Partisipan II guru kelas IA Latar Belakang Partisipan II

50 dengan dunianya sendiri. Perkembangan emosinya cukup berkembang, meskipun terlihat sering susah dikendalikan tapi Marka sudah terlihat dapat mengimbanginya dengan sering membantu temannya yang sering kesusahan.

4.1.2.2 Partisipan II guru kelas IA Latar Belakang Partisipan II

Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan II sebanyak satu kali yang dilakukan pada 17 November 2015 pukul 08.35-08.49 dengan guru kelas IA di perpustakaan sekolah. Guru kelas IA SD Kasih ini adalah seorang perempuan yang bernama Y.F.B.U yang biasa dipanggil dengan nama Bu Tamtam dan saat ini berusia 53 tahun. Bu Tamtam mengajar di SD Kasih selama 8 tahun dan Bu Tamtam adalah guru kelas Marka saat Marka masih berada di kelas I dulu. Sebelum mengajar di SD Kasih ini, Bu Tamtam mengajar di sebuah TK yang tempatnya tidak jauh dengan SD Kasih. Bu Tamtam sudah mengenal Marka sejak Marka masih kelas I dan tentunya Bu Tamtam memiliki pengalaman lebih mengenai si Marka. Tidak hanya dengan Marka, tapi Bu Tamtam juga sudah cukup berpengalaman dalam hal mengajar karena sudah 8 tahun beliau mengajar di SD Kasih ini. Hasil wawancara yang peneliti dapat adalah memang diperlukan pendekatan khusus untuk menangani Marka karena tingkah anak yang sangat berbeda dengan anak lain. Problematika anak yang mengalami Hiperaktif Hasil wawancara yang saya dapat dengan Bu Tamtam sedikit berbeda dengan Bu Agni mengenai cara pandangnya tentang si Marka. Bu Tamtam perpendapat bahwa beliau kurang yakin Marka mengalami hiperaktif atau tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 namun beliau mengatakan bahwa Marka memang terlihat berbeda dengan anak yang lain. Pernyataan yang menunjukkan pendapat Bu Tamtam terlihat dalam pernyataannya yaitu, “Saya sendiri kurang yakin tapi ee saya sendiri kurang begitu yakin apakah itu termasuk dalam hiperaktif atau tidak tapi ee Marka itu. . .M itu. . . .eee anaknya lebih dari yang lain dalam arti ee dia agak sulit dikendalikan ee bahkan orang lain akan mengecap dia nakal. Gitu. . .Dia sulit konsentrasi. . .Hanya itu setau saya ya tapi kalau yang hiperaktif murni hiperaktif saya belum pernah melihat hanya dia ee lain daripada teman-temannya ee tidak biasa gitu”. Namun dalam menyatakan definisi hiperaktif Bu Tamtam memiliki pendapat yang sama dengan Bu Agni yang terlihat dalam pernyataannya, “Yaa sedikit tau kalau hiperaktif itu ee itu semacam gangguan kejiwaan pada anak yang eee keaktifannya berelebihan gitu ya. Jadi hiperaktif itu aktif yang lebih”. Beliau memiliki pendapat sama dengan Bu Agni juga mengenai apakah Marka dapat duduk diam di dalam kelas. Bu Tamtam berpendapat Marka memang susah duduk diam di dalam kelas. Pernyataan tersebut diperkuat dengan pernyataan yang dikatakan guru secara langsung dalam wawancara yang dilakukan dengan peneliti yaitu, “Eeee pertama kali saya lihat memang dia tidak bisa duduk diam di diam, jadi dia selalu jalan-jalan kemana saja, selalu melakukan aktivitas misalnya disuruh memperhatikan dia itu pasti ada-ada aja main-main bolpen, mainan setip semuaa bisa dimainkan dan itu kan nggak bisa konsentrasi belajar. Yang dia lakukan pokoknya dia harus obah, harus bergerak nggak tau apakah itu yang digerakkan jarinya atau tangannya kalau duduk sudah bisa tapi masih aja melakukan hal-hal 52 yang sebetulnya mengganggu konsentrasi dia”. Pernyataan yang diutarakan Bu Tamtam tersebut terlihat bahwa Marka memang sulit untuk duduk diam di dalam kelas, selalu saja bermain-main dengan benda di sekitarnya dan beliau berpendapat bahwa Marka harus terus bergerak entah itu yang digerakkan jari atau tangannya sehingga mengganggu