Penggunaan metode balanced scorecard untuk menilai kinerja pada organisasi sektor publik : studi kasus pada Puskesmas Kayu Putih Ambon.

(1)

i ABSTRAK

PENGGUNAAN METODEBALANCED SCORECARDUNTUK MENILAI KINERJA PADA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

(Studi kasus pada Puskesmas Kayu Putih Ambon)

Elsa Leidor Metekohy NIM: 122114081 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Puskesmas Kayu Putih Ambon menggunakan metode Balanced Scorecard. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, dokumentasi, observasi, dan kuesioner yang ditujukan kepada kepala Puskesmas, kepala tata usaha, karyawan, dan pasien. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan analisis rasio keuangan untuk perspektif keuangan, analisis statistik deskriptif untuk perspektif pelanggan dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, sedangkan untuk perspektif proses bisnis internal menggunakan analisis deskriptif.

Hasil dari analisis data menunjukkan bahwa kinerja Puskesmas Kayu Putih sebagai berikut: (1) Perspektif keuangan menunjukkan kondisi yang baik karena berdasarkan pada rasio NPM, ROA, dan ROE dari laporan keuangan Puskesmas selama tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 dinilai sudah stabil. (2) Perspektif pelanggan menunjukkan kondisi yang baik (rata-rata skor penilaian sebesar 3 dari 4) karena pasien sudah merasa puas dengan pelayanan yang diberikan Puskesmas Kayu Putih, walaupun retensi dan akuisisi pasien menurun. (3) Perspektif proses bisnis internal menunjukkan kondisi yang sangat baik. Puskesmas Kayu Putih sudah dapat menjalankan proses inovasi, proses operasi, dan proses purna jual atau proses penyampaian program pelayanan kesehatan atau jasa pada pasien. (4) Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran menunjukkan kondisi yang baik (rata-rata skor penilaian sebesar 3 dari 4) karena karyawan sudah merasa puas terhadap kinerja Puskesmas dalam pengembangan karyawan, pemberian motivasi, dan strategi kapabilitas sistem informasi.


(2)

ii ABSTRACT

THE USE OF BALANCED SCORECARD METHOD TO ASSESS THE PERFORMANCE OF PUBLIC SECTOR ORGANIZATION

(A Case Study at Kayu Putih Public Health Center Ambon)

Elsa Leidor Metekohy NIM: 122114081 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2016

This study aims to determine the performance of Kayu Putih Public Health Center Ambon using Balanced Scorecard method. This type of research is a case study. Data collection techniques were interview, documentation, observation, and questionnaires addressed to the head of the Health Center, administration officer, employees, and patients. Data analysis technique used was the financial ratio analysis for the financial perspective, descriptive statistical analysis for the customer perspective and the learning and growth perspective, while for the internal business process perspective using a descriptive analysis.

The results of data analysis showed that the performance of Kayu Putih Public Health Center are as follows: (1) The financial perspective shows good conditions because the ratio of NPM, ROA, and ROE of the Health Center during the years 2012 to 2015 are considered to be stable. (2) The customer perspective shows good conditions (average score rating of 3 out of 4) because the patients have satisfied with the service from Kayu Putih Health Center, although retention and acquisition is decreased. (3) The internal business process perspective showing a very good condition. Kayu Putih Public Health Center has been able to run innovation process, operation process, and after-sales process or the process of delivering health care programs or services to patients. (4) The learning and growth perspective indicates good conditions (average score rating of 3 out of 4) because employees were satisfied with the performance of Kayu Putih Health Center in the development of employees, motivation giving, and the strategy of information system’s capability.


(3)

PENGGUNAAN METODE BALANCED SCORECARDUNTUK MENILAI KINERJA PADA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

(Studi kasus pada Puskesmas Kayu Putih Ambon)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Elsa Leidor Metekohy

NIM: 122114081

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(4)

i

PENGGUNAAN METODE BALANCED SCORECARDUNTUK MENILAI KINERJA PADA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

(Studi kasus pada Puskesmas Kayu Putih Ambon)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Elsa Leidor Metekohy

NIM: 122114081

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(5)

ii

2016


(6)

(7)

iv

PERSEMBAHAN

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga

Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap

orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan

beroleh hidup yang kekal.”

~ Yohanes 3:16 ~

Karya ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus Kedua orang tuaku dan kakakku tercinta Sahabat-sahabatku tercinta Seluruh keluarga besarku


(8)

(9)

(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan, dan arahan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, yang senantiasa melimpahkan kasih dan berkatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar dan mengembangkan kepribadian.

3. Antonius Diksa Kuntara, S.E., M.F.A., QIA. selaku Pembimbing yang telah sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Lisia Apriani, S.E., M.Si., Akt., QIA., C.A. dan Ir. Drs. Hansiadi Yuli H., M.Si., Akt., QIA. C.A. selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan bagi perbaikan skripsi ini.

5. Semua Dosen Pengajar Fakultas Ekonomi yang telah memberikan bimbingan dan pengajaran kepada penulis selama masa studi.

6. Bpk. Steven Dominggus, S.IP, M.Si selaku Kepala Bagian Tata Pemerintahan Kota Ambon yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Puskesmas Kayu Putih Ambon.

7. Suster Susana Sahulata, Suster Atha, Mantri Metekohy serta seluruh karyawan yang berada di Puskesmas Kayu Putih yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(11)

(12)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR... xiv

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... xvii

ABSTRACT... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Sistematika Penelitian... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

A. Kinerja ... 9

1. Pengertian Kinerja... 9

2. Pengukuran Kinerja... 9

3. Penilaian Kinerja Tradisional... 13

B. Balanced Scorecard... 15

1. KonsepBalanced Scorecard... 15

2. Pengukuran Kinerja denganBalanced Scorecard... 19

3. Perspektif dalamBalanced Scorecard... 19

4. KelemahanBalanced Scorecard... 29

5. KeunggulanBalanced Scorecard... 30

C. Puskesmas ... 30

1. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas ... 31


(13)

x

D. Penelitian Terdahulu ... 34

E. Kerangka Pemikiran ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

1. Tempat Penelitian ... 39

2. Waktu Penelitian ... 39

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 40

1. Subjek Penelitian ... 40

2. Objek Penelitian ... 41

D. Jenis Data dan Sumber Data ... 41

1. Jenis Data ... 41

2. Sumber Data ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

1. Dokumentasi ... 42

2. Kuesioner ... 43

3. Wawancara ... 43

4. Observasi ... 43

F. Populasi dan Sampel ... 43

1. Populasi ... 43

2. Sampel ... 44

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 44

1. Uji Validitas Data ... 44

2. Uji Reliabilitas Data ... 45

H. Teknik Analisis Data ... 46

1. Perspektif Keuangan ... 46

2. Perspektif Pelanggan ... 49

3. Perspektif Proses Bisnis Internal ... 50

4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ... 52

I. Penentuan Kriteria Penilaian Kinerja ... 53

1. Data Primer ... 53

2. Data Sekunder ... 53

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ... 54

A. Profil Puskesmas Kayu Putih ... 54

B. Geografi ... 55

C. Demografi ... 57

D. Keadaan Sosial Budaya dan Ekonomi ... 58

E. Keadaan Fasilitas Pendidikan ... 58

F. Keadaan Fasilitas Kesehatan ... 59

1. Sarana Kesehatan ... 59


(14)

xi

G. Visi, Misi, dan Strategi Puskesmas Kayu Putih ... 61

1. Visi ... 62

2. Misi ... 62

3. Tujuan ... 62

4. Strategi ... 62

5. Budaya Puskesmas Kayu Putih ... 63

6. Motto Puskesmas Kayu Putih ... 63

H. Bentuk Kegiatan ... 63

I. Struktur Organisasi Puskesmas Kayu Putih ... 66

BAB VI ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 67

A. Pengujian Instrumen ... 67

1. Uji Validitas ... 67

2. Uji Reliabilitas ... 70

B. Analisis Data dan Pembahasan ... 72

1. Perspektif Keuangan ... 72

2. Perspektif Pelanggan ... 83

3. Perspektif Proses Bisnis Internal ... 93

4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ... 96

C. Penilaian Kinerja Puskesmas Kayu Putih Berdasarkan Empat Perspektif Dalam Metode Balanced Scorecard ... 103

BAB VI PENUTUP ... 110

A. Kesimpulan ... 110

B. Keterbatasan Penelitian ... 112

C. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 115


(15)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Skala Likert Positif ... 49

Tabel 2. Skala Likert Negatif ... 49

Tabel 3. Kriteria Penilaian Kinerja untuk Data Primer (kuesioner) ... 53

Tabel 4. Kepadatan Penduduk Per Km2Puskesmas Kayu Putih ... 57

Tabel 5. Distribusi Sarana Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas... 58

Tabel 6. Distribusi Posyandu Menurut Strata Puskesmas Kayu Putih ... 60

Tabel 7. Hasil Uji Validitas Kuesioner Pasien ... 68

Tabel 8. Hasil Uji Validitas Kuesioner Karyawan ... 69

Tabel 9. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Pasien ... 70

Tabel 10. Tingkat Reliabilitas Kuesioner Berdasarkan Nilai Alpha ... 70

Tabel 11. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Karyawan ... 71

Tabel 12. Laba Terhadap Pelayanan ... 73

Tabel 13. Perhitungan Trend Laba Terhadap Pelayanan Puskesmas Kayu Putih Tahun 2012-2015 ... 75

Tabel 14. Laba Terhadap Aktiva ... 77

Tabel 15. Perhitungan Trend Laba Terhadap Aktiva Puskesmas Kayu Putih Tahun 2012-2015 ... 79

Tabel 16. Laba Terhadap Ekuitas ... 80

Tabel 17. Perhitungan Trend Laba Terhadap Ekuitas Puskesmas Kayu Putih Tahun 2012-2015 ... 82

