Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard Perspektif dalam Balanced Scorecard

19

2. Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard

Pengukuran kinerja dengan Balanced Scorecard merupakan alternatif pengukuran kinerja yang didasarkan pada empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran. Cara pengukuran dalam Balanced Scorecard adalah mengukur secara seimbang antara perspektif yang satu dengan perspektif yang lainnya dengan tolok ukur masing-masing perspektif Oktaviana 2015. Selain didasarkan pada keempat perspektif, dalam pengukuran kinerja dengan menggunakan Balanced Scorecard juga terdapat dua ukuran yang dapat ditetapkan untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategik, yaitu: ukuran hasil dan ukuran pemacu kinerja. Menurut Oktaviana 2015, ukuran hasil merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat keberhasilan pencapaian sasaran strategi, sedangkan ukuran pemacu kinerja merupakan ukuran yang menyebabkan hasil yang dicapai.

3. Perspektif dalam Balanced Scorecard

Balanced Scorecard menerjemahkan misi dan strategi ke dalam berbagai tujuan dan ukuran yang tersusun ke dalam empat perspektif Kaplan dan Norton 2000: 22. Ada empat perspektif kinerja bisnis yang diukur dalam Balanced Scorecard, yaitu: a. Perspektif Keuangan Financial Perspective Aspek keuangan menunjukkan apakah perencanaan, implementasi dan pelaksanaan dari strategi memberikan perbaikan yang mendasar. Sasaran-sasaran perspektif keuangan dibedakan pada masing-masing 20 tahap dalam siklus bisnis yang oleh Kaplan dan Norton 2000: 42 dibedakan menjadi tiga tahap: 1 Growth Berkembang Berkembang merupakan tahap pertama dan tahap awal dari siklus kehidupan bisnis. Pada tahap ini suatu organisasi sektor publik seperti Puskesmas memiliki tingkat pertumbuhan yang sama sekali atau paling tidak memiliki potensi untuk berkembang. Untuk menciptakan potensi ini, kemungkinan seorang kepala Puskesmas harus terikat komitmen untuk mengembangkan suatu pelayanan kesehatan atau jasa baru, membangun dan mengembangkan fasilitas pelayanan, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta mengasuh dan mengembangkan hubungan dengan pasien. 2 Sustain Stage Bertahan Bertahan merupakan tahap kedua yaitu suatu tahap dimana suatu organisasi sektor publik seperti Puskesmas masih melakukan suatu inovasi pada program pelayanan kesehatan dengan mempersyaratkan tingkat pengembalian yang terbaik. Dalam tahap ini Puskesmas berusaha mempertahankan pangsa pasar yang ada dan mengembangkannya apabila mungkin. Inovasi yang dilakukan umumnya diarahkan untuk menghilangkan kemacetan, mengembangkan kapasitas dan meningkatkan perbaikan operasional PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 secara konsisten. Pada tahap ini Puskesmas tidak lagi bertumpu pada strategi-strategi jangka panjang. Sasaran keuangan tahap ini lebih diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas inovasi pelayanan kesehatan yang dilakukan. 3 Harvest Panen Tahap ini merupakan tahap kematangan mature, suatu tahap dimana suatu organisasi sektor publik seperti Puskesmas melakukan panen harvest terhadap inovasi yang dilakukan. Puskesmas tidak lagi melakukan inovasi lebih jauh kecuali hanya untuk memelihara dan perbaikan fasilitas. Tujuan utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan arus kas yang masuk ke Puskesmas. Sasaran keuangan untuk harvest adalah cash flow maksimum yang mampu dikembalikan dari pelayanan yang diberikan dimasa lalu. Pada perspektif keuangan ini, pengukuran kinerja dapat ditinjau dari sudut pandang keuangan berdasarkan rasio-rasio sebagai berikut: 1 Net Profit Margin NPM Net Profit Margin NPM merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung berapa besar keuntungan yang dihasilkan dari pelayanan yang diberikan. NPM dapat dihitung dengan menggunakan rumus Gaspersz 2005: 42. NPM = x 100 22 Di organisasi sektor publik seperti Puskesmas, NPM dapat dihitung dengan dua komponen, yaitu laba bersih setelah pajak dan total pendapatan. Komponen laba bersih setelah pajak sendiri dapat didekati dengan selisih pendapatan atas pengeluaran Mahsun 2006. Selisih pendapatan atas pengeluaran dilihat dari setoran pendapatan Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota yang diperoleh dari jumlah pendapatan yang diterima Puskesmas atas pelayanan kesehatan yang telah diberikan kepada pasien yang tidak menggunakan kartu BPJS dan KTP maupun pendapatan yang diterima Puskesmas atas Jasa Pelayanan BPJSJKN setelah dikurangi biaya-biaya operasional dan non operasional Puskesmas. Sedangkan untuk komponen total pendapatan dapat didekati dengan dihitung dengan jumlah realisasi anggaran dana yang diterima Puskesmas untuk semua kegiatan operasional Puskesmas atau dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien yang tidak menggunakan kartu BPJS dan KTP maupun kepada pasien yang menggunakan Jasa Pelayanan BPJSJKN. 