Penilaian Kinerja Tradisional KINERJA 1. Pengertian Kinerja

13 menekankan pada kondisi atau keadaan organisasi yang sekarang, tetapi lebih cenderung relatif tetap dan relevan di sepanjang waktu, baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang. Strategi organisasi ditetapkan untuk memberikan kemudahan dalam mencapai tujuan organisasi. Sehingga, strategi dapat dikatakan sebagai suatu cara yang telah dipilih oleh manajemen puncak guna untuk mewujudkan visi organisasi melalui misi. Strategi merupakan sekumpulan tindakan terintegrasi yang konsistem dengan visi jangka panjang organisasi yang memberikan nilai kepada pelanggan dengan suatu struktur biaya yang memungkinkan pencapaian keunggulan hasil yang berkelanjutan Gaspersz 2005: 8.

3. Penilaian Kinerja Tradisional

Pengukuran kinerja tradisional mudah dilakukan sehingga kinerja personel yang diukur hanyalah berkaitan dengan keuangan saja. Pengukuran kinerja dengan berbasis tolok ukur keuangan saja membuat manajemen secara otomatis mengistalasi sistemnya dengan hasil tolok ukur, sehingga pengambilan keputusan organissasi dapat selaras dengan pengukuran sistem tersebut. Aspek keuangan merupakan sumber dari segala keputusan, tindakan, dan aktivitas manajemen di masa lalu, tetapi ukuran keuangan tidak dapat menggambarkan penyebab yang menjadikan perubahan kekayaan yang diciptakan oleh organisasi dan lebih memfokuskan pada pengarahan sumber daya organisasi untuk tujuan jangka pendek Darmiyati 2013. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 Kaplan dan Norton menyatakan bahwa pengukuran kinerja secara tradisional memiliki beberapa kelemahan, yaitu sebagai berikut Rofiaty 2012: 61: 1 Ketidakmampuan mengukur kinerja aktiva-aktiva tak berwujud intangible assets dan aktiva-aktiva intelektual sumber daya manusia perusahaan. 2 Kinerja keungan hanya mampu bercerita mengenai sedikit masa lalu perusahaan dan tidak mampu sepenuhnya menuntun perusahaan ke arah yang lebih baik. Pengukuran kinerja secara tradisional juga lebih berorientasi kepada manajemen operasional, kurang mengarah pada manajemen strategis dan tidak mampu mempresentasikan kinerja intangible assets yang merupakan bagian struktur aset organisasi. Pengukuran kinerja tradisional cenderung mendorong para manajer lebih banyak memperhatikan kinerja jangka pendek dan mengabaikan tujuan jangka panjang. Kinerja keuangan yang baik saat ini adalah hasil dari mengabaikan kepentingan-kepentingan jangka panjang organisasi. Sebaliknya kinerja keuangan yang kurang baik saat ini bisa terjadi karena perusahaan melakukan investasi demi kepentingan jangka panjangnya. Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam sistem pengukuran kinerja tradisional, Kaplan dan Norton 2000: 17 mengembangkan suatu sistem pengukuran kinerja yang lebih baik dengan memperhatikan empat prespektif, yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Konsep ini secara umum dikenal dengan konsep Balanced Scorecard. Balanced Scorecard diterapkan berdasarkan visi dan misi yang telah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 dimiliki organisasi, yang selanjutnya visi dan misi tersebut dituangkan dalam bentuk strategi untuk mencapai tujuan organisasi.

B. BALANCE SCORECARD 1. Konsep Balanced Scorecard