Hasil Penelitian yang Relevan

Lapisan kerak bumi merupakan lapisan dimana makhluk hidup tinggal. Pada lapisan ini banyak terdapat batuan. Selain itu juga terdapat mineral dan tanah.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan yang pertama dilakukan oleh Suryanto Hewindati 2002 dengan judul “Pemahaman Murid Sekolah Dasar SD Terhadap Konsep-Konsep Ilmu Pengetahuan Alam IPA Berbasis Biologi: Suatu Diagnosis Adanya Miskonsepsi”. Metode yang digunakan adalah metode penelitian survey. Hasil dari penelitian ini adalah masih banyak miskonsepsi yang terjadi pada konsep-konsep yang diteliti. Kriteria 75 pemahaman konsep murid yang benar, hanya ada satu konsep yang mampu dikuasai dengan baik. Miskonsepsi yang terjadi dikarenakan murid dalam memahami suatu konsep mengandalkan pengalaman sehari- hari dan hasil pemikiran logis murid. Penelitian yang kedua dilakukan oleh Pujayanto 2006 dengan judul penelitian “Miskonsepsi IPA Fisika pada Guru SD” yang menerapkan metode penelitian expose facto. Sumber data yang digunakan merupakan sumber data primer, karena penelitian memperoleh data langsung dari subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru Kelas 5 Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Sampel diambil secara acak dari guru-guru kelas 5 SD di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Sampel terdiri dari 20 orang guru. Teknik pengambilan data yang digunakan adalah tes. Instrumen tes yang digunaka berupa tes diagnostik miskonsepsi pada pokok bahasan Gaya dan Cahaya. Untuk menjawab hipotesis penelitian digunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, yaitu berupa analisis kualitatif tentang ada tidaknya miskonsepsi. Dari hasil analisis data ternyata terbukti bahwa guru mengalami miskonsepsi IPA Fisika pada pokok bahasan Gaya dan Cahaya. Adapun profil miskonsepsi yang dimiliki guru lebih dari 30 dan besar persentase miskonsepsinya sebagai berikut adalah sebagai berikut: 1. gaya dapat berupa tarikan atau dorongan, gaya magnet selalu berupa tarikan 45; 2. gaya gravitasi dapat berupa dorongan maupun tarikan 40 ; 3. massa benda di bumi sama dengan massa benda di bulan, berat benda di bumi sama dengan berat benda di bulan 60; 4. setiap dua benda bersentuhan muncul gaya gesekan 60; 5. pesawat sederhana meringankan kerja manusia, berarti pada umumnya dengan menggunakan pesawat sederhana gaya kuasa dan energi yang digunakan menjadi lebih kecil 100 ; 6. cahaya merambat lurus, berarti cahaya tidak dapat dipantulkan oleh permukaan tembok tetapi dapat dibiaskan oleh sebuah medium 85; 7. Benda dapat dilihat jika benda tersebut sebagai sumber cahaya atau ada cahaya dari mata yang sampai ke benda 50; 8. cahaya lampu neon dapat diurai menjadi cahaya warna pelangi, karena cahaya lampu neon adalah cahaya putih seperti cahaya putih matahari 55. Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Taufiq 2012 dengan judul penelitian ” Remediasi Miskonsepsi Mahasiswa Calon Guru Fisika pada Konsep Gaya Melalui Penerapan Model Siklus Belajar Learning Cycle 5E” Penelitian ini mengenai upaya identifikasi miskonsepsi mahasiswa berkaitan dengan konsep gaya menggunakan Certainty of Response Index CRI dan Wawancara. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa mahasiswa mengalami miskonsepsi berkaitan dengan konsep gaya dengan berbagai tingkatan yang berbeda-beda yaitu tingkat tinggi, sedang, dan rendah. Penggunaan tes model Certainty of Response Index CRI dalam penelitian ini sangat membantu peneliti khususnya untuk memetakan tingkat miskonsepsi yang dialami oleh mahasiswa. Implementasi model pembelajaran siklus belajar learning cycle 5E mampu menurunkan proporsi siswa yang mengalami miskonsepsi mahasiswa pada konsep gaya, yakni dari 46 menjadi 2,8. Dengan demikian ada peningkatan proporsi penurunan jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi sebanyak 43,2, Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran siklus belajar learning cycle 5E efektif mampu untuk meningkatkan proporsi penurunan jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi. Penelitian yang keempat dilakukan oleh Tayubi 2005 dengan judul “ Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan Certainty of Response Index CRI”. Cara mengobati siswa yang mengalami miskonsepsi akan sangat berbeda dengan cara mengobati siswa yang tidak tahu konsep. CRI dikembangkan untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi sekaligus dapat membedakannya dengan tidak tahu konsep. Secara sederhana CRI dapat diartikan sebagai ukuran tingkat keyakinankepastian responden dalam menjawab setiap pertanyaan soal yang diberikan. Hasil ujicoba penggunaan CRI dalam pengajaran fisika, menunjukkan bahwa metode ini cukup ampuh digunakan untuk membedakan antara siswa yang mengalami miskonsepsi dan yang tidak tahu konsep. Selain itu penggunaannya pada proses belajar mengajar sangat dimungkinkan karena proses pengidentifikasian dan penganalisisan hasilnya tidak memakan waktu yang lama. Satu hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam penggunaan CRI adalah kejujuran siswa dalam mengisi CRI untuk jawaban suatu soal, karena nantinya akan menentukan pada keakuratan hasil identifikasi yang dilakukan.

C. Kerangka Berpikir