miskonsepsi akan sangat berbeda dengan cara mengobati siswa yang tidak tahu konsep. CRI dikembangkan untuk mengidentifikasi terjadinya
miskonsepsi sekaligus dapat membedakannya dengan tidak tahu konsep. Secara
sederhana CRI
dapat diartikan
sebagai ukuran
tingkat keyakinankepastian responden dalam menjawab setiap pertanyaan soal
yang diberikan. Hasil ujicoba penggunaan CRI dalam pengajaran fisika,
menunjukkan bahwa metode ini cukup ampuh digunakan untuk membedakan antara siswa yang mengalami miskonsepsi dan yang tidak tahu
konsep. Selain itu penggunaannya pada proses belajar mengajar sangat dimungkinkan karena proses pengidentifikasian dan penganalisisan hasilnya
tidak memakan waktu yang lama. Satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam penggunaan CRI adalah kejujuran siswa dalam mengisi
CRI untuk jawaban suatu soal, karena nantinya akan menentukan pada keakuratan hasil identifikasi yang dilakukan.
C. Kerangka Berpikir
Belajar IPA adalah belajar tentang alam yang dapat diperoleh seseorang sejak orang tersebut berinteraksi dengan alam melalui
pengalaman hidupnya. Banyak hal yang dapat diperoleh melalui pengalaman dan hal tersebut menjadi sebuah pengetahuan awal ketika
seseorang tersebut memasuki pendidikan formal. Materi IPA di sekolah dasar bukanlah mata pelajaran yang berisi sejarah IPA tetapi merupakan
materi yang dikembangkan berdasarkan pengalaman dan kegiatan-kegiatan nyata yang ada di lingkungan siswa. Oleh karena itu, mata pelajaran IPA
tidak dapat diberikan dengan ceramah dan menulis saja tetapi harus didasarkan pada pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari dan
diperoleh melalui kegiatan praktikum atau langsung berinteraksi dengan benda yang dipelajari.
Miskonsepsi terjadi sejak awal atau sejak masih kecil dengan membangun konsep berdasarkan pengalaman hidup yang siswa alami.
Miskonsepsi merupakan kesalahan pemahaman suatu konsep yang telah dibangun, yang berbeda dari pemahaman para ahli atau ilmuwan.
Pemahaman atau daya tangkap yang dimiliki siswa pun berbeda-beda. Dari paparan yang telah disampaikan, untuk mengetahui ada atau
tidaknya miskonsepsi yang dilakukan oleh siswa pada mata pelajaran IPA Fisika kelas V SD yang berhubungan dengan materi gaya, pesawat
sederhana, sifat cahaya, periskop, proses pembentukan tanah, dan susunan bumi
dilakukanlah penelitian. Penelitian ini berjudul “Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V Semester 2 SD Negeri Se-Kecamatan Cangkringan
Kabupaten Sleman Tahun 2015”. Alat penelitian yang digunakan yakni tes pilihan gandan dan uraian. Dari hasil tes yang telah diujikan, jawaban siswa
dianalisis untuk mengetahui ada atau tidaknya miskonsepsi yang dilakukan oleh siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan.
Gambar 2.12 Literature Map Penelitian-penelitian Relevan Berdasarkan gambar 2.12 dapat dilihat bahawa keempat penelitian
yang telah dilakukan sebelumya digunakan oleh peneliti sebagai dasar penelitian ini.
Suryanto Hewindati 2002 dengan judul “Pemahaman Murid Sekolah
Dasar SD Terhadap Konsep-Konsep Ilmu
Pengetahuan Alam
IPA Berbasis Biologi: Suatu Diagnosis
Adanya Miskonsepsi”
Tayubi 2005 dengan judul “ Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika
Menggunakan Certainty of Response Index
CRI”
Taufiq 2012 dengan judul penelitian ”Remediasi Miskonsepsi Mahasiswa
Calon Guru Fisika pada Konsep Gaya Melalui Penerapan
Model Siklus Belajar Learning Cycle
5E” Pujayanto
2006 dengan
judul penelitian “Miskonsepsi IPA Fisika
pada Gur u SD”
Penelitian Yang Dilakukan Oleh Peneliti
Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V Semester 2
SD Negeri Se-Kecamatan Cangkringan
Kabupaten Sleman Tahun 2015
D. Hipotesis Penelitian