8
BAB II LANDASAN TEORI
Bab II pendahuluan membahas mengenai kajian pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
A. Kajian Pustaka
1. Konsep
Amien dalam Suryanto Hewindati, 2002 : 7 mengemukakan bahwa konsep adalah gagasan atau ide berdasarkan suatu pengalaman
yang relevan dan dapat digeneralisasikan. Ausubel dalam Tyubi, 2005 : 5 menuliskan bahwa konsep adalah benda-benda, ciri-ciri, situasi-
situasi, atau kejadian-kejadian yang memiliki kekhasan. Konsep merupakan abstraksi dari ciri suatu hal yang memudahkan manusia
dalam berkomunikasi dan berpikir. Pemaparan kedua tokoh mengenai konsep dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan gagasan, ide, ciri-
ciri, terhadap pemahaman suatu hal yang memudahkan manusia berkomunikasi dan berpikir terhadap suatu hal. Misalnya seorang siswa
memahami sebuah konsep bahwa gaya itu harus mengakibatkan suatu perubahan atau gerak.
2. Konsepsi
Yuliati 2006 : 248 menuliskan bahwa konsepsi merupakan konsep awal yang dimiliki oleh siswa. pemikiran atau konsep yang
dimiliki oleh siswa disebut dengan konsepsi. Konsep-konsep yang diberikan kepada siswa harus benar sehingga siswa dapat memahami
suatu konsep dengan benar Clara, 2008 : 3. Kedua pemaham tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa konsepsi merupakan pemahaman atau
konsep awal yang telah dimiliki siswa. Konsep yang disampaikan kepada siswa harus sedemikian rupa sehingga siswa dapat memahami
konsep dengan baik tanpa terjadi kesalahan pemahaman. Konsep yang diterima oleh siswa baiknya dibangun melalui pengalaman lapangan
atau contoh yang sebenarnya agar siswa lebih mudah dalam menerima konsep yang diberikan.
3. Miskonsepsi
a. Pengertian Miskonsepsi
Miskonsepsi menurut Brown dalam Yuliati 2008 : 248-249 menyatakan bahwa miskonsepsi merupakan suatu gagasan yang tidak
sesuai dengan pengertian dan pemahaman para ilmuwan. Miskonsepsi dapat terjadi disebabkan oleh pemahaman konsep yang salah,
pengelompokan contoh-contoh yang tidak benar, penerapan konsep yang salah, dan hubungan antar konsep yang keliru.
Clement dalam Suparno, 2005 : 6-7 mengemukakan bahwa miskonsepsi terjadi bukan karena pengertian yang salah selama proses
pembelajaran akan tetapi konsep awal siswa yang dipahaminya sejak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
awal. Sejak awal bahkan dari kecil siswa telah membangun konsep melalui pengalaman hidup mereka.
Penjelasan kedua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi terjadi sejak awal atau sejak masih kecil dengan
membangun konsep berdasarkan pengalaman hidup yang siswa alami. Miskonsepsi merupakan kesalahpahaman suatu konsep yang telah
dibangun, yang berbeda dari pemahaman para ahli atau ilmuwan. Miskonsepsi tidak bisa diabaikan dalam mata pelajaran IPA Fisika.
Suparno 2005 : 11 menuliskan dalam bukunya bahwa miskonsepsi banyak terjadi dalam bidang fisika. Wandersee, Mintzes,
dan Novak dalam Suparno 2005 : 11 menjelaskan bahwa konsep alternatif terjadi dalam semua bidang fisika. Dari 700 studi mengenai
konsep alternatif bidang fisika, ada 300 yang meneliti tentang miskonsepsi dalam mekanika; 159 tentang listrik; 70 tentang panas,
optika, dan sifat-sifat materi; 35 tentang bumi dan antariksa; serta 10 studi mengenai fisika modern. Telah jelas bahwa dalam semua bidang
fisika terjadi miskonsepsi atau konsep alternatif. Miskonsepsi IPA Fisika adalah kesalahpahaman suatu konsep tentang IPA dalam bidang fisika
yang telah dibangun dan diyakini oleh seseorang tetapi berbeda dari pemahaman para ahli atau ilmuwan.