Tabel 18. Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien ... 84

Tabel 19. Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien Terhadap Jasa Yang Diberikan Puskesmas ... 85

Tabel 20. Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien Terhadap Kecepatan dan Tepat Waktu Pelayanan ... 87

Tabel 21. Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien Terhadap Fasilitas Yang Memadai ... 88


(16)

xiii

Tabel 22. Distribusi Frekuensi Kepuasan Pasien Terhadap Ketrampilan

Dari Dokter dan Perawat ... 89 Tabel 23. Retensi Pasien Puskesmas Kayu Putih Tahun 2012-2015... 91 Tabel 24. Akuisisi Pasien Puskesmas Kayu Putih Tahun 2012-2015 ... 92 Tabel 25. Proses Bisnis Internal pada Puskesmas Kayu Putih Berdasarkan

Proses Bisnis Internal padaBalanced Scorecard... 93 Tabel 26. Distribusi Frekuensi Kepuasan Karyawan ... 97 Tabel 27. Distribusi Frekuensi Kepuasan Karyawan Terhadap Peningkatan

Kepuasan Kerja... 97 Tabel 28. Distribusi Frekuensi Kepuasan Karyawan Terhadap

Pengembangan Karyawan ... 99 Tabel 29. Distribusi Frekuensi Kepuasan Karyawan Terhadap Penciptaan

Iklim Yang Mendorong Timbulnya Motivasi ... 101 Tabel 30. Distribusi Frekuensi Kepuasan Karyawan Terhadap Kapabilitas

Sistem Informasi... 102 Tabel 31. Penilaian Kriteria Penilaian Ukuran Strategik Berdasarkan

Perspektif Pelanggan ... 104 Tabel 32. Penilaian Kinerja Puskesmas Kayu Putih Berdasarkan Perspektif

Pelanggan ... 104 Tabel 33. Penilaian Kinerja Puskesmas Kayu Putih Berdasarkan Perspektif


(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 38 Gambar 2. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kayu Putih ... 56 Gambar 3. Bagan Struktur Organisasi Puskesmas Kayu Putih ... 66 Gambar 4. Grafik Laba Terhadap Pelayanan Puskesmas Kayu Putih

Tahun 2012-2015 ... 76 Gambar 5. Grafik Laba Terhadap Aktiva Puskesmas Kayu Putih

Tahun 2012-2015 ... 79 Gambar 6. Grafik Laba Terhadap Ekuitas Puskesmas Kayu Putih


(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN A ... 117

Lampiran A_1 Tabel Skor Data Penilaian Kepuasan Pasien ... 118

Lampiran A_2 Tabel Skor Data Penilaian Kepuasan Pasien Terhadap Jasa Yang Diberikan ... 121

Lampiran A_3 Tabel Skor Data Penilaian Kepuasan Pasien Terhadap Kecepatan dan Ketepatan Waktu Pelayanan... 124

Lampiran A_4 Tabel Skor Data Penilaian Kepuasan Pasien Terhadap Fasilitas Yang Memadai... 127

Lampiran A_5 Tabel Skor Data Penilaian Kepuasan Pasien Terhadap Ketrampilan Dokter dan Perawat ... 130

Lampiran A_6 Tabel Skor Data Penilaian Kepuasan Karyawan ... 133

Lampiran A_7 Tabel Skor Data Penilaian Kepuasan Karyawan Terhadap Peningkatan Kepuasan Kerja ... 134

Lampiran A_8 Tabel Skor Data Penilaian Kepuasan Karyawan Terhadap Pengembangan Karyawan... 135

Lampiran A_9 Tabel Skor Data Penilaian Kepuasan Karyawan Terhadap Penciptaan Iklim Yang Mendorong Motivasi. 136 Lampiran A_10 Tabel Skor Data Penilaian Kepuasan Karyawan Terhadap Kemampuan Sistem Informasi... 137

LAMPIRAN B ... 138

Lampiran B_1 Correlations –Kuesioner Pasien ... 139

Lampiran B_2 Reliability Statistics ... 140

Lampiran B_3 Item-Total Statistics ... 141

Lampiran B_4 Scale Statistics... 141

Lampiran B_5 Correlations – Kuesioner Karyawan ... 142

Lampiran B_6 Reliability Statistics ... 143

Lampiran B_7 Item-Total Statistics ... 144

Lampiran B_8 Scale Statistics... 144

LAMPIRAN C ... 145

Kuesioner Untuk Karyawan Puskesmas... 146


(19)

xvi

LAMPIRAN D ... 152

Rekapan Total Realisasi Anggaran Dana Puskesmas Tahun 2012-2015.... 153

Setoran Pendapatan Puskesmas Ke Dinas Kesehatan Tahun 2012 ... 153

Setoran Pendapatan Puskesmas Ke Dinas Kesehatan Tahun 2013 ... 156

Setoran Pendapatan Puskesmas Ke Dinas Kesehatan Tahun 2014 ... 158

Setoran Pendapatan Puskesmas Ke Dinas Kesehatan Tahun 2015 ... 161

Rekapan Total Aset Puskesmas Tahun 2012-2015 ... 163

Rekapan Total Ekuitas Puskesmas Tahun 2012-2015 ... 164

LAMPIRAN E ... 165


(20)

xvii

ABSTRAK

PENGGUNAAN METODE BALANCED SCORECARDUNTUK MENILAI KINERJA PADA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK

(Studi kasus pada Puskesmas Kayu Putih Ambon)

Elsa Leidor Metekohy NIM: 122114081 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja Puskesmas Kayu Putih Ambon menggunakan metode Balanced Scorecard. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Teknik pengumpulan data berupa wawancara, dokumentasi, observasi, dan kuesioner yang ditujukan kepada kepala Puskesmas, kepala tata usaha, karyawan, dan pasien. Teknik analisis data yang digunakan adalah dengan analisis rasio keuangan untuk perspektif keuangan, analisis statistik deskriptif untuk perspektif pelanggan dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran, sedangkan untuk perspektif proses bisnis internal menggunakan analisis deskriptif.

Hasil dari analisis data menunjukkan bahwa kinerja Puskesmas Kayu Putih sebagai berikut: (1) Perspektif keuangan menunjukkan kondisi yang baik karena berdasarkan pada rasio NPM, ROA, dan ROE dari laporan keuangan Puskesmas selama tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 dinilai sudah stabil. (2) Perspektif pelanggan menunjukkan kondisi yang baik (rata-rata skor penilaian sebesar 3 dari 4) karena pasien sudah merasa puas dengan pelayanan yang diberikan Puskesmas Kayu Putih, walaupun retensi dan akuisisi pasien menurun. (3) Perspektif proses bisnis internal menunjukkan kondisi yang sangat baik. Puskesmas Kayu Putih sudah dapat menjalankan proses inovasi, proses operasi, dan proses purna jual atau proses penyampaian program pelayanan kesehatan atau jasa pada pasien. (4) Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran menunjukkan kondisi yang baik (rata-rata skor penilaian sebesar 3 dari 4) karena karyawan sudah merasa puas terhadap kinerja Puskesmas dalam pengembangan karyawan, pemberian motivasi, dan strategi kapabilitas sistem informasi.


(21)

xviii ABSTRACT

THE USE OF BALANCED SCORECARD METHOD TO ASSESS THE PERFORMANCE OF PUBLIC SECTOR ORGANIZATION

(A Case Study at Kayu Putih Public Health Center Ambon)

Elsa Leidor Metekohy NIM: 122114081 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2016

This study aims to determine the performance of Kayu Putih Public Health Center Ambon using Balanced Scorecard method. This type of research is a case study. Data collection techniques were interview, documentation, observation, and questionnaires addressed to the head of the Health Center, administration officer, employees, and patients. Data analysis technique used was the financial ratio analysis for the financial perspective, descriptive statistical analysis for the customer perspective and the learning and growth perspective, while for the internal business process perspective using a descriptive analysis.

The results of data analysis showed that the performance of Kayu Putih Public Health Center are as follows: (1) The financial perspective shows good conditions because the ratio of NPM, ROA, and ROE of the Health Center during the years 2012 to 2015 are considered to be stable. (2) The customer perspective shows good conditions (average score rating of 3 out of 4) because the patients have satisfied with the service from Kayu Putih Health Center, although retention and acquisition is decreased. (3) The internal business process perspective showing a very good condition. Kayu Putih Public Health Center has been able to run innovation process, operation process, and after-sales process or the process of delivering health care programs or services to patients. (4) The learning and growth perspective indicates good conditions (average score rating of 3 out of 4) because employees were satisfied with the performance of Kayu Putih Health Center in the development of employees, motivation giving, and the strategy of information system’s capability.


(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Puskesmas merupakan organisasi sektor publik yang berfungsi sebagai Badan Layanan Umum Daerah yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat baik yang ada di kota besar maupun di daerah terpencil sekalipun. Dalam kegiatan operasionalnya, puskesmas tidak bertujuan untuk mencari keuntungan sehingga harus mengutamakan kualitas pelayanan yang diberikan dan juga prinsip efisiensi anggaran dan produktivitas yang optimal. Walaupun Puskesmas merupakan Badan Layanan Umum yang bersifat non-profit oriented, tetapi harus mengutamakan efektivitas dan efesiensi anggaran karena sebagian besar pengeluaran Puskesmas masih didanai dari Anggran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) (Mahardika dan Supadmi 2014). Oleh karena itu, perlu adanya suatu pengukuran kinerja yang mencakup semua aspek.

Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalamstrategic planning suatu organisasi (Mahsun 2006: 25). Pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian yang memberikan arah untuk mencapai target-target yang telah ditentukan berdasarkan tujuan strategis organisasi. Pengukuran kinerja harus berbasis pada tujuan, sasaran dan strategi suatu organisasi, pengukuran kinerja suatu organisasi dapat didasarkan pada karakteristik operasional


(23)

organisasi yang dapat bermanfaat untuk mengkuantifikasi tingkat efisiensi dan efektivitas suatu pelaksanaan kegiatan.

