keterlibatan individu dalam organisasi dan keinginannya untuk tetap bertahan dalam organisasi.
4. Aspek Komitmen Afektif
Mowday et al. 1979; dalam Haslam, 2004; Riggio, 2008; Spector, 2008; Landy Conte, 2010 menyebutkan komitmen afektif mencakup tiga aspek,
yaitu: 1 keyakinan dan penerimaan terhadap tujuan dan nilai organisasi; 2 kesediaan untuk berusaha atas nama organisasi; 3 memiliki keinginan yang
kuat untuk tetap menjadi anggota organisasi.
5. Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Afektif
Meyer Allen 1991; dalam Sharma Dhar, 2016 mengelompokkan faktor komitmen afektif dalam tiga kategori, yaitu :
a. Karakteristik personal. Misalnya, religiusitas Kutcher et al., 2010, usia,
lama bekerja, pendidikan, watak atau sifat personal, otonomi, kebutuhan, dan etika.
b. Struktur Organisasi. Misalnya, pengambilan keputusan, prosedur formal,
dan hubungan atasan-bawahan dalam organsiasi. c.
Pengalaman kerja. Komitmen afektif dapat tumbuh karena kepuasan karyawan terhadap kontribusi organisasi untuk kepentingan karyawan,
misalnya dukungan organisasi, keadilan dalam organisasi, kesempatan untuk melakukan kemajuan, kesempatan promosi, dan perasaan karyawan
terhadap perannya dalam organisasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan penjelasan diatas, faktor komitmen afektif adalah karakteristik personal, karakteristik pekerjaan, karakteristik organisasi, dan
pengalaman kerja.
C. HUBUNGAN
ANTARA RELIGIUSITAS
INTRINSIK DENGAN
KOMITMEN AFEKTIF
Individu yang menginternalisasi nilai dan ajaran agamanya, serta mewujudkannya dalam kehidupannya memiliki religiusitas intrinsik yang tinggi
Allport, 1967; dalam Vitell, 2009, Day Hudson, 2011. Weaver Agle 2002 menyatakan bahwa religiusitas memiliki pengaruh terhadap sikap dan perilaku
manusia, misalnya mengontrol diri Vitell et al., 2009, perilaku moral Carpenter Marshall, 2009, dan etika Vitell et al. 2007. Allport dalam Vitell, 2005 juga
menyatakan bahwa individu yang memiliki komitmen terhadap agama akan menempatkan nilai dan ajaran agama sebagai hal terpenting sehingga membuat
individu lebih memperhatikan moral dan etika. Komitmen afektif menjadi salah satu bentuk dari etika karena karyawan yang
berkomitmen terhadap organisasi akan merasa memiliki hubungan dengan nilai organisasi Schwepker, dalam Valentine, Godkin, Lucero, 2002. Individu yang
memiliki komitmen afektif terhadap organisasi akan merasa terikat dengan nilai dan tujuan organisasi dan bersikap sesuai dengan nilai dan tujuan tersebut. Ketika
individu mampu bersikap sesuai dengan nilai dan tujuan dalam organisasi, maka individu tersebut menerapkan etika dalam bekerja.