b. Penyebab Miskonsepsi
Suparno 2005 : 29-52 menuliskan bahwa penyebab miskonsepsi secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi lima yaitu
siswamahasiswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar. 1
SiswaMahasiswa Miskonsepsi yang berasal dari siswamahasiswa dikelompokkan
menjadi beberapa hal, yaitu: a
Konsepsi awal Sejak awal siswa telah memiliki konsep yang mereka bangun
dengan pengalaman hidup mereka. Konsep awal seringkali mengandung miskonsepsi sehingga pemahaman siswa akan
sulit untuk diubah. Miskonsepsi akan bertambah jika dipengaruhi oleh pembentukan yang salah dari beberapa pihak
misalnya orang tua, tetangga, teman, dan lain-lain. b
Pemikiran asosiatif Asosiasi
siswa terhadap
istilah sehari-hari
kadang menimbulkan miskonsepsi. Marshall dan Gilmour dalam
Suparno, 2005 : 36 mengemukakan bahwa pengertian yang berbeda antara siswa dengan guru juga dapat menyebabkan
terjadinya miskonsepsi. Kata dan istilah yang dikemukakan oleh guru diasosiasikan berdeda oleh siswa karena dalam
kehidupan siswa kata dan istilah baru itu memiliki arti yang lain.
c Pemikiran humanistik
Siswa sering melihat suatu benda dari sudut pandang manusiawi. Benda-benda dan situasi dipikirkan dalam diri
seseorang dan secara manusiawi. Tingkah laku benda dipahami seperti tingkah laku manusia yang hidup sehingga tidak pas
atau tidak cocok. d
Reasoning yang tidak lengkapsalah Reasoning atau penalaran siswa yang tidak lengkap atau salah
dikarenakan informasi yang mereka peroleh tidak lengkap dapat mengakibatkan terjadinya miskonsepsi. Pemahaman
yang salah juga dapat dikarenakan logika yang keliru dalam mengambil kesimpulan atau dalam menggeneralisasi sehingga
dapat terjadi miskonsepsi. Selain itu miskonsepsi juga dapat terjadi karena siswa kurang teliti dalam pengamatan ataupun
pengambilan data. e
Intuisi yang salah Intuisi adalah perasaan di dalam diri seseorang yang secara
spontan mengungkapkan sikap atau gagasan tentang sesuatu sebelum diteliti secara objektif dan rasional. Pemikiran intuitif
berasal dari pengamatan yang terjadi terus-menerus dan secara spontan jika menghadapi permasalahan, yang muncul di dalam
benak siswa adalah pemikiran yang spontan itu. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
f Tahap perkembangan kognitif siswa
Siswa secara umum masih dalam tahap operational concrete yang jika mempelajari sesuatu konsep yang abstrak sulit untuk
mencerna, menangkap, dan salah mengerti tentang konsep tersebut. Siswa baru dapat berpikir berdasarkan dengan hal-hal
nyata yang dapat dilihat atau dirasakan dengan alat indra. g
Kemampuan siswa Kemampuan siswa dalam berpikir dan memahami konsep
berpengaruh besar terhadap adanya miskonsepsi atau tidak. Meskipun guru telah menjelaskan dengan benar dan gamblang,
buku teks ditulis berdasarkan pengertian para ilmuwan, jika kemampuan daya tangkap siswa kurang atau tidak lengkap
dapat menyebabkan miskonsepsi. h
Minat belajar siswa Dapat dikatakan bahwa siswa yang berminat pada suatu hal
cenderung memiliki miskonsepsi yang lebih rendah jika dibandingkan dengan siswa yang tidak berminat pada hal yang
sama tersebut. Siswa yang tidak berminat terhadap suatu mata pelajaran juga tidak mau mendengarkan penjelasan yang
disampaikan oleh guru dan bahkan mereka tidak mau belajar mandiri tentang mata pelajaran yang tidak diminati tersebut.