2 Return On Asset ROA Return On Asset ROA mengukur tingkat pendapatan yang diperoleh Puskesmas terhadap aset yang digunakan dalam menghasilkan pendapatan tersebut. ROA dapat dihitung dengan rumus Gaspersz 2005: 43. ROA = x 100 23 Di organisasi sektor publik seperti Puskesmas, ROA dapat dihitung dengan dua komponen, yaitu laba bersih setelah pajak dan total aset. Komponen laba bersih setelah pajak sendiri dapat didekati dengan selisih pendapatan atas pengeluaran Mahsun 2006. Selisih pendapatan atas pengeluaran dilihat dari setoran pendapatan Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota yang diperoleh dari jumlah pendapatan yang diterima Puskesmas atas pelayanan kesehatan yang telah diberikan kepada pasien yang tidak menggunakan kartu BPJS dan KTP maupun pendapatan yang diterima Puskesmas atas Jasa Pelayanan BPJSJKN setelah dikurangi biaya-biaya operasional dan non operasional Puskesmas. Sedangkan untuk komponen total aset dapat didekati dengan jumlah aset lancar maupun aset tidak lancar aktivaharta yang dimiliki Puskesmas, seperti kas tunai, kas bank, peralatan kesehatan Puskesmas, dan lain-lain. 3 Return On Equity ROE Return On Equity ROE digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan ekuitas dana dalam Puskesmas dengan membandingkan antara pendapatan dengan modal yang digunakan dalam Puskesmas. ROE dapat dihitung dengan rumus Gaspersz 2005: 43. ROE = x 100 Di organisasi sektor publik seperti Puskesmas, ROE dapat dihitung dengan dua komponen, yaitu laba bersih setelah pajak dan Modal Sendiri. Komponen laba bersih setelah pajak sendiri dapat 24 didekati dengan selisih pendapatan atas pengeluaran Mahsun 2006. Selisih pendapatan atas pengeluaran dilihat dari setoran pendapatan Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota yang diperoleh dari jumlah pendapatan yang diterima Puskesmas atas pelayanan kesehatan yang telah diberikan kepada pasien yang tidak menggunakan kartu BPJS dan KTP maupun pendapatan yang diterima Puskesmas atas Jasa Pelayanan BPJSJKN setelah dikurangi biaya-biaya operasional dan non operasional Puskesmas. Sedangkan untuk komponen modal sendiri dapat didekati dengan dana Bantuan Operasional Kesehatan BOK yang diterima oleh Puskesmas. b. Perspektif Pelanggan Kaplan dan Norton 2000: 58 menjelaskan ada dua kelompok pengukuran yang terkait di dalam perspektif pelanggan, yaitu: 1 Kelompok Inti core measurement a Pangsa pasar Pangsa pasar menggambarkan proporsi pelayanan kesehatan yang diberikan oleh suatu organisasi sektor publik seperti Puskesmas di lingkungan masyarakat tertentu. Hal itu diungkapkan dalam bentuk jumlah pasien, anggaran belanja yang dibelanjakan atau volume pelayanan yang telah diberikan. b Akuisisi pelanggan pasien Mengukur seberapa banyak organisasi sektor publik seperti Puskesmas yang menyediakan pelayanan kesehatan berhasil PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 menarik pasien-pasien baru. Akuisisi ini diukur dengan membandingkan jumlah pasien dari tahun ke tahun. c Retensi pelanggan pasien Mengukur seberapa banyak organisasi sektor publik seperti Puskesmas yang menyediakan pelayanan kesehatan berhasil mempertahankan pasien-pasien lama. Pengukuran dapat dilakukan dengan mengetahui besarnya prosentase pertumbuhan pelayanan kesehatan dengan pasien yang ada saat ini dengan cara membandingkan jumlah pasien tahun berjalan dengan tahun sebelumnya. d Tingkat kepuasan pelanggan pasien Mengukur seberapa jauh pasien merasa puas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas. Berupa umpan balik mengenai seberapa baik Puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatannya. 