59
4.1.2.4 Partisipan IV Orangtua siswa Latar Belakang Partisipan IV
Peneliti melakukan wawancara dengan partisipan IV sebanyak satu kali yang dilakukan pada 19 November 2015 pukul 10.28-10.58 WIB dengan orangtua
siswa khususnya dengan ibu siswa. Wawancara yang peneliti lakukan bertempat di sebuah ruangan yang digunakan untuk memproduksi sebuah tas untuk dijual
yang berada di dalam rumah beliau. Ibu Marka adalah seorang perempuan yang bernama F.H.P. yang biasa dipanggil dengan nama ibu Hati yang saat ini berumur
38 tahun. Beliau merupakan seorang ibu rumah tangga yang membantu ayah Marka menjual dagangan berupa tas perempuan di rumahnya. Sebelum menjadi
ibu rumah tangga sekaligus pengusaha bersama suaminya, beliau bekerja di sebuah bank di daerah Jakarta lalu pindah di Yogyakarta lalu setelah memiliki
anak kedua yaitu Marka beliau memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga saja. Bu Hati adalah ibu dari Marka, jadi tentunya beliau lebih kenal dan
memahami betul bagaimana sifat Marka sejak dia masih kecil. Sejak Marka lahir bu Hati memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga agar dapat sambil
mengasuh Marka. Bu Hati tentunya juga lebih berpengalaman dalam menghadapi Marka. Hasil wawancara yang telah peneliti lakukan adalah bu Hati memiliki
pendapat bahwa Marka memang berbeda dengan anak-anak lain karena Marka tidak dapat duduk diam, banyak sekali bergerak, dan emosinya mudah meluap-
luap saat terbawa suasana. Namun pada