1
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Puskesmas merupakan organisasi sektor publik yang berfungsi sebagai Badan Layanan Umum Daerah yang memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat baik yang ada di kota besar maupun di daerah terpencil sekalipun. Dalam kegiatan operasionalnya, puskesmas tidak bertujuan untuk
mencari keuntungan sehingga harus mengutamakan kualitas pelayanan yang diberikan dan juga prinsip efisiensi anggaran dan produktivitas yang optimal.
Walaupun Puskesmas merupakan Badan Layanan Umum yang bersifat non- profit oriented, tetapi harus mengutamakan efektivitas dan efesiensi anggaran
karena sebagian besar pengeluaran Puskesmas masih didanai dari Anggran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Mahardika dan Supadmi 2014.
Oleh karena itu, perlu adanya suatu pengukuran kinerja yang mencakup semua aspek.
Kinerja performance adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatanprogramkebijakan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi Mahsun 2006: 25. Pengukuran kinerja adalah suatu proses
penilaian yang memberikan arah untuk mencapai target-target yang telah ditentukan berdasarkan tujuan strategis organisasi. Pengukuran kinerja harus
berbasis pada tujuan, sasaran dan strategi suatu organisasi, pengukuran kinerja suatu organisasi dapat didasarkan pada karakteristik operasional
organisasi yang dapat bermanfaat untuk mengkuantifikasi tingkat efisiensi dan efektivitas suatu pelaksanaan kegiatan.
Selama ini, suatu perusahaan ataupun organisasi hanya melakukan pengukuran kinerja dengan metode tradisional saja. Pengukuran kinerja
dengan metode tradisional yang dimaksud adalah metode pengukuran kinerja yang hanya menitikberatkan pada satu aspek, yaitu aspek keuangan, dan
mengabaikan aspek lainnya. Pengukuran kinerja dengan hanya melihat sisi keuangan saja memiliki kelemahan karena hanya menilai keberhasilan
organisasi dalam menghasilkan laba, sedangkan tujuan dilakukannya pengukuran kinerja adalah untuk mengukur kinerja dari sisi keuangan dan
non keuangan secara berimbang sehingga dapat memberikan gambaran yang rill mengenai perkembangan pencapaian strategi suatu organisasi. Namun
dalam hal ini justru hanya akan memberikan hasil yang menyesatkan dan dianggap tidak mampu menginformasikan upaya-upaya apa yang dapat
diambil dalam jangka panjang untuk meningkatkan kinerja organisasi. Berdasarkan beberapa kelemahan dan ketidakjelasan dari pengukuran
kinerja dengan hanya melihat sisi keuangan saja, maka terciptalah suatu metode pendekatan untuk mengukur kinerja dari sisi keungan maupun non
keuangan organisasi dengan mempertimbangkan empat aspek, antara lain yaitu aspek keuangan atau finansial, pelanggan, proses bisnis internal dan
proses pertumbuhan dan pembelajaran. Upaya dalam pengukuran kinerja dari sisi keuangan dan non keuangan secara berimbang menghasilkan suatu
metode Balanced Scorecard, yang pertama kali dikembangkan pada tahun PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
1996 oleh Robert Kaplan Harvard Business School dan David Norton Renaissance Solution, Inc.
Balanced Scorecard berasal dari dua kata yaitu Balanced berimbang dan
Scorecard kartu skor.