2 Guru
Miskonsepsi yang dialami oleh siswa dapat juga diakibatkan oleh guru. Guru yang tidak siap dan tidak menguasai materi dapat
menjadikan siswanya mengalami miskonsepsi. Beberapa guru yang mengajarkan materi secara keliru tetapi siswa menganggap konsep
dari materi yang disampaikan oleh guru benar, maka siswa akan memegang konsep itu kuat-kuat. Hal tersebut mengakibatkan
miskonsepsi yang sangat kuat yang ada di dalam diri siswa dan sulit untuk diperbaiki. Dengan demikian, sangat penting untuk guru
dalam penguasaan materi dan penyampaian materi yang benar kepada siswa. Media elektronik seperti video atau media gambar
dan praktek langsung dapat menguatkan materi serta konsep yang diterima oleh siswa.
3 Buku Teks
a Buku teks
Bahasa tulis, penjelasan yang sulit dipahami, dan penjelasan yang tidak benar dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi.
Buku teks yang terlalu sulit untuk siswa pada levelnya dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi karena siswa sulit dalam
memahami isi buku tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b Buku Fiksi Sains
Buku ini dianggap baik karena membuat anak senang membaca dan mau belajar, akan tetapi disisi lain banyak hal
yang dapat menyesatkan dan memunculkan miskonsepsi pada siswa. Pengarang membuat gagasan secara sederhana dan
bahkan ekstrem yang kurang berdasarkan ilmu yang sesungguhnya.
c Kartun
Kartun sangat menarik bagi siswa, namun jika konsep yang ada di dalam gambar-gambar kartun tersebut tidak ilmiah atau
melenceng dari pendidikan dapat membuat siswa memiliki miskonsepsi. Guru atau orang tua yang menganjurkan untuk
bacaan kartun sebagai salah satu sarana belajar sebaiknya juga melakukan pengawasan dan dampingan terhadap siswa.
4 Konteks
a Pengalaman
Gagasan yang diperoleh dari pengalaman siswa sehari-hari dapat menyebabkan miskonsepsi karena adanya salah dalam
memahami konsep. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b Bahasa sehari-hari
Bahasa sehari-hari
dapat mempengaruhi
terjadinya miskonsepsi dalam bidang IPA dikarenakan bahasa sehari-hari
biasanya memiliki arti yang berbeda dengan bahasa ilmiah. c
Teman lain Teman lain atau teman sejawat misalnya dalam mengerjakan
kerja kelompok dapat menjadi penyebab miskonsepsi jika salah satu dari mereka menjadi leader atau seseorang yang
dianggap paling benar atau paling pintar. d
Keyakinan dan ajaran agama Commins dalam Suparno, 2005 : 49 mengemukakan bahwa
keyakinan ataupun ajaran agama yang diyakini kurang tepat sering membuat siswa tidak dapat menerima ilmu pengetahuan
yang lain.
5 Metode Mengajar
Guru diharapkan untuk tidak membatasi diri hanya dengan satu metode saja. Guru perlu kreatif dan kritis dalam memilih
metode yang akan digunakan dalam pembelajaran dan jangan sampai metode yang digunakan oleh guru menimbulkan terjadinya
miskonsepsi. Metode-metode tersebut antara lain: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
a. Metode ceramah
Jika guru menggunakan metode ceramah tanpa memperhatikan dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau
mengemukakan pendapat
mereka, itu
dapat memupuk
miskonsepsi siswa. b.
Metode praktikum Metode praktikum sangat membantu dalam proses pemahaman
siswa, akan tetapi abstraksi yang lebih luas sering sulit ditangkap karena data yang ditemukan dalam praktikum sangat terbatas.
c. Metode demonstrasi
Metode demostrasi yang sellau menampilkan yang benar, karena sudah direkayasa, dapat juga membuat siswa salah mengerti
dalam memahami data. d.
Metode diskusi Metode ini sangat membantu siswa untuk mengembangkan dan
memeriksa kembali konsep dan pemahaman yang mereka bangun dengan membandingkan dengan konsep teman lain.
Tetapi dengan membandingkan beberapa konsep dari teman, dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi.
6 Mengatasi Miskonsepsi
Secara garis besar menurut Suparno, 2005 : 55-82 dapat dituliskan sebagai berikut:
a Mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa
b Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi
c Mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi
4. Hakikat Pembelajaran IPA