Selama ini, suatu perusahaan ataupun organisasi hanya melakukan pengukuran kinerja dengan metode tradisional saja. Pengukuran kinerja dengan metode tradisional yang dimaksud adalah metode pengukuran kinerja yang hanya menitikberatkan pada satu aspek, yaitu aspek keuangan, dan mengabaikan aspek lainnya. Pengukuran kinerja dengan hanya melihat sisi keuangan saja memiliki kelemahan karena hanya menilai keberhasilan organisasi dalam menghasilkan laba, sedangkan tujuan dilakukannya pengukuran kinerja adalah untuk mengukur kinerja dari sisi keuangan dan non keuangan secara berimbang sehingga dapat memberikan gambaran yang rill mengenai perkembangan pencapaian strategi suatu organisasi. Namun dalam hal ini justru hanya akan memberikan hasil yang menyesatkan dan dianggap tidak mampu menginformasikan upaya-upaya apa yang dapat diambil dalam jangka panjang untuk meningkatkan kinerja organisasi.

Berdasarkan beberapa kelemahan dan ketidakjelasan dari pengukuran kinerja dengan hanya melihat sisi keuangan saja, maka terciptalah suatu metode pendekatan untuk mengukur kinerja dari sisi keungan maupun non keuangan organisasi dengan mempertimbangkan empat aspek, antara lain yaitu aspek keuangan atau finansial, pelanggan, proses bisnis internal dan proses pertumbuhan dan pembelajaran. Upaya dalam pengukuran kinerja dari sisi keuangan dan non keuangan secara berimbang menghasilkan suatu metode Balanced Scorecard, yang pertama kali dikembangkan pada tahun


(24)

1996 oleh Robert Kaplan (Harvard Business School) dan David Norton (Renaissance Solution, Inc).

Balanced Scorecard berasal dari dua kata yaitu Balanced (berimbang) dan Scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan antaraperformancekeuangan dan non-keuangan,performance jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal. Sedangkan Scorecard (kartu skor) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor performance seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh seseorang di masa depan.

Balanced scorecard merupakan suatu sistem manajemen yang memungkinkan perusahaan memperjelas strategi, menerjemahkan strategi menjadi tindakan, dan menghasilkan umpan balik yang bermanfaat (Kaplan Norton 2000: 20). Balanced scorecard menjelaskan bahwa tujuan suatu unit usaha tidak hanya dinyatakan dalam suatu ukuran keuangan saja, melainkan dijabarkan lebih lanjut ke dalam pengukuran bagaimana unit usaha menciptakan nilai terhadap pelanggan yang ada sekarang dan dimasa yang akan datang, dan bagaimana unit usaha tersebut harus meningkatkan kemampuan internalnya termasuk investasi pada manusia, sistem, dan prosedur yang dibutuhkan untuk memperoleh kinerja yang lebih baik ke depannya.

Mahmudi (2005: 21) mengatakan bahwa pada dasarnya pengembangan Balanced Scorecard baik pada sektor swasta maupun publik dimaksudkan


(25)

untuk memberikan kepuasan bagi para pelanggan. Perbedaannya dapat dilihat dari tujuan maupun pihak-pihak yang berkepentingan. Penerapan Balanced Scorecard pada sektor bisnis dimaksudkan untuk meningkatkan persaingan (competitiveness), sedangan untuk sektor publik lebih menekankan pada nilai visi, misi, dan pencapaianmission, value, effectiveness. Dari aspek keuangan, untuk sektor bisnis lebih mengutamakan keuntungan, pertumbuhan, dan pangsa pasar sedangkan sektor publik dimaksudkan untuk pengukuran produktivitas dan tingkat efisiensi. Demikian juga halnya dengan pihak-pihak yang berkepentingan, sektor bisnis akan lebih mengutamakan para pemegang saham, pembeli, dan manajemen, sedangkan untuk sektor publik akan meliputo para pembayar pajak, pengguna jasa, dan legislatif.

Balanced scorecarddinilai lebih cocok dalam pengukuran kinerja untuk organisasi non profit karena Balanced Scorecard tidak hanya menekankan pada aspek kuantitatif - keuangan, tetapi juga aspek kualitatif - non keuangan. Hal tersebut sesuai dengan jenis organisasi nirlaba yaitu menembatkan laba bukan sebagai ukuran kinerja utama, namun pelayanan yang bersifat kualitatif dan non keuangan (Mahmudi 2005: 15).

Puskesmas sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan telah mengalami banyak kemajuan, dimana salah satunya dapat dilihat dari jumlah puskesmas yang semakin bertambah (Pradipta dan Yuniarti 2014). Hal tersebut dapat dibuktikan dengan jumlah Puskesmas yang ada di Ambon, Maluku. Bahkan jumlah Puskesmas yang ada di Ambon jauh lebih banyak dibandingkan jumlah rumah sakit.


(26)

Puskesmas Kayu Putih merupakan salah satu dari sekian banyak Puskesmas yang ada di Ambon. Puskesmas Kayu Putih juga merupakan salah satu Puskesmas yang selalu mengutamakan keamanan, kenyamanan, perlindungan keselamatan dan kesehatan serta kemudahan dalam memberi pelayanan yang baik dan bermutu bagi semua orang yang membutuhkannya. Semua karyawan, baik dokter maupun perawat yang mengabdikan dirinya untuk bekerja di Puskesmas tersebut selalu bahu membahu dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab mereka dalam memberikan pelayanan sesuai dengan program Puskesmas yang berlaku. Berdasarkan pada pelayanan yang telah diberikan Puskesmas kepada masyarakat, maka masyarakat telah memberikan tanggapan yang positif terhadap Puskesmas Kayu Putih atas pelayanan yang telah mereka terima.

Dengan melihat uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian sehubungan dengan pengukuran kinerja yang menggunakan metode Balanced Scorecard yang lebih komprehensif, akurat, dan terukur karena melihat pada beberapa perspektif, yaitu keuangan, pelanggan, bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelanjaran berdasarkan visi, misi, dan tujuan yang dijabarkan dalam rencana strategi organisasi. Setelah aspek-aspek tersebut dinilai, diharapkan dapat membuat penilaian kinerja di Puskesmas Kayu Putih Ambon menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dari latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Penggunaan Metode Balanced Scorecard Untuk Menilai Kinerja Pada Organisasi Sektor Publik (Studi kasus pada Puskesmas Kayu Putih Ambon)”.


(27)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan yang akan dikaji adalah “Bagaimana kinerja Puskesmas Kayu Putih Ambon jika dinilai dengan menggunakan metode Balanced Scorecard?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja Puskesmas Kayu Putih Ambon jika dinilai dengan menggunakan metodeBalanced Scorecard.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian yang dilaksanakan, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Pihak Puskesmas

a. Dapat digunakan sebagai masukan bagi Puskesmas Kayu Putih Ambon dalam hal melakukan pengukuran kinerja Puskesmas yang lebih komprehensif dengan menggunakan metode Balanced Scorecard.

b. Sebagai media pembelajaran bagi Puskesmas dalam hal memperbaiki strategi Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatannya. 2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan mengenai penggunaan metode Balanced Scorecard dalam pengukuran kinerja suatu Organisasi


(28)

Sektor Publik dan dapat menjadi bahan penelitian bagi mahasiswa di masa yang akan datang.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan sebagai sarana dalam melatih penerapan teori yang sudah didapat selama proses perkuliahan dengan masalah-masalah yang ditemui selama penelitian di Puskesmas Kayu Putih Ambon.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan yang disajikan adalah sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Bab ini membahas mengenai teori-teori yang digunakan sebagai pedoman dalam mengolah dan menganalisa data serta hasil penelitian yang terdahulu.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini membahas mengenai jenis penelitian, objek dan subjek penelitian, tempat dan waktu penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, populasi dan sampel, dan teknik analisis data.


(29)

BAB IV : Gambaran Umum Objek Penelitian

Bab ini membahas mengenai profil Puskesmas Kayu Putih Ambon: sejarah, visi, misi, dan strategi Puskesmas Kayu Putih, serta data-data yang digunakan untuk mengukur kinerja Puskesmas.

BAB V : Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini meliuti deskripsi data, analisis data, serta hasil penelitian dan interpretasi.

BAB VI : Penutup

Bab ini berisi kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan, keterbatasan penelitian, serta saran-saran yang diberikan baik untuk pihak yang akan memanfaatkan hasil penelitian maupun untuk peneliti sendiri.


(30)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KINERJA

1. Pengertian Kinerja

Kinerja merupakan hasil kerja itu sendiri (outcomes of work), karena hasil kerja memberikan keterkaitan yang kuat terhadap tujuan-tujuan, strategi organisasi, kepuasan pelanggan, dan kontribusi ekonomi (Mahmudi 2005: 6). Menurut Widodo (2005: 78), kinerja sebagai suatu hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral dan etika.

2. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja merupakan alat untuk menilai kesuksesan suatu organisasi. Mahsun (2006: 25) memberikan penjelasan sebagai berikut:

Pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan terpuaskan); hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.

a. Pengertian Sistem Pengukuran Kinerja Organisai Sektor Publik

Organisasi sektor publik adalah organisasi yang berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang atau jasa kepada publik


(31)

yang dibayar melalui pajak atau pendapatan negara lain yang diatur dengan hukum. Cakupan area organisasi sektor publik tidaklah sama di antara satu negara dengan negara yang lainnya, bahkan sering berubah-ubah tergantung pada kejadian hisoris dan suasana politik yang berkembang di suatu negara.