konsentrasinya. Dengan ditemukannya problem seperti itu Bu Tamtam memberikan sedikit penanganan seperti yang ada dalam pernyataannya, “Iya, hampir setiap hari saya sewaktu saya mengajar dia selalu Marka itu saya tangani secara khusus. Jadi, eee ya apa misalnya mau belajar saya selalu menyiapkan kamu harus perhatikan bahkan secara klasikal supaya dia konsentrasi setiap kali absen saya selalu pakek password, jadi misalnya hari ini passwordnya, Ok Bu Kalau dipanggil namanya, Ok Bu Jadi setiap hari ganti, supaya pada saat anak itu dipanggil tapi kalau dia nggak konsentrasi berarti njawabnya salah. Kalau salah pasti akan ditertawakan oleh temannya. Jadi sebelum saya absen saya katakan passwordnya hari ini, Ok Bu Lain hari, hari ini passwordnya, Siap Ibu Ya itu sebetulnya saya hanya ingin mengajak Marka khususnya supaya latihan konsentrasi, gitu. Jadi cara apapun saya tempuh supaya dia ikut gitu karena pada awal-awalnya dia nggak pernah berhasil untuk menjawab panggilan saya. Jadi pernah suatu kali hanya itu saya panggil Marka dia jawab, Ada bu, lho rak nggak tau to. Jadi berkali-kali saya bilang, itu kalau kamu nggak konsentrasi, makanya kalau ibu ngomong diperhatikan Dan kamu harus siap itu, kamu akibatnya ditertawakan oleh temen- temen kamu kan? Karena kamu lain. Beda. Yang lain mengatakan Ok Ibu Siap PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 Ibu Kamu ada Gitu, salah satu cara yang saya tempuh sebelum belajar melatih konsentrasi” Dengan penanganan Bu Tamtam yang telah dilakukan ternyata telah membuahkan sedikit hasil sedikit demi sedikit. Hasil yang beliau berikan ini terlihat dalam pernyatannya, “Ee prubahannya ya lama-lama bisa konsentrasi terus nilainya semakin membaik. Dulu pas UTS pertama itu remidi semua, saya bilang, Nah ini kalau, seperti ini kalau kamu nggak perhatikan. Nilainya jelek, kamu kalau nilainya seperti ini ya nanti nggak naik. Kamu pilih naik atau nggak? tanya Bu Tamtam Saya pengen naik bu, jawab si Marka. Kalau kamu mau naik berubah kamu Harus berubah nggak boleh seperti ini Kalau nanti temennya naik ke kelas 2, kamu tetep mbegogok kelas 1, malu kan? Dan itu saya upayakan, bekerjasama dengan orangtuanya”. Penanganan yang telah Bu Tamtam terlihat dapat membuahkan hasil berupa sebuah perkembangan dalam pengendalian diri anak. Dalam wawancara yang peneliti lakukan dengan guru, peneliti juga menanyakan mengenai bagaimana perkembangan emosi Marka menurut Bu T. Bu Tamtam berpendapat sama dengan Bu Agni bahwa ternyata Marka emosinya sudah berkembang dan pernyataan ini terlihat dalam hasil wawancara yang telah peneliti lakukan yaitu, “Kalau saya lihat, saat saya tangani dulu itu menurut saya ada perkembangan”. Namun Bu Tamtam juga menjelaskan bahwa perkembangan emosinya memang berbeda dengan anak-anak lain dan ini terlihat dalam pernyataannya yaitu, “Bedanya ya itu terkadang dia masih meledak-ledak, setau yang pernah saya lihat di kelas 2 ini pernah ngamuk itu dia”.Bu Tamtam juga 54 mengutarakan persepsinya mengenai perkembangan emosi anak hiperaktif sesuai dalam pernyataannya yaitu, “Agak berbeda ya. Ho.oh. Bedanya ya itu terkadang dia masih meledak-ledak, setau yang pernah saya lihat di kelas 2 ini pernah ngamuk itu dia. Iya sampai teman-temannya dikejar- kejar”. Berdasarkan pernyataan-pernyataan yang beliau utarakan tersebut dapat disimpulkan bahwa Marka memang mengalami hiperaktif. Marka memang susah dikendalikan dan memang susah untuk duduk diam di kelas. Menurut Bu Tamtam, Marka memang memiliki perkembangan emosi yang berbeda dengan teman-temannya yang lain karena Marka masih meledak-ledak emosinya saat dia marah.

4.1.2.3 Partisipan III guru Olahraga Latar Belakang Partisipan III