Penelitian yang Relevan LANDASAN TEORI

22 belum ada satu pun penyebab pasti yang tampak berlaku bagi semua gangguan yang ada. Berbagai virus, zat-zat kimia berbahaya yang banyak dijumpai di lingkungan sekitar, faktor genetika, masalah selama kehamilan atau kelahiran, atau apa saja yang dapat menimbulkan kerusakan perkembangan otak berperan penting sebagai faktor penyebab hiperaktif Zaviera, 2014:52-53.

2.2 Penelitian yang Relevan

Penelitian pertama adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh Amin tahun 2009 pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 4 sampai 6 tahun dalam bentuk jurnal penelitian. Judul yang penulis ambil dalam jurnal penelitiannya adalah “Perilaku Hiperaktif dan Upaya Penanganannya”. Penelitian dilakukan karena perilaku buruk pada masa kanak-kanak apabila tidak diatasi cenderung bermasalah pada saat dewasa, sehingga dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan dan keluarga mereka menghadapi banyak masalah. Dari latar belakang di atas, penulis memaparkan hasil penelitian terhadap dua orang anak yang berperilaku hiperaktif dan upaya yang dilakukan guru dalam membantu kedua anak tersebut, dimana kedua anak secara umum memiliki karakteristik dan perilaku yang hampir sama dan sangat mengganggu proses pembelajaran di kelas dan bertujuan agar para guru TKPendidik anak usia dini lainnya memahami bentuk perilaku anak hiperaktif serta memahami upaya yang seharusnya dilakukan dalam membantu anak yang berperilaku hiperaktif. Hasil penelitian yang penulis dapat adalah perilaku anak yang hiperaktif tampak mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian penulis dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 mempertahankan konsentrasinya paling lama lima menit, tidak dapat duduk tenang, berpindah dari satu tempat ketempat lain, tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas, dalam interaksi sosial cenderung memonopoli kegiatan, impulsif, kadang menyela pembicaraan orang dan agresif. Merubah perilaku anak yang mengalami hiperaktif dituntut kesabaran, keikhlasan dan keterampilan, dengan penanganan kognitif behavioral yaitu menggabungkan modifikasi perilaku yang didasarkan pada pemberian pujian atas keberhasilan yang dicapai dan modifikasi kognitif dengan melatih anak untuk mewarnai atap rumah dan berhasil melakukannya. Penelitian kedua adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh Zaezara pada tahun 2014 di SD Bercahaya. Peneliti ini mengambil judul “Persepsi dan Cara Penanganan Guru Terhadap Kemampuan Belajar Siswa dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas GPPH Kelas II di SD Bercahaya”. Penelitian ini dilakukan atas dasar masing-masing guru mempunyai pandangan yang berbeda-beda terhadap ABK, karena guru tidak memahami betul apa yang dialami anak. Ada sebagian guru yang tidak peduli terhadap perubahan emosi, tingkah laku dan permasalahan lain yang terjadi pada N, namun ada pula guru yang membantu anak dengan memberikan pendekatan-pendekatan, seperti mendekati anak, kemudian menanyakan apa yang menyebabkan anak melakukan perilaku yang tidak baik ketika proses pembelajaran. Hasil penelitian yang didapat adalah persepsi guru terhadap kemampuan belajar siswa yang mengalami GPPH, berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh data bahwa setiap guru yang mengampu di kelas II SD Bercahaya 24 memiliki kesamaan dengan teori tentang anak GPPH, namun persepsi guru terkait dengan kondisi siswa yang mengalami GPPH tidak memiliki kesamaan dengan teori anak GPPH. Terkait dengan pola perilaku yang ditunjukan N, maka pemberian treatment telah guru lakukan dengan cara sendiri tanpa adanya pelatihan khusus, seperti membiarkan siswa melakukan hal yang ingin dilakukan. Membiarkan atau mendiamkan siswa yang mengalami GPPH itu menunjukan perilakunya yang tidak biasa merupakan bentuk motivasi yang diberikan guru sebagai langkah awal dalam penanganan. Kurangnya pemahaman guru tentang anak GPPH disebabkan karena guru belum pernah mengikuti pelatihan khusus tentang cara terbaik menangani anak berkebutuhan khusus terutama cara penanganan bagi anak yang mengalami GPPH. Penelitian ketiga adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hidayati pada tahun 2013 dalam sebuah jurnal penelitian. Judul penelitian yang dia ambil adalah “Peran Pendampingan Regulasi Emosi Terhadap Perilaku Maltreatment pada Ibu dar i Anak GPPH”. Penelitian ini dilakukan atas dasar data yang diperoleh dari hasil preliminary study yang dilakukan, menunjukkan bahwa hasil dari wawancara dengan ibu yang memiliki anak terdiagnosa GPPH menunjukkan bahwa ibu sering tidak sabar dan jengkel menghadapi perilaku anak yang tidak pernah dapat tenang, suka memporak porandakan mainan atau barangbarang yang ada di rumah, berguling-guling ketika keinginannya tidak terpenuhi. Sikap ibu menjadi lebih kasar dan terkadang berbuat kasar, mencubit dan memukul, menyeret ketika anak tidak segera melakukan instruksi yang diberikan, ibu merasa anak merepotkannya. Sikap keras yang dilakukan oleh ibu dalam upaya 25 mengendalikan perilaku anak, namun kenyataan justru sebaliknya, anak menjadi marah dan menunjukkan sikap melawan. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak dengan GPPH merasa tertekan dan sering mengalami kesulitan ketika menghadapi perilaku dan emosi anaknya, dan terkadang ibu harus menahan emosinya sendiri ketika menghadapi perilaku anaknya. Berdasarkan permasalahan tersebut penulis berpikir perlu ada upaya yang dapat memberikan manfaat praktis dan segera dirasakan agar ibu tidak merasa tertekan sehingga menjadi lebih tenang dan sabar dalam menghadapi anak dengan GPPH. Upaya yang bisa dilakukan oleh penulis antara lain dengan pendampingan pada ibu yang memiliki anak dengan GPPH untuk mengatur emosinya atau melakukan regulasi emosi. Menurut penulis regulasi emosi perlu dilakukan ibu agar dapat melatih dan mengendalikan emosinya terutama selama berinteraksi dengan anak dengan GPPH. Ibu dengan kemampuan regulasi emosi yang baik, diharapkan memiliki reaksi emosional yang positif. Pendampingan dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan informasi mengenai GPPH dan kedua model proses regulasi emosi melalui kelima aspeknya pemilihan situasi, modifikasi situasi, penyebaran perhatian, perubahan kognitif dan modulasi respon. Hal ini bertujuan untuk mengetahui informasi mengenai GPPH dan beberapa cara regulasi emosi secara jelas, ibu lebih bisa mengelola emosi secara baik karena persepsi ibu yang semula negatif terhadap perilaku anak dengan GPPH berubah lebih positif, ibu lebih memahami dinamika perilaku anak dengan GPPH, lebih bisa menerima kondisi anak dan dapat memberikan pengasuhan yang lebih positif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa pendampingan regulasi emosi dapat menurunkan perilaku maltreatment fisik yaitu perilaku mencubit pada kedua subjek. Kedua subjek dalam penelitian ini menggunakan kedua model strategi regulasi emosi yaitu strategi reappraisal antecedent-focused dan strategi Response-Focused Expressive Suppression tergantung situasi, namun lebih sering menggunakan strategi Response-Focused Expressive Suppression. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kedua subjek dalam melakukan regulasi emosi, tanpa melalui seluruh proses atau tahap dari kelima model proses regulasi emosi. Kedua subyek pada saat berada dalam situasi yang akan memunculkan emosi akibat perilaku anak dengan GPPH yang sulit dikendalikan dapat memilih model yang memungkinkan dilakukan saat itu. Berdasarkan ketiga penelitian tersebut, hasil penelitian yang telah dilakukan memiliki relevansi dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Pada penelitian pertama dan kedua menyatakan tentang perilaku hiperaktif dan persepsi guru tehadap anak berkebutuhan khusus. Peneliti akan melakukan penelitian mengenai persepsi guru terhadap anak hiperaktif dan tentunya peneliti juga membutuhkan informasi mengenai perilaku serta cara penanganan anak hiperaktif. Sedangkan penelitian ketiga menerangkan mengenai regulasi emosi terhadap perilaku maltreatment pada ibu dari anak GPPH. Dari penelitian ketiga ini juga telah menggambarkan perkembangan emosi yang terjadi pada anak hiperaktif terkait dengan perilaku maltreatment pada orang tua anak. Hal ini terlihat pada saat anak menjadi marah dan menunjukkan sikap melawan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 Peneliti membuat sebuah literature map atau kerangka berpikir yang memuat penelitian-penelitian terdahulu sampai dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti. Berdasar pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti mengenai subjek seorang anak yang tergolong dalam anak yang berkebutuhan khusus yaitu hiperaktif, peneliti berupaya untuk mengetahui persepsi guru terhadap perkembangan emosi siswa anak yang mengalami hiperaktif kelas II di SD Kasih. Kerangka berpikir penelitian yang relevan dapat dilihat pada berikut: 2.2 Literature Map Penelitian yang Relevan

2.3 Kerangka Teori