Sistem pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu manajer publik menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial. Pengukuran kinerja sektor publik dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama, pengukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan untuk mengalokasikan sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban publik dan memperbaiki komunikasi dengan kelembagaan maupun pelanggan (Mardiasmo 2009: 121). b. Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Tujuan umum dari pengukuran kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga membuahkan tindakan dan hasil yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yaitu anggaran (Mulyadi 2001: 3).


(32)

Pengukuran kinerja merupakan bagian penting bagi proses pengendalian manajemen. Sehingga secara umum, sistem pengukuran kinerja sektor publik memiliki tujuan menurut Mardiasmo (2009: 122) adalah sebagai berikut:

1) Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up);

2) Untuk mengukur kinerja finansial dan non finansial secara berimbang sehingga dapat ditelusur perkembangan pencapaian strategi;

3) Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai goal congruence; dan

4) Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif yang rasional.

c. Manfaat Pengukuran Kinerja Sektor Publik

Adapun manfaat dari pengukuran kinerja baik untuk internal maupun eksternal organisasi sektor publik menurut Mahsun (2006: 33) adalah sebagai berikut:

1) Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang digunakan untuk pencapaian kinerja.

2) Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati. 3) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan

membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kinerja.

4) Memberikan penghargaan dan hukuman yang obyektif atas prestasi pelaksana yang telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati.

5) Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam upaya memperbaiki kinerja organisasi.

6) Mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi. 7) Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.

8) Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara obyektif.

9) Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan. 10) Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.


(33)

d. Pengertian Visi, Misi dan Strategi

Visi adalah suatu gambaran atau kondisi organisasi yang lebih baik atau ideal di masa depan. Visi berfungsi sebagai petunjuk arah ke mana organisasi tersebut akan bergerak. Moeheriono (2012: 2) menjelaskan visi merupakan“suatu pernyataan ringkas tentang cita-cita organisasi yang berisikan arahan yang jelas dan apa yang akan diperbuat oleh perusahaan di masa yang akan darang”. Visi organisasi yang baik harus dapat memberikan aspirasi dan motivasi seluruh karyawan, di samping itu sebagai panduan atau rambu-rambu dalam menyusun strategi organisasi.

Misi adalah sebuah ekspresi dari ambisi untuk mengembangkan organisasi menjadi berkembang. Pernyataan misi yang efektif mengandung tujuan pokok organisasi dan juga dapat menjembatani penjabaran visi ke dalam tujuan organisasi. Sedangkan Moeheriono (2012: 2) mendefinisikan sebagai “penetapan tujuan dan sasaran perusahaan yang mencakup kegiatan jangka panjang tertentu dan jangka pendek yang akan dilakukan, dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.

Visi dan misi suatu organisasi saling berkaitan erat, karena pernyataan misi suatu organisasi merupakan jembatan penjabaran visi organisasi tersebut. Namun, ada perbedaan antara visi dan misi, perbedaan tersebut adalah bahwa visi yang telah ditetapkan dapat diganti, bila organisasi telah mencapainya, sedangkan misi lebih


(34)

menekankan pada kondisi atau keadaan organisasi yang sekarang, tetapi lebih cenderung relatif tetap dan relevan di sepanjang waktu, baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang.

Strategi organisasi ditetapkan untuk memberikan kemudahan dalam mencapai tujuan organisasi. Sehingga, strategi dapat dikatakan sebagai suatu cara yang telah dipilih oleh manajemen puncak guna untuk mewujudkan visi organisasi melalui misi. Strategi merupakan sekumpulan tindakan terintegrasi yang konsistem dengan visi jangka panjang organisasi yang memberikan nilai kepada pelanggan dengan suatu struktur biaya yang memungkinkan pencapaian keunggulan hasil yang berkelanjutan (Gaspersz 2005: 8).

3. Penilaian Kinerja Tradisional

Pengukuran kinerja tradisional mudah dilakukan sehingga kinerja personel yang diukur hanyalah berkaitan dengan keuangan saja. Pengukuran kinerja dengan berbasis tolok ukur keuangan saja membuat manajemen secara otomatis mengistalasi sistemnya dengan hasil tolok ukur, sehingga pengambilan keputusan organissasi dapat selaras dengan pengukuran sistem tersebut. Aspek keuangan merupakan sumber dari segala keputusan, tindakan, dan aktivitas manajemen di masa lalu, tetapi ukuran keuangan tidak dapat menggambarkan penyebab yang menjadikan perubahan kekayaan yang diciptakan oleh organisasi dan lebih memfokuskan pada pengarahan sumber daya organisasi untuk tujuan jangka pendek (Darmiyati 2013).


(35)

Kaplan dan Norton menyatakan bahwa pengukuran kinerja secara tradisional memiliki beberapa kelemahan, yaitu sebagai berikut (Rofiaty 2012: 61):

1) Ketidakmampuan mengukur kinerja aktiva-aktiva tak berwujud (intangible assets) dan aktiva-aktiva intelektual (sumber daya manusia) perusahaan.

2) Kinerja keungan hanya mampu bercerita mengenai sedikit masa lalu perusahaan dan tidak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan ke arah yang lebih baik.

Pengukuran kinerja secara tradisional juga lebih berorientasi kepada manajemen operasional, kurang mengarah pada manajemen strategis dan tidak mampu mempresentasikan kinerjaintangible assets yang merupakan bagian struktur aset organisasi. Pengukuran kinerja tradisional cenderung mendorong para manajer lebih banyak memperhatikan kinerja jangka pendek dan mengabaikan tujuan jangka panjang. Kinerja keuangan yang baik saat ini adalah hasil dari mengabaikan kepentingan-kepentingan jangka panjang organisasi. Sebaliknya kinerja keuangan yang kurang baik saat ini bisa terjadi karena perusahaan melakukan investasi demi kepentingan jangka panjangnya.

Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam sistem pengukuran kinerja tradisional, Kaplan dan Norton (2000: 17) mengembangkan suatu sistem pengukuran kinerja yang lebih baik dengan memperhatikan empat prespektif, yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Konsep ini secara umum dikenal dengan konsep Balanced Scorecard. Balanced Scorecard diterapkan berdasarkan visi dan misi yang telah


(36)

dimiliki organisasi, yang selanjutnya visi dan misi tersebut dituangkan dalam bentuk strategi untuk mencapai tujuan organisasi.

B. BALANCE SCORECARD 1. Konsep Balanced Scorecard

Dikembangkan pada tahun 1993 oleh dua professor Harvard Business School, Kaplan dan Norton, dan terus menerus disempurnakan sampai dengan hari ini, Balanced Scorecard merupakan sebuah teknik evaluasi dan pengenadalian strategi. Dinamakan Balanced Scorecard karena keyakinan mengenai kebutuhan perusahaan untuk “menyeimbangkan” ukuran-ukuran finansial yang seringkali secara eksklusif digunakan dalam evaluasi dan pengendalian strategi dengan berbagai ukuran nonfinansial seperti kualitas produk dan layanan konsumen. Sebuah Balanced Scorecard yang efektif mencakup gabungan antara tujuan strategis dan tujuan keungan yang dipilih secara cermat dan disesuaikan dengan bisnis yang dijlankan perusahaan (Fred 2009: 247).

Menurut Kaplan dan Norton (1996)Balanced Scorecardterdiri dari dua kata, yaitu:

a. Balanced

Menunjukkan bahwa kinerja personel atau karyawan diukur secara seimbang dan dipandang dari dua aspek yaitu keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang dan dari segi intern maupun ekstern.

b. Scorecard

Yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang yang nantinya digunakan untuk membandingkan dengan hasil kinerja yang sesungguhnya.


(37)

Dari definisi tersebut, maka pengertian sederhana dariBalanced Scorecard adalah kartu skor yang digunakan untuk mengukur kinerja dengan memperhatikan keseimbangan antara sisi keuangan dan non keuangan, jangka panjang dan jangka pendek.

Balanced scorecard merupakan suatu kerangka kerja, suatu bahasa yang mengkomunikasikan visi, misi, dan strategi kepada seluruh karyawan tentang kunci penentu sukses saat ini dan masa mendatang. Selain itu, Balanced Scorecard menekankan bahwa semua ukuran finansial dan non finansial harus menjadi bagian sistem informasi untuk para pekerja di semua tingkat organisasi. Tujuan dan ukuran dalam Balanced Scorecard lebih dari sekedar sekumpulan ukuran kinerja finansial dan non finansial khusus; tujuan dan ukuran tersebut diturunkan dari suatu proses atas ke bawah (top-down) yang digerakkan oleh misi dan strategi unit bisnis.