2 Kelompok Penunjang performance drivers a Atribut-atribut pelayanan kesehatan Tolok ukur atribut pelayanan kesehatan dilihat dari beberapa aspek: i. Tingkat pembayaran atas pelayanan kesehatan relatif murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat di kalangan apapun tingkat pembayaran atas pelayanan kesehatan yang dibandingkan dengan tingkat pembayaran pesaing. 26 ii. Tingkat daya guna pelayanan kesehatan seberapa jauh pelayanan kesehatan yang telah diberikan berdaya guna bagi pasien. iii. Tingkat ketidakpuasan pasien atas pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas. iv. Mutu peralatan dan fasilitas kesehatan yang digunakan Puskesmas. v. Kemampuan sumber daya manusia. vi. Tingkat efisiensi pelayanan kesehatan b Hubungan Dengan Pelanggan pasien Tolok ukur yang termasuk sub kelompok ini, tingkat fleksibilitas Puskesmas dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan para pasiennya, penampilan fisik dan mutu layanan yang diberikan oleh dokter dan perawat serta penampilan fisik fasilitas dalam memberikan pelayanan kesehatan. c Citra dan reputasi Puskesmas beserta pelayanan kesehatan dimata para pasiennya dan lingkungan masyarakat sekitar Puskesmas. c. Perspektif Proses Bisnis Internal Menurut Kaplan dan Norton 2000: 83 dalam proses bisnis internal, kepala Puskesmas harus bisa mengidentifikasi proses internal yang penting, yaitu Puskesmas diharuskan melakukan dengan baik karena proses internal tersebut mempunyai nilai-nilai yang diinginkan pasien dan dapat memberikan pengembalian yang diharapkan oleh Dinas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 Kesehatan Kota atau Pemerintah Kota. Tahapan dalam proses bisnis internal meliputi: 1 Proses Inovasi Inovasi yang dilakukan dalam Puskesmas biasanya dilakukan oleh bagian tata usaha. Dalam tahap inovasi ini tolok ukur yang digunakan adalah besarnya persediaan obat-obatan baru dan lebih lengkap, lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan suatu program pelayanan kesehatan secara relatif jika dibandingkan dengan Puskesmas lainnya, besarnya biaya, serta banyaknya program pelayanan kesehatan yang direncanakan Puskesmas setiap tahunnya. 2 Proses Operasional Tahapan ini merupakan tahapan dimana Puskesmas berupaya untuk memberikan pemeriksaan, penanganan, dan solusi kesehatan kepada para pasien sesuai dengan kebutuhan pasien. Tolok ukur yang digunakan antara lain tingkat kepuasan pasien atas pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas, banyaknya keluhan-keluhan para pasien yang dapat ditangani, penyimpangan biaya operasional aktual terhadap biaya anggaran operasional serta tingkat efisiensi per kegiatan program pelayanan kesehatan. 28 3 Proses Purna Jual atau Penyampaian Program Pelayanan Kesehatan atau Jasa pada Pasien Aktivitas penyampaian program pelayanan kesehatan atau jasa pada pasien meliputi permintaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien atau jasa dimana Puskesmas berupaya memberikan manfaat tambahan kepada pasien yang telah menerima pelayanan kesehatan yang diberikan. d. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam perspektif ini adalah Kaplan dan Norton 2000: 110: 1 Kepuasan Karyawan Hal yang perlu ditinjau adalah kepuasan karyawan dan produktivitas kerja karyawan. Untuk mengetahui tingkat kepuasan karyawan perusahaan perlu melakukan survei secara reguler. Beberapa elemen kepuasan karyawan adalah keterlibatan dalam pengambilan keputusan, pengakuan, akses untuk memperoleh informasi, dorongan untuk melakukan kreativitas dan inisiatif serta dukungan dari atasan. Produktivitas kerja merupakan hasil dari pengaruh peningkatan keahlian moral, inovasi, perbaikan proses internal dan tingkat kepuasan konsumen. Di dalam menilai produktivitas kerja setiap karyawan dibutuhkan pemantauan secara terus menerus. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 2 Kemampuan Sistem Informasi Organisasi sektor publik seperti Puskesmas perlu memiliki prosedur informasi yang mudah dipahami dan mudah dijalankan. Tolok ukur yang sering digunakan adalah bahwa informasi yang dibutuhkan mudah didapatkan, tepat dan tidak memerlukan waktu lama untuk mendapat informasi tersebut. 3 Motivasi, pemberdayaan, dan keselarasan Pegawai yang memiliki informasi yang berlimpah tidak akan memberikan kontribusi pada keberhasilan usaha, apabila mereka tidak mempunyai motivasi untuk bertindak selaras dengan tujuan Puskesmas atau tidak diberi kebebasan dalam pengambilan keputusan atau bertindak.

4. Kelemahan Balanced Scorecard