaran kritis 11 12 13 15 14 Struktur Kurikulum 2013

1. Pelaksanaan 9 (sembilan) mata pelajaran wajib dalam implementasi Kurikulum 2013 sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

2. Pelaksanaan mata pelajaran pilihan dalam implementasi Kurikulum 2013 membantu

16


(64)

peserta didik dalam mengembangkan peminatannya.

3. Kesesuaian jam beban belajar. 18 19

Kegiatan Belajar Mengajar

1. Siswa mengembangkan potensinya secara optimal.

2. Interaksi siswa dengan siswa lain.

3. Implementasi Kurikulum 2013 efektif jika guru saja yang aktif dalam kegiatan pembelajaran.

4. Siswa mengenali kelebihan masing-masing. 20 21 23 22 Pendekatan Penilaian Hasil Belajar

1. Penilaian menggunakan acuan patokan. 2. Metode dan instrumen penilaian dalam

implementasi Kurikulum 2013 dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil/produk).

24

25, 26

Pelatihan

Pendidik dan Tenaga

Kependidikan/P TK

1. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) disesuaikan dengan strategi implementasi.

2. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) dilaksanakan pada

27


(65)

Tahun pertama 2013 sampai tahun 2015 ketika Kurikulum sudah dinyatakan sepenuhnya diimplementasikan.

3. PTK melibatkan semua guru kelas dan guru mata pelajaran di tingkat SD, SMP dan SMA/SMK.

29

Pengembangan Buku Siswa dan Pedoman Guru

1. Kelengkapan buku siswa dan pedoman guru yang disediakan oleh Pemerintah. 2. Buku pedoman guru dalam implementasi

Kurikulum 2013 membantu guru dalam merencanakan proses pembelajaran, meningkatkan efektivitas proses pembelajaran, memberikan panduan yang jelas tentang penerapan pembelajaran tematik berbasis mata pelajaran, dan penerapan pembelajaran saintifik.

30, 31 32, 34, 35 33 Implementasi Kurikulum 2013

1. Pemerintah pusat bertanggung jawab dalam mempersiapkan guru dan kepala sekolah untuk melaksanakan Kurikulum 2013.

2. Pemerintah kabupaten/kota bertanggung jawab dalam memberikan bantuan profesional kepada guru dan kepala

36

38


(66)

sekolah dalam melaksanakan Kurikulum di kabupaten/kota terkait.

Evaluasi

Kurikulum 2013

1. Evaluasi pelaksanaan Kurikulum diselenggarakan dengan tujuan untuk mengidentifikasi masalah pelaksanaan Kurikulum.

2. Evaluasi dilakukan pada setiap satuan pendidikan dan dilaksanakan pada satuan pendidikan di wilayah kota/kabupaten secara rutin dan bergiliran.

39

40

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2010:134). Jawaban setiap item instrumen tersaji dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.2

Skala Pengukuran Model Likert

Alternatif jawaban Skor

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS) 5 1

Setuju (S) 4 2

Netral (N) 3 3

Tidak Setuju (TS) 2 4


(67)

b. Pengalaman Guru Mengajar

Pengalaman guru mengajar dapat dilihat dari masa kerja atau lamanya seseorang bekerja. Pengalaman kerja seorang guru adalah pengalaman dalam mengajar. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Pasal 30 ayat (4) pemberhentian guru karena batas usia pensiun dilakukan pada usia 60 (enam puluh) tahun. Dan menjadi seorang guru minimal berjenjang D4/S1 rata-rata usia lulus S1 usia 24 (dua puluh empat) tahun. Dalam penelitian ini pengalaman mengajar digolongkan ke dalam (Arikunto, 2000:355):

Masa kerja Keterangan

0 - 12 tahun 1 (Kurang Berpengalaman) 13 - 24 tahun 2 (Cukup Berpengalaman) 25 - 36 tahun 3 (Sangat Berpengalaman)

c. Jenjang Pendidikan Guru

Jenjang pendidikan adalah taraf pendidikan formal yang diselesaikan oleh guru. Dalam penelitian ini jenjang pendidikan menurut Pedoman Penetapan Peserta Sertifikasi Guru dalam Jabatan Tahun 2013 dinyatakan sebagai berikut:

1) Program Strata 1 (S-1) 1 (Rendah) 2) Program Pasca Sarjana (S-2) 2 (Tinggi)


(68)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode angket/kuesioner, metode dokumentasi dan metode wawancara. 1. Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013. Jenis kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup dengan alternatif jawaban sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

2. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang struktur organisasi sekolah, jumlah guru yang ada, sarana dan prasarana yang tersedia dan segala hal yang berhubungan dengan penelitian ini.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil.

G. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian

Teknik pengujian instrumen penelitian yang digunakan adalah uji validitas dan uji reliabilitas.


(69)

1. Uji Validitas

Menurut Effendi dan Tukiran (2012:124), validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu dapat mengukur apa yang ingin diukur. Instrumen penelitian yang berupa kuesioner diuji validitasnya untuk memperoleh kesahihan instrumen penelitian sehingga dapat dibakukan menjadi instrumen pengambilan data penelitian. Pengujian validitas penelitian ini didasarkan pada rumus teknik korelasi Product

Moment sebagai berikut :

Keterangan:

r = koefisien korelasi antara X dan Y

X = jumlah dari setiap item

Y = jumlah dari seluruh item

XY = jumlah hasil kali antara X dan Y

N = banyaknya sampel yang diuji cobakan

Dalam menentukan layak atau tidaknya suatu item yang digunakan, suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor total dengan taraf signifikansi 5%. Jika rhitung>rtabel, maka butir

pernyataan dikatakan valid dan jika rhitung<rtabel, maka butir pernyataan

dikatakan tidak valid. a. Hasil Uji Validitas

Uji validitas dilakukan terhadap item-item pertanyaan variabel Persepsi Guru yang signifikan terhadap Implementasi Kurikulum


(70)

2013. Uji validitas ini dilakukan untuk 40 butir pertanyaan. Rangkuman uji validitas untuk variabel Persepsi Guru yang signifikan terhadap Implementasi Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut (lampiran).

Tabel 3.3

Rangkuman Uji Validitas Untuk Persepsi Guru terhadap Implementasi Kurikulum 2013

No. Item

Validitas

Keterangan rtabel (Taraf

Signifikansi 5%)

rhitung

1 0,361 0,619 Valid

2 0,361 0,686 Valid

3 0,361 0,503 Valid

4 0,361 0,380 Valid

5 0,361 0,592 Valid

6 0,361 0,482 Valid

7 0,361 0,484 Valid

8 0,361 0,460 Valid

9 0,361 0,535 Valid

10 0,361 0,039 Tidak Valid

11 0,361 0,555 Valid


(71)

13 0,361 0,399 Valid

14 0,361 0,572 Valid

15 0,361 0,776 Valid

16 0,361 0,051 Tidak Valid

17 0,361 0,561 Valid

18 0,361 0,422 Valid

19 0,361 0,389 Valid

20 0,361 0,734 Valid

21 0,361 0,628 Valid

22 0,361 0,557 Valid

23 0,361 0,540 Valid

24 0,361 0,432 Valid

25 0,361 0,721 Valid

26 0,361 0,723 Valid

27 0,361 0,059 Tidak Valid

28 0,361 0,497 Valid

29 0,361 0,571 Valid

30 0,361 0,406 Valid

31 0,361 0,417 Valid

32 0,361 0,407 Valid

33 0,361 0,480 Valid


(72)

35 0,361 0,455 Valid

36 0,361 0,373 Valid

37 0,361 0,585 Valid

38 0,361 0,575 Valid

39 0,361 0,548 Valid

40 0,361 0,576 Valid

Dari tabel di atas terlihat bahwa dari 40 butir item yang digunakan dalam kuesioner ternyata ada 3 butir item yang tidak valid karena rhitung lebih kecil dari rtabel sehingga item-item tersebut dihapus.

Dapat disimpulkan bahwa item-item dalam kuesioner yang dinyatakan valid berjumlah 37 butir pernyataan dan telah mewakili setiap variabel pengukur persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013.

2. Pengujian Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih (Effendi dan Tukiran, 2012:124). Uji reliabilitas menggunakan rumus

Alpha Cronbach (Arikunto, 2010:238):

[

] [

]


(73)

Keterangan:

= reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

= jumlah varians butir = varians total

Menurut Sugiyono (2011:184), instrumen dikatakan reliabel apabila nilai koefisien Alpha > 0,6. Sebaliknya nilai koefisien Alpha < dari 0,6, maka penelitian tersebut belum reliabel.

Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus

Alpha Cronbach dan di uji menggunakan program SPSS for Windows

Versi 16. Setelah dilakukan pengujian reliabilitas dengan jumlah data (n) sebanyak 30 responden pada derajad keyakinan 5% maka diperoleh nilai 0,936 yang berarti lebih besar dari 0,6. Dengan demikian instrumen yang digunakan untuk melihat persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 dinyatakan reliabel.

H. Teknik Analisis Data

1. Teknik Deskriptif

Data yang diperoleh dari sampel penelitian berupa skor pengalaman guru mengajar, skor jenjang pendidikan guru, dan skor persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 yang dianalisis menurut Sarwono (2006:138), statistik deskriptif


(74)

mengacu pada transformasi data mentah ke dalam suatu bentuk yang akan membuat pembaca lebih mudah memahami dan menafsirkan maksud dari data atau angka yang ditampilakan. Kegunaan utama teknik deskriptif ialah untuk mengelompokkan perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ke dalam kategori sangat positif, positif, cukup positif, negatif dan sangat negatif.

2. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Apabila data yang terjaring normal maka analisis untuk pengujian hipotesis dapat dilakukan. Teknik yang digunakan untuk uji normalitas dengan menggunakan tes satu sampel Kolmogorof Smirnov (Sugiyono, 2009:326).

D

maksimum

=

[

(X)

(X)]

Keterangan :

D = Deviasi atau penyimpangan maksimum

(X)

= Distribusi frekuensi kumulatif teoritis


(75)

Selanjutnya untuk mengetahui apakah distribusi frekuensi masing- masing variabel normal atau tidak dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari taraf signifikansi 5% maka tidak signifikan artinya tidak ada beda antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data normal.

2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari taraf signifikansi 5% maka signifikan artinya ada perbedaan antara distribusi data yang dianalisis dengan distribusi teoritis sehingga sebaran data tidak normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui varians dari sampel homogen atau tidak. Pengujian homogenitas varians menggunakan Uji F dengan rumus sebagai berikut (Sugiyono, 2010:276):

Harga Fhitung tersebut kemudian dibandingkan dengan Ftabel pada

taraf signifikansi 5%. Dalam hal ini berlaku ketentuan bila harga Fhitung< Ftabel maka varians data dikatakan homogen dan apabila


(76)

3. Pengujian Hipotesis

a. Teknik analisis data yang digunakan untuk variabel pengalam guru mengajar dalam penelitian ini adalah Analysis of Variance (ANOVA). Menurut Taniredja dan Mustafidah, 2011:84, langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan Ho dan Ha Ho :

Tidak ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru mengajar.

Ha :

Ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru mengajar.

2) Menentukan daerah penerimaan Ha dan penolakan Ho

Pengujian dengan ANOVA menggunakan distribusi F, titik kritis diperoleh dengan bantuan tabel F dimana titik kritis ditentukan oleh:

a) Taraf nyata atau signifikan ditentukan sebesar 5% atau 0,05

b) Derajat bebas atau degree og freedom (df) yang terdiri dari:


(77)

Numerator = k-1 Denominator = N-k 3) Menentukan nilai statistik uji:

Nilai statistik uji atau yang disebut uji F ditentukan dengan cara dihitung menggunakan program Statistical Package for

Social Science (SPSS) yaitu paket progran komputer untuk

analisis statistik secara deskriptif maupun inferensial. Program SPSS yang digunakan dalam penelitian ini adalah program SPSS versi windows 16.

4) Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dan menarik

kesimpulan:

a) Ho diterima jika nilai Fhitung < nilai Ftabel, artinya tidak

ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru mengajar

b) Ha diterima jika nilai Fhitung > nilai Ftabel, artinya ada

perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari pengalaman guru mengajar

b. Teknik analisis data yang digunakan untuk variabel jenjang pendidikan guru dalam penelitian ini adalah Uji T Dua Sampel


(78)

Independen. Menurut Siregar, 2013:236, langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut:

1) Merumuskan Ho dan Ha

Ho :

Tidak ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari jenjang pendidikan guru.

Ha :

Ada perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari jenjang pendidikan guru.

2) Menentukan nilai statistik uji:

Uji statistik yang digunakan adalah uji-t dua sampel ditentukan dengan cara dihitung menggunakan program

Statistical Package for Social Science (SPSS) yaitu paket

program komputer untuk analisis statistik secara deskriptif maupun inferensial. Program SPSS yang digunakan dalam penelitian ini adalah program SPSS versi windows 16.

3) Membandingkan nilai thitung dengan ttabel dan menarik

kesimpulan:

a) Ho diterima jika nilai thitung < nilai ttabel, artinya tidak ada


(79)

implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari jenjang pendidikan guru.

b) Ha diterima jika nilai thitung > nilai ttabel, artinya ada

perbedaan persepsi guru yang signifikan terhadap implementasi Kurikulum 2013 ditinjau dari jenjang pendidikan guru.

c. Uji Signifikansi

Membandingkan nilai probabilitas Significance dengan nilai alpha 0,05. Apabila nilai probabilitas Significance lebih besar dari nilai alpha 0,05 maka sampel yang diambil dalam penelitian ini dapat berlaku untuk populasi. Sebaliknya apabila nilai probabilitas

Significance lebih kecil dari nilai alpha 0,05 maka sampel yang

diambil dalam penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan pada populasi. Artinya, hasil penelitian ini hanya berlaku untuk sampel.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)