Menurut Kaplan dan Norton langkah-langkah Balanced Scorecard meliputi empat proses manajemen baru. Pendekatan ini mengkombinasikan antara tujuan strategi jangka panjang dan peristiwa jangka pendek. Sehingga suatu organisasi dapat menggunakan pengukuran kinerja dengan metode Balanced Scorecard untuk menghasilkan berbagai proses manajemen penting, antara lain:

a. Menerjemahkan visi, misi dan strategi organisasi

Untuk menentukan ukuran kinerja, visi organisasi dijabarkan dalam tujuan dan sasaran. Visi adalah gambaran kondisi yang akan diwujudkan oleh organisasi dimasa mendatang yang biasanya


(38)

dinyatakan dalam suatu atau beberapa kalimat singkat, dan untuk mewujudkan kondisi yang digambarkan dalam visi, perusahaan perlu merumuskan suatu strategi. Sedangkan misi adalah kondisi perusahaan yang akan diwujudkan dimasa mendatang dan merupakan penjabaran lebih lanjut visi perusahaan yang mana menjadi salah satu landasan bagi perumusan strategi untuk merumuskannya. Dalam proses perencanaan strategi, misi ini dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan strategi dengan ukuran-ukuran pencapaiannya.

b. Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis

Tujuan dan ukuran strategis Balanced Scorecard dapat dikomunikasikan ke seluruh organisasi melalui media komunikasi maupun melalui media masa. Komunikasi tersebut memberi informasi kepada semua pekerja mengenai berbagai tujuan penting yang harus dicapai agar strategi organinasi berhasil. Sehingga dapat dikatakan bahwa Balanced scorecard memperlihatkan kepada tiap karyawan apa yang dilakukan perusahaan untuk mencapai apa yang menjadi keinginan para pemegang saham dan konsumen, karena oleh itu tujuan tersebut dibutuhkan kinerja karyawan yang baik. Untuk itu Balanced Scorecardmenunjukkan strategi yang menyeluruh yang terdiri dari tiga kegiatan, yaitu: mengkomunikasikan dan mendidik (Communicating and Educating), menetapkan tujuan (Setting Goals), dan mengaitkan


(39)

imbalan dengan ukuran kinerja (Linking Reward to Performance Measures).

c. Merencanakan, menetapkan sasaran, menyelaraskan berbagai inisiatif strategis

Rencana bisnis memungkinkan organisasi mengintregasikan antara rencana bisnis dan rencana keuangan mereka. Hampir semua oragnisasi saat mengimplementasikan berbagai macam program yang mempunyai keunggulannya masing-masing saling bersaing antara satu dengan yang lainnya. Keadaan tersebut membuat manajer mengalami kesulitan untuk mengintregasikan ide-ide yang muncul dan berbeda di setiap departemen. Akan tetapi, perencanaan dan proses manajemen penetapan sasaran dalam Balanced Scorecard memungkinkan perusahaan untuk mengukur hasil jangka panjang yang ingin dicapai, mengidentifikasi mekanisme dan mengusakan sumber daya untuk mencapai hasil, dan menetapkan tujuan-tujuan jangka pendek bagi ukuran finansial dan non finansialScorecard.

d. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis

Proses manajemen yang terakhir ini menyertakan Balanced Scorecard dalam suatu kerangka pembelajaran strategi kepada organisasi. Dengan Balanced Scorecardsebagai pusat sistem perusahaan, maka perusahaan dapat melakukan monitoring terhadap apa yang telah dihasilkan perusahaan dalam jangka pendek.


(40)

2. Pengukuran Kinerja denganBalanced Scorecard

Pengukuran kinerja dengan Balanced Scorecard merupakan alternatif pengukuran kinerja yang didasarkan pada empat perspektif, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran. Cara pengukuran dalam Balanced Scorecard adalah mengukur secara seimbang antara perspektif yang satu dengan perspektif yang lainnya dengan tolok ukur masing-masing perspektif (Oktaviana 2015). Selain didasarkan pada keempat perspektif, dalam pengukuran kinerja dengan menggunakan Balanced Scorecard juga terdapat dua ukuran yang dapat ditetapkan untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategik, yaitu: ukuran hasil dan ukuran pemacu kinerja. Menurut Oktaviana (2015), ukuran hasil merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat keberhasilan pencapaian sasaran strategi, sedangkan ukuran pemacu kinerja merupakan ukuran yang menyebabkan hasil yang dicapai.

3. Perspektif dalamBalanced Scorecard

Balanced Scorecard menerjemahkan misi dan strategi ke dalam berbagai tujuan dan ukuran yang tersusun ke dalam empat perspektif Kaplan dan Norton (2000: 22). Ada empat perspektif kinerja bisnis yang diukur dalamBalanced Scorecard, yaitu:

a. Perspektif Keuangan (Financial Perspective)

Aspek keuangan menunjukkan apakah perencanaan, implementasi dan pelaksanaan dari strategi memberikan perbaikan yang mendasar. Sasaran-sasaran perspektif keuangan dibedakan pada masing-masing


(41)

tahap dalam siklus bisnis yang oleh Kaplan dan Norton (2000: 42) dibedakan menjadi tiga tahap:

1) Growth(Berkembang)

Berkembang merupakan tahap pertama dan tahap awal dari siklus kehidupan bisnis. Pada tahap ini suatu organisasi sektor publik seperti Puskesmas memiliki tingkat pertumbuhan yang sama sekali atau paling tidak memiliki potensi untuk berkembang. Untuk menciptakan potensi ini, kemungkinan seorang kepala Puskesmas harus terikat komitmen untuk mengembangkan suatu pelayanan kesehatan atau jasa baru, membangun dan mengembangkan fasilitas pelayanan, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta mengasuh dan mengembangkan hubungan dengan pasien.

2) Sustain Stage(Bertahan)

Bertahan merupakan tahap kedua yaitu suatu tahap dimana suatu organisasi sektor publik seperti Puskesmas masih melakukan suatu inovasi pada program pelayanan kesehatan dengan mempersyaratkan tingkat pengembalian yang terbaik. Dalam tahap ini Puskesmas berusaha mempertahankan pangsa pasar yang ada dan mengembangkannya apabila mungkin. Inovasi yang dilakukan umumnya diarahkan untuk menghilangkan kemacetan, mengembangkan kapasitas dan meningkatkan perbaikan operasional


(42)

secara konsisten. Pada tahap ini Puskesmas tidak lagi bertumpu pada strategi-strategi jangka panjang. Sasaran keuangan tahap ini lebih diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas inovasi pelayanan kesehatan yang dilakukan.

3) Harvest(Panen)

Tahap ini merupakan tahap kematangan (mature), suatu tahap dimana suatu organisasi sektor publik seperti Puskesmas melakukan panen (harvest) terhadap inovasi yang dilakukan. Puskesmas tidak lagi melakukan inovasi lebih jauh kecuali hanya untuk memelihara dan perbaikan fasilitas. Tujuan utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan arus kas yang masuk ke Puskesmas. Sasaran keuangan untuk harvest adalah cash flow maksimum yang mampu dikembalikan dari pelayanan yang diberikan dimasa lalu.

Pada perspektif keuangan ini, pengukuran kinerja dapat ditinjau dari sudut pandang keuangan berdasarkan rasio-rasio sebagai berikut:

1) Net Profit Margin(NPM)

Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung berapa besar keuntungan yang dihasilkan dari pelayanan yang diberikan. NPM dapat dihitung dengan menggunakan rumus (Gaspersz 2005: 42).


(43)

Di organisasi sektor publik seperti Puskesmas, NPM dapat dihitung dengan dua komponen, yaitu laba bersih setelah pajak dan total pendapatan. Komponen laba bersih setelah pajak sendiri dapat didekati dengan selisih pendapatan atas pengeluaran (Mahsun 2006). Selisih pendapatan atas pengeluaran dilihat dari setoran pendapatan Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota yang diperoleh dari jumlah pendapatan yang diterima Puskesmas atas pelayanan kesehatan yang telah diberikan kepada pasien yang tidak menggunakan kartu BPJS dan KTP maupun pendapatan yang diterima Puskesmas atas Jasa Pelayanan BPJS/JKN setelah dikurangi biaya-biaya operasional dan non operasional Puskesmas. Sedangkan untuk komponen total pendapatan dapat didekati dengan dihitung dengan jumlah realisasi anggaran dana yang diterima Puskesmas untuk semua kegiatan operasional Puskesmas atau dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien yang tidak menggunakan kartu BPJS dan KTP maupun kepada pasien yang menggunakan Jasa Pelayanan BPJS/JKN.

2) Return On Asset(ROA)

Return On Asset (ROA) mengukur tingkat pendapatan yang diperoleh Puskesmas terhadap aset yang digunakan dalam menghasilkan pendapatan tersebut. ROA dapat dihitung dengan rumus (Gaspersz 2005: 43).


(44)

Di organisasi sektor publik seperti Puskesmas, ROA dapat dihitung dengan dua komponen, yaitu laba bersih setelah pajak dan total aset. Komponen laba bersih setelah pajak sendiri dapat didekati dengan selisih pendapatan atas pengeluaran (Mahsun 2006). Selisih pendapatan atas pengeluaran dilihat dari setoran pendapatan Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota yang diperoleh dari jumlah pendapatan yang diterima Puskesmas atas pelayanan kesehatan yang telah diberikan kepada pasien yang tidak menggunakan kartu BPJS dan KTP maupun pendapatan yang diterima Puskesmas atas Jasa Pelayanan BPJS/JKN setelah dikurangi biaya-biaya operasional dan non operasional Puskesmas. Sedangkan untuk komponen total aset dapat didekati dengan jumlah aset lancar maupun aset tidak lancar (aktiva/harta) yang dimiliki Puskesmas, seperti kas tunai, kas bank, peralatan kesehatan Puskesmas, dan lain-lain.

3) Return On Equity(ROE)

Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan ekuitas dana dalam Puskesmas dengan membandingkan antara pendapatan dengan modal yang digunakan dalam Puskesmas. ROE dapat dihitung dengan rumus (Gaspersz 2005: 43).