Balanced berimbang berarti adanya
keseimbangan antara performance keuangan dan non-keuangan, performance jangka pendek dan performance jangka panjang, antara performance yang
bersifat internal dan performance yang bersifat eksternal. Sedangkan Scorecard kartu skor yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor
performance seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk
merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh seseorang di masa depan. Balanced scorecard
merupakan suatu sistem manajemen yang memungkinkan perusahaan memperjelas strategi, menerjemahkan strategi
menjadi tindakan, dan menghasilkan umpan balik yang bermanfaat Kaplan Norton 2000: 20. Balanced scorecard menjelaskan bahwa tujuan suatu unit
usaha tidak hanya dinyatakan dalam suatu ukuran keuangan saja, melainkan dijabarkan lebih lanjut ke dalam pengukuran bagaimana unit usaha
menciptakan nilai terhadap pelanggan yang ada sekarang dan dimasa yang akan datang, dan bagaimana unit usaha tersebut harus meningkatkan
kemampuan internalnya termasuk investasi pada manusia, sistem, dan prosedur yang dibutuhkan untuk memperoleh kinerja yang lebih baik ke
depannya. Mahmudi 2005: 21 mengatakan bahwa pada dasarnya pengembangan
Balanced Scorecard baik pada sektor swasta maupun publik dimaksudkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
untuk memberikan kepuasan bagi para pelanggan. Perbedaannya dapat dilihat dari tujuan maupun pihak-pihak yang berkepentingan. Penerapan Balanced
Scorecard pada sektor bisnis dimaksudkan untuk meningkatkan persaingan competitiveness, sedangan untuk sektor publik lebih menekankan pada nilai
visi, misi, dan pencapaian mission, value, effectiveness. Dari aspek keuangan, untuk sektor bisnis lebih mengutamakan keuntungan, pertumbuhan, dan
pangsa pasar sedangkan sektor publik dimaksudkan untuk pengukuran produktivitas dan tingkat efisiensi. Demikian juga halnya dengan pihak-pihak
yang berkepentingan, sektor bisnis akan lebih mengutamakan para pemegang saham, pembeli, dan manajemen, sedangkan untuk sektor publik akan
meliputo para pembayar pajak, pengguna jasa, dan legislatif. Balanced scorecard dinilai lebih cocok dalam pengukuran kinerja untuk
organisasi non profit karena Balanced Scorecard tidak hanya menekankan pada aspek kuantitatif - keuangan, tetapi juga aspek kualitatif - non keuangan.
Hal tersebut sesuai dengan jenis organisasi nirlaba yaitu menembatkan laba bukan sebagai ukuran kinerja utama, namun pelayanan yang bersifat kualitatif
dan non keuangan Mahmudi 2005: 15. Puskesmas sebagai salah satu penyelenggara pelayanan kesehatan telah
mengalami banyak kemajuan, dimana salah satunya dapat dilihat dari jumlah puskesmas yang semakin bertambah Pradipta dan Yuniarti 2014. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan jumlah Puskesmas yang ada di Ambon, Maluku. Bahkan jumlah Puskesmas yang ada di Ambon jauh lebih banyak
dibandingkan jumlah rumah sakit. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Puskesmas Kayu Putih merupakan salah satu dari sekian banyak Puskesmas yang ada di Ambon. Puskesmas Kayu Putih juga merupakan salah
satu Puskesmas yang selalu mengutamakan keamanan, kenyamanan, perlindungan keselamatan dan kesehatan serta kemudahan dalam memberi
pelayanan yang baik dan bermutu bagi semua orang yang membutuhkannya. Semua karyawan, baik dokter maupun perawat yang mengabdikan dirinya
untuk bekerja di Puskesmas tersebut selalu bahu membahu dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab mereka dalam
memberikan pelayanan sesuai dengan program Puskesmas yang berlaku. Berdasarkan pada
pelayanan yang telah diberikan Puskesmas kepada masyarakat, maka masyarakat telah memberikan tanggapan yang positif terhadap Puskesmas
Kayu Putih atas pelayanan yang telah mereka terima. Dengan melihat uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian sehubungan dengan pengukuran kinerja yang menggunakan metode Balanced Scorecard yang lebih komprehensif, akurat, dan terukur
karena melihat pada beberapa perspektif, yaitu keuangan, pelanggan, bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelanjaran berdasarkan visi, misi, dan
tujuan yang dijabarkan dalam rencana strategi organisasi. Setelah aspek-aspek tersebut dinilai, diharapkan dapat membuat penilaian kinerja di Puskesmas
Kayu Putih Ambon menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dari latar belakang
di atas, maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Penggunaan Metode Balanced Scorecard Untuk Menilai Kinerja Pada Organisasi
Sektor Publik Studi kasus pada Puskesmas Kayu Putih Ambon”.
6
B. RUMUSAN MASALAH