ROE = x 100%

Di organisasi sektor publik seperti Puskesmas, ROE dapat dihitung dengan dua komponen, yaitu laba bersih setelah pajak dan Modal Sendiri. Komponen laba bersih setelah pajak sendiri dapat


(45)

didekati dengan selisih pendapatan atas pengeluaran (Mahsun 2006). Selisih pendapatan atas pengeluaran dilihat dari setoran pendapatan Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota yang diperoleh dari jumlah pendapatan yang diterima Puskesmas atas pelayanan kesehatan yang telah diberikan kepada pasien yang tidak menggunakan kartu BPJS dan KTP maupun pendapatan yang diterima Puskesmas atas Jasa Pelayanan BPJS/JKN setelah dikurangi biaya-biaya operasional dan non operasional Puskesmas. Sedangkan untuk komponen modal sendiri dapat didekati dengan dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang diterima oleh Puskesmas.

b. Perspektif Pelanggan

Kaplan dan Norton (2000: 58) menjelaskan ada dua kelompok pengukuran yang terkait di dalam perspektif pelanggan, yaitu:

1) Kelompok Inti (core measurement) a) Pangsa pasar

Pangsa pasar menggambarkan proporsi pelayanan kesehatan yang diberikan oleh suatu organisasi sektor publik seperti Puskesmas di lingkungan masyarakat tertentu. Hal itu diungkapkan dalam bentuk jumlah pasien, anggaran belanja yang dibelanjakan atau volume pelayanan yang telah diberikan.

b) Akuisisi pelanggan (pasien)

Mengukur seberapa banyak organisasi sektor publik seperti Puskesmas yang menyediakan pelayanan kesehatan berhasil


(46)

menarik pasien-pasien baru. Akuisisi ini diukur dengan membandingkan jumlah pasien dari tahun ke tahun.

c) Retensi pelanggan (pasien)

Mengukur seberapa banyak organisasi sektor publik seperti Puskesmas yang menyediakan pelayanan kesehatan berhasil mempertahankan pasien-pasien lama. Pengukuran dapat dilakukan dengan mengetahui besarnya prosentase pertumbuhan pelayanan kesehatan dengan pasien yang ada saat ini dengan cara membandingkan jumlah pasien tahun berjalan dengan tahun sebelumnya.

d) Tingkat kepuasan pelanggan (pasien)

Mengukur seberapa jauh pasien merasa puas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas. Berupa umpan balik mengenai seberapa baik Puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatannya.

2) Kelompok Penunjang (performance drivers) a) Atribut-atribut pelayanan kesehatan

Tolok ukur atribut pelayanan kesehatan dilihat dari beberapa aspek:

i. Tingkat pembayaran atas pelayanan kesehatan relatif murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat di kalangan apapun (tingkat pembayaran atas pelayanan kesehatan yang dibandingkan dengan tingkat pembayaran pesaing).


(47)

ii. Tingkat daya guna pelayanan kesehatan (seberapa jauh pelayanan kesehatan yang telah diberikan berdaya guna bagi pasien).

iii. Tingkat ketidakpuasan pasien atas pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas.

iv. Mutu peralatan dan fasilitas kesehatan yang digunakan Puskesmas.

v. Kemampuan sumber daya manusia. vi. Tingkat efisiensi pelayanan kesehatan b) Hubungan Dengan Pelanggan (pasien)

Tolok ukur yang termasuk sub kelompok ini, tingkat fleksibilitas Puskesmas dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan para pasiennya, penampilan fisik dan mutu layanan yang diberikan oleh dokter dan perawat serta penampilan fisik fasilitas dalam memberikan pelayanan kesehatan.

c) Citra dan reputasi Puskesmas beserta pelayanan kesehatan dimata para pasiennya dan lingkungan masyarakat sekitar Puskesmas. c. Perspektif Proses Bisnis Internal

Menurut Kaplan dan Norton (2000: 83) dalam proses bisnis internal, kepala Puskesmas harus bisa mengidentifikasi proses internal yang penting, yaitu Puskesmas diharuskan melakukan dengan baik karena proses internal tersebut mempunyai nilai-nilai yang diinginkan pasien dan dapat memberikan pengembalian yang diharapkan oleh Dinas


(48)

Kesehatan Kota atau Pemerintah Kota. Tahapan dalam proses bisnis internal meliputi:

1) Proses Inovasi

Inovasi yang dilakukan dalam Puskesmas biasanya dilakukan oleh bagian tata usaha. Dalam tahap inovasi ini tolok ukur yang digunakan adalah besarnya persediaan obat-obatan baru dan lebih lengkap, lama waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan suatu program pelayanan kesehatan secara relatif jika dibandingkan dengan Puskesmas lainnya, besarnya biaya, serta banyaknya program pelayanan kesehatan yang direncanakan Puskesmas setiap tahunnya.

2) Proses Operasional

Tahapan ini merupakan tahapan dimana Puskesmas berupaya untuk memberikan pemeriksaan, penanganan, dan solusi kesehatan kepada para pasien sesuai dengan kebutuhan pasien. Tolok ukur yang digunakan antara lain tingkat kepuasan pasien atas pelayanan kesehatan yang diberikan Puskesmas, banyaknya keluhan-keluhan para pasien yang dapat ditangani, penyimpangan biaya operasional aktual terhadap biaya anggaran operasional serta tingkat efisiensi per kegiatan program pelayanan kesehatan.


(49)

3) Proses Purna Jual atau Penyampaian Program Pelayanan Kesehatan atau Jasa pada Pasien

Aktivitas penyampaian program pelayanan kesehatan atau jasa pada pasien meliputi permintaan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien atau jasa dimana Puskesmas berupaya memberikan manfaat tambahan kepada pasien yang telah menerima pelayanan kesehatan yang diberikan.

d. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam perspektif ini adalah (Kaplan dan Norton 2000: 110):

1) Kepuasan Karyawan

Hal yang perlu ditinjau adalah kepuasan karyawan dan produktivitas kerja karyawan. Untuk mengetahui tingkat kepuasan karyawan perusahaan perlu melakukan survei secara reguler. Beberapa elemen kepuasan karyawan adalah keterlibatan dalam pengambilan keputusan, pengakuan, akses untuk memperoleh informasi, dorongan untuk melakukan kreativitas dan inisiatif serta dukungan dari atasan. Produktivitas kerja merupakan hasil dari pengaruh peningkatan keahlian moral, inovasi, perbaikan proses internal dan tingkat kepuasan konsumen. Di dalam menilai produktivitas kerja setiap karyawan dibutuhkan pemantauan secara terus menerus.


(50)

2) Kemampuan Sistem Informasi

Organisasi sektor publik seperti Puskesmas perlu memiliki prosedur informasi yang mudah dipahami dan mudah dijalankan. Tolok ukur yang sering digunakan adalah bahwa informasi yang dibutuhkan mudah didapatkan, tepat dan tidak memerlukan waktu lama untuk mendapat informasi tersebut.

3) Motivasi, pemberdayaan, dan keselarasan

Pegawai yang memiliki informasi yang berlimpah tidak akan memberikan kontribusi pada keberhasilan usaha, apabila mereka tidak mempunyai motivasi untuk bertindak selaras dengan tujuan Puskesmas atau tidak diberi kebebasan dalam pengambilan keputusan atau bertindak.

4. KelemahanBalanced Scorecard

Menurut Atkinson, et al (2012: 139), membuat dan memasukkan ukuran dan sistem manajemen baru ke organisasi sangatlah rumit dan rentan terhadap sedikitnya empat kelemahan berikut:

a. Manajemen senior tidak berkomitmen.

b. Tanggung jawabScorecardtidak mengalir ke bawah.

c. Solusi dirancang berlebihan atau Scorecard diperlakukan sebagai peristiwa satu kali.

d. Balanced Scorecard diperlakukan sebagai sistem atau proyek konsultasi.


(51)

5. KeunggulanBalanced Scorecard

Kaplan dan Norton (2000: 22) mengemukakan bahwaBalanced Scorecard memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut:

a. Meningkatkan secara signifikan kualitas perencanaan b. Meningkatkan kualitas pengelolaan kinerja personel

c. Adanya kerangka kerja yang komprehensif untuk menerjemahkan visi dan trategi perusahaan ke dalam seperangkat ukuran kinerja yang terpadu

d. Balanced Scorecard menerjemahkan misi dan strategi ke dalam berbagai tujuan dan ukuran, yang tersusun ke dalam empat perspektif (finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran.

C. PUSKESMAS

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Pembangunan kesehatan yang diselanggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang:

a. memiliki perilaku yang sehat meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat;

b. mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu; c. hidup dalam lingkungan sehat; dan

d. memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.


(52)

1. Prinsip Penyelenggaraan Puskesmas

Berdasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Pasal 3 Tahun 2014, terdapat beberapa prinsip penyelenggaraan Puskesmas yang meliputi:

a. Paradigma sehat

Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

b. Pertanggungjawaban wilayah

Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

c. Kemandirian masyarakat

Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

d. Pemerataan

Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang daat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.

e. Teknologi tepat guna

Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan


(53)

pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

f. Keterpaduan dan kesinambungan

Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas.

2. Fungsi Puskesmas

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Pasal 5 Tahun 2014, dalam melaksanakan tugasnya, Puskesmas menyelenggarakan fungsi:

a. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan b. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Pasal 6 Tahun 2014, dalam menyelenggarakan fungsinya tersebut, Puskesmas berwenang untuk:

a. Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;

b. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;

c. Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan;


(54)

d. Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait;

e. Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat;

f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas;

g. Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan; h. Melaksanakan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,

termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Pasal 7 Tahun 2014, dalam menyelenggarakan fungsinya tersebut, Puskesmas berwenang untuk:

a. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan dan bermutu;

b. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan preventif;

c. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat;

d. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung;


(55)

e. Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerja sama inter dan antar profesi;

f. Melaksanakan rekam medis;

g. Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses Pelayanan Kesehatan;

h. Melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan;

i. Mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan

j. Melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan Sistem Rujukan.

D. Penelitian Terdahulu

Penggunaan metode Balanced Scorecard telah banyak digunakan dalam beberapa penelitian sebagai tolok ukur penilaian kinerja pada beberapa organisasi sektor publik. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengukuran kinerja dengan menggunakan metodeBalanced Scorecard lebih memberikan informasi yang akurat, karena pengukuran kinerja tersebut tidak hanya berfokus untuk mengukur kinerja organisasi dari segi keuangan saja, tetapi juga kinerja organisasi dari segi non keuangan. Beberapa penelitian terdahulu mengenai penilaian kinerja organisasi sektor publik dengan metodeBalanced Scorecardadalah sebagai berikut:

1. Fransiska Pungky Oktaviana

Oktaviana (2015) dengan penelitiannya yang berjudul “Analisis Metode Balanced Scorecard Sebagai Alat Penilaian Kinerja Pada Organisasi


(56)

Sektor Publik (Studi Kasus pada RS Palang Biru Kutoarjo)”. Tujuan penelitian yang dilakukan tersebut adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja RS Palang Biru jika dinilai dengan metode Balanced Scorecard, yang meliputi perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran. Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan metode studi kasus yang menggambarkan keadaan sebelumnya dari objek penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi, kuesioner, dan wawancara. Hasil penelitian untuk perspektif keuangan dinilai kurang baik dengan skor akhir 2, sedangkan untuk perspektif pelanggan dinilai sudah sangat baik dengan skor akhir 4,5, perspektif proses bisnis internal dinilai baik dengan skor 4, dan untuk perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dinilai baik dengan skor akhir 3,75. Akan tetapi pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran masih harus perlu ditingkatkan lagi penciptaan iklim yang mendorong motivasi kepada karyawan karena masih dinilai cukup. Dari hasil analisis dan penilaian kerja yang dilakukan oleh peneliti dapat diketahui bahwa rata-rata skor akhir yang diperoleh adalah 3,6. Berdasarkan kriteria penilaian kinerja rumah sakit secara keseluruhan, rata-rata skor tersebut sudah termasuk dalam rentang nilai 3,4 – 4,2, dengan penilaian kinerja adalah baik. Sehingga dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan bahwa kinerja Rumah Sakit Palang Biru Kutoarjo adalah baik.


(57)

2. Mahardika dan Supadmi

Mahardika dan Supadmi (2014) dalam jurnal ilmiah akuntansi 2014 melakukan penelitian tentang ”Analisis Komparatif Kinerja Puskesmas Denpasar Selatan dan Denpasar Timur dengan Menggunakan Metode Balanced Scorecard”, berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh penulis dengan cara observasi, wawancara dan penyebaran kuisioner kepada karyawan di dua Puskesmas tersebut, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: kinerja keuangan Puskesmas Denpasar Selatan dan Denpasar Timur termasuk dalam kategori baik. Tolok ukur ekonomi dan efektivitas Puskesmas sudah baik, namun nilai efisiensinya masih kurang baik. Kinerja perspektif pelanggan Puskesmas Denpasar Selatan dan Denpasar Timur sangat baik. Hal ini bisa dilihat dari prosentase pernyataan positif dari responden pelanggan (pasien) Puskesmas. Kinerja perspektif proses bisnis internal Puskesmas Denpasar Selatan dan Denpasar Timur sangat baik. Hal ini bisa dilihat dari prosentase pernyataan positif dari responden proses bisnis internal Puskesmas yang sudah lebih dari 75%. Sedangkan kinerja perspektif pembelajaran dan pertumbuhan Puskesmas Denpasar Selatan dan Denpasar Timur sangat baik. Hal ini bisa dilihat dari prosentase pernyataan positif dari responden karyawan Puskesmas yang sudah lebih dari 75%.


(58)

3. Jidanah Darmiyati

Darmiyati (2013) melakukan penelitian tentang penerapan Balanced Scorecard sebagai metode pengukuran kinerja pada RS IPHI Pedan Kabupaten Klaten menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif. Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa kinerja dari perspektif keuangan secara umum dapat dikatakan baik karena rasio ekonomis dan rasio efisiensi dibawah 100%. Kinerja dari perspektif pelanggan secara umum sudah sesuai dengan yang diharapkan, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya persentase retensi tingkat pasien. Pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan RS IPHI Pedan Kabupaten Klaten menunjukkan hasil peningkatan produktivitas karyawan selama tiga tahun berturut-turut dan didukung dengan adanya tingkat kepuasan karyawan.


(59)

E. Kerangka Pemikiran

Gambaran dari penelitian ini dapat dijelaskan melalui gambar kerangka pemikiran berikut ini.

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Sumber: Penulis Puskesmas Kayu Putih Ambon

Kinerja Puskesmas

Pengukuran kinerja berdasarkan metode Balanced Scorecard

Perspektif Keuangan

Perspektif Pelanggan

Perspektif Proses Bisnis

Internal

Perspektif Pertumbuhan dan

Pembelajaran

Memberikan atau menunjukkan gambaran kinerja perusahaan berdasarkan pada


(60)

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kombinasi (mix methods) dengan bentuk penelitian studi kasus yang menggambarkan keadaan yang sebelumnya dari obyek penelitian. Metode penelitian kombinasi (mix methods) merupakan suatu metode penelitian yang mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode kuantitatif dan metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliabel dan obyektif (Sugiyono 2011: 404).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada Puskesmas Kayu Putih yang beralamat di Jl. Sirimau, Desa Soya, Ambon.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini akan mulai dilakukan pada bulan Desember 2015 sampai Januari 2016.


(61)

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini merupakan narasumber-narasumber dan responden yang akan membantu peneliti dalam memperoleh data-data yang diperlukan selama melakukan penelitiannya, yaitu sebagai berikut: a. Kepala Puskesmas

Sebagai narasumber yang akan akan diwawancarai oleh peneliti mengenai pelayanan-pelayanan yang diberikan Puskesmas dan perkembangan dari Puskesmas tersebut. Kepala Puskesmas juga yang akan membantu peneliti dalam memperoleh dan memahami data-data Puskesmas yang dibutuhkan oleh peneliti seperti gambaran umum Puskesmas, data pasien yang berobat 2012-2015, dan data karyawan tahun 2012-2015

b. Kepala Tata Usaha

Sebagai narasumber yang akan diwawancarai oleh peneliti mengenai pelayanan-pelayanan yang diberikan Puskesmas dan perkembangan dari Puskesmas tersebut.

c. Bendahara Puskesmas

Sebagai narasumber yang akan membantu peneliti dalam mengisi kuesioner yang akan dibagikan dan sebagai responden yang akan membantu peneliti untuk memperoleh dan memahami laporan keuangan Puskesmas periode tahun 2012-2015.


(62)

d. Dokter Puskesmas, Karyawan, Pasien dan Keluarga Pasien

Sebagai responden yang akan membantu peneliti dalam mengisi kuesioner yang akan dibagikan.

2. Objek Penelitian

a. Laporan Keuangan periode 2012-2015, data yang diperlukan untuk menilai kinerja Puskesmas dari segi persektif keuangan.

b. Hasil wawancara dengan kepala Puskesmas dan kepala tata usaha, data yang diperlukan untuk menilai kinerja Puskesmas dari segi perspektif proses bisnis internal.

c. Hasil kuesioner dengan pasien, dokter dan karyawan, data yang diperlukan untuk menilai kinerja Puskesmas dari segi perspektif pelanggan serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.

D. Jenis Data dan Sumber Data

1. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

a. Kuantitatif, yaitu data berupa angka-angka secara tertulis seperti laporan keuangan yang ada pada Puskesmas dalam periode empat tahun tahun serta hasil kuesioner dan wawancara.

b. Kualitatif, yaitu data berupa keterangan-keterangan tertulis seperti dengan metodeBalanced Scorecard.

2. Sumber data

Sumber data dibedakan atas sumber data primer dan sumber data sekunder. Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan data sekunder. Data primer merupakan sumber


(63)

data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau tidak melalui media perantara (Indriantoro dan Bambang, 2002 dalam Oktaviana, 2015). Data primer dalam penelitian ini berupa: hasil wawancara langsung, hasil jawaban kuesioner, dan hasil observasi terhadap kegiatan operasional Puskesmas. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Bambang, 2002). Data sekunder dalam penelitian ini berupa: data tentang gambaran umum Puskesmas, laporan keuangan periode 2012-2015, dan data jumlah pasien yang berobat di Puskesmas.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Dokumentasi

Data yang dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data dokumentasi adalah:

a. Gambaran umum Puskesmas

b. Laporan keuangan periode 2012-2015 c. Data pasien yang berobat 2012-2015 d. Data karyawan tahun 2012-2015


(64)

2. Kuesioner

Data yang dikumpulkan dengan membuat pertanyaan secara tertulis. Kuesioner akan dibagikan kepada semua pasien yang berobat di Puskesmas, karyawan, dan dokter Puskesmas.

3. Wawancara

Teknik wawancara yang dilakukan adalah teknik pengumpulan data melalui dialog secara langsung atau tatap muka langsung dengan kepala Puskesmas dan kepala tata usaha dengan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai keadaan di dalam Puskesmas.

4. Observasi

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk menambah informasi dan tingkat keyakinan dengan melihat keadaan dan mengikuti kegiatan operasional secara langsung di Puskesmas.

F. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2009 dalam Oktaviana 2015). Dalam penelitian ini populasi adalah semua pasien yang berobat di Puskesmas, yang akan digunakan untuk menilai kepuasaan pada aspek konsumen dan karyawan yang bekerja di Puskesmas yang dapat berguna untuk menilai perspektif pertumbuhan dan


(65)

pembelajaran serta kepala Puskesmas dan kepala tata usaha yang ada di Puskesmas untuk menilai perspektif proses bisnis internal.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono 2009 dalam Oktaviana 2015). Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah teknik convenience sampling atau pengambilan sampel secara nyaman merupakan teknik pengambilan sampel secara bebas dimana peneliti menyebarkan kuesioner untuk menilai kepuasaan pelanggan kepada setiap pasien yang datang berobat di Puskesmas selama satu bulan. Kuesioner juga disebarkan kepada karyawan Puskesmas.

G. Teknik Pengujian Instrumen

Teknik pengujian instrumen yang digunakan dalam melakukan pengujian data untuk mengetahui valid atau tidaknya data yang diperoleh, serta reliabel tau tidaknya data yang diperoleh adalah:

1. Uji Validitas Data

Menurut Morissan (2014: 103), validitas mengacu pada seberapa jauh suatu ukuran empiris cukup menggambarkan arti sebenarnya dari konsep yang sedang diteliti. Dengan kata lain, suatu instrumen pengukuran yang valid mengukur apa yang seharusnya diukur, atau mengukur apa yang hendak diukur. Sehingga, uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Hasil dari suatu kuesioner dapat dikatakan memiliki skor yang tidak valid karena kurang baiknya desain penelitian,


(66)

partisipan lelah, stres, dan tidak mengerti pertanyaan yang ada dalam kuesioner, ketidakmampuan untuk memprediksi manfaat dari skor, kurangnya desain pertanyaan atau ukuran variabel, dan informasi itu bentuk dan kegunaannya kecil. Uji validitas ini akan dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16. Uji validitas data ini digunakan untuk mengukur tingkat valid dari hasil kuesioner yang akan dilakukan pada perspektif pelanggan dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Dalam uji validitas ini, instrumen akan dikatakan valid apabila nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel (r hitung > r tabel).

2. Uji Reliabilitas Data

Reliabilitas merupakan indikator tingkat keandalan atau kepercayaan terhadap suatu hasil pengukuran. Suatu pengukuran disebut reliable atau memiliki keandalan jika konsisten memberikan jawaban yang sama (Morissan 2014: 99). Uji reliabilitas ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas memberi keputusan bahwa hasil kuesioner tersebut seimbang dan konsisten.


(67)

H. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data keuangan dan non keuangan yang terdapat dalam 4 perspektif dalam metode Balanced Scorecard.

1. Perspektif Keuangan

Merupakan pengukuran kinerja yang ditinjau dari sudut pandang keuangan periode tahun 2012-2015 yang berdasarkan pada rasio-rasio, sebagai berikut (Gaspersz 2005):

a. Net Profit Margin(NPM)

Net Profit Margindapat dihitung dengan rumus.

NPM = x 100%

Dimana:

- Laba Bersih Setelah Pajak: dihitung dengan selisih pendapatan atas pengeluaran yang diperoleh dari setoran pendapatan Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota.

- Total Pendapatan: dihitung dengan jumlah realisasi anggaran dana yang diterima Puskesmas untuk semua kegiatan operasional Puskesmas atau dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien yang tidak menggunakan kartu BPJS dan KTP maupun kepada pasien yang menggunakan Jasa Pelayanan BPJS/JKN.


(68)

Menurut Mahsun (2006) rumus NPM pada organisasi sektor publik menjadi.

Laba Terhadap Pelayanan = x 100%

Semakin meningkatnya tingkat rasio NPM / Laba Terhadap Pelayanan maka semakin baik kinerja Puskesmas dalam menghasilkan setoran pendapatan yang dihasilkan dari pelayanan yang diberikan, sebaliknya jika trend rasio menurun maka akan dinilai kurang baik.

b. Return On Asset(ROA)

Return On Assetdapat dihitung dengan rumus.

ROA = x 100%

Dimana:

- Laba Bersih Setelah Pajak: dihitung dengan selisih pendapatan atas pengeluaran yang diperoleh dari setoran pendapatan Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota.

- Total Aset: dihitung dengan jumlah aset lancar maupun aset tidak lancar (aktiva/harta) yang dimiliki Puskesmas, seperti kas tunai, kas bank, peralatan kesehatan Puskesmas, dan lain-lain.

Menurut Mahsun (2006) rumus ROA pada organisasi sektor publik menjadi.


(69)

Apabila rasio ROA / Laba Terhadap Aktiva meningkat maka semakin baik kinerja Puskesmas dalam memanfaatkan seluruh sumber dayanya, sebaliknya jika trend rasio menurun maka akan dinilai kurang baik. c. Return On Equity(ROE)

Return On Equitydapat dihitung dengan rumus.

ROE = x 100%

Dimana:

- Laba Bersih Setelah Pajak: dihitung dengan selisih pendapatan atas pengeluaran yang diperoleh dari setoran pendapatan Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kota.

- Modal Sendiri: dihitung dengan dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang terdiri dari beberapa bantuan dana seperti JAMKESMAS, JAMPERSAL, APBD, dan BPJS yang diterima oleh Puskesmas.

Menurut Mahsun (2006) rumus ROE pada organisasi sektor publik menjadi.

Laba Terhadap Ekuitas =

( ) x 100%

Semakin tinggi nilai persentase ROE / Laba Terhadap Ekuitas maka semakin baik kinerja Puskesmas, karena itu berarti bahwa jasa pelayanan kesehatan memberikan pengembalian hasil yang menguntungkan bagi pemerintah yang memberikan dana bantuan operasional kesehatan kepada pihak Puskesmas, sebaliknya jika trend rasio menurun maka akan dinilai kurang baik.


(1)

TAHUN 2015

NO TANGGAL KETERANGAN PENDAPATAN TOTAL

1 14/01/2015

BPU Rp 1.150.000

Rp 1.960.000 LAB Rp 50.000

GIGI Rp 760.000

2 26/01/2015 BPU Rp 1.020.000 Rp 1.715.000 GIGI Rp 695.000

3 09/02/2015

BPU Rp 1.200.000

Rp 2.150.000

LAB Rp 80.000

GIGI Rp 870.000 4 20/02/2015

BPU Rp 995.000

Rp 1.775.000 LAB Rp 90.000

GIGI Rp 690.000

5 26/02/2015

BPU Rp 490.000

Rp 960.000 LAB Rp 10.000

GIGI Rp 460.000

6 04/03/2015 BPU Rp 450.000 Rp 910.000 GIGI Rp 460.000

7 16/03/2015 BPU Rp 880.000 Rp 1.470.000 GIGI Rp 590.000

8 26/03/2015

BPU Rp 1.060.000

Rp 1.645.000 LAB Rp 10.000

GIGI Rp 575.000

9 10/04/2015 BPU Rp 1.050.000 Rp 1.855.000 GIGI Rp 805.000

10 23/04/2015

BPU Rp 1.140.000

Rp 1.615.000 GIGI Rp 215.000

SKD Rp 260.000

11 28/04/2015 BPU Rp 590.000 Rp 620.000 LAB Rp 30.000

12 06/05/2015 BPU Rp 630.000 Rp 905.000 GIGI Rp 275.000

13 21/05/2015

BPU Rp 1.100.000

Rp 2.105.000 LAB Rp 30.000

GIGI Rp 875.000 SKD Rp 100.000


(2)

NO TANGGAL KETERANGAN PENDAPATAN TOTAL 14 26/05/2015

BPU Rp 250.000

Rp 630.000

LAB Rp 10.000

GIGI Rp 370.000

15 01/06/2015 BPU Rp 350.000 Rp 645.000 GIGI Rp 295.000

16 11/06/2015

BPU Rp 890.000

Rp 1.540.000 GIGI Rp 10.000

LAB Rp 640.000

17 23/06/2015 BPU Rp 830.000 Rp 830.000 18 29/06/2015

SKD Rp 70.000

Rp 670.000 BPU Rp 460.000

GIGI Rp 140.000

19 14/07/2015 BPU Rp 1.520.000 Rp 2.550.000 GIGI Rp 1.030.000

20 28/07/2015 BPU Rp 700.000 Rp 1.335.000 GIGI Rp 635.000

21 12/08/2015

BPU Rp 1.150.000

Rp 1.980.000 GIGI Rp 820.000

LAB Rp 10.000

22 31/08/2015 BPU Rp 1.140.000 Rp 1.605.000 GIGI Rp 465.000

23 09/09/2015

BPU Rp 1.020.000

Rp 1.715.000 LAB Rp 10.000

GIGI Rp 685.000

24 23/09/2015 BPU Rp 1.330.000 Rp 1.955.000 GIGI Rp 625.000

25 13/10/2015

BPU Rp 1.440.000

Rp 2.455.000 GIGI Rp 715.000

VAR Rp 300.000 26 26/10/2015

SKD Rp 180.000

Rp 1.700.000 BPU Rp 960.000

GIGI Rp 560.000

27 30/10/2015 BPU Rp 480.000 Rp 745.000 GIGI Rp 265.000

28 09/11/2015 BPU Rp 610.000 Rp 1.110.000 GIGI Rp 500.000


(3)

NO TANGGAL KETERANGAN PENDAPATAN TOTAL 29 18/11/2015 BPU Rp 1.160.000 Rp 1.660.000

GIGI Rp 500.000 30 24/11/2015

BPU Rp 540.000

Rp 1.205.000 GIGI Rp 445.000

PUSLING Rp 220.000

31 07/12/2015 BPU Rp 910.000 Rp 1.380.000 GIGI Rp 470.000

32 16/12/2015 BPU Rp 1.110.000 Rp 1.375.000 GIGI Rp 265.000

33 30/12/2015 BPU Rp 1.115.000 Rp 1.845.000 GIGI Rp 730.000

TOTAL SETORAN PUSKESMAS 2015 Rp 46.770.000

REKAPAN TOTAL ASET PUSKESMAS TAHUN 2012-2015

TAHUN ASET

2012 Rp 199.960.664 2013 Rp 191.270.963 2014 Rp 207.969.500 2015 Rp 148.857.004 TOTAL Rp 748.058.131


(4)

REKAPAN TOTAL EKUITAS PUSKESMAS TAHUN 2012-2015

EKUITAS 2012 EKUITAS 2013 EKUITAS 2014 EKUITAS 2015

APBD Rp 5.400.000 - -

-JAMKESMAS Rp 55.350.000 Rp 14.412.500 Rp 1.077.500 -JAMPERSAL Rp 86.400.000 Rp 2.590.000 Rp 2.590.000 -BOK Rp 199.400.000 Rp 190.176.300 Rp 190.304.480 Rp 101.924.000 BPJS - - Rp 152.244.000 Rp 236.346.000


(5)

165

LAMPIRAN

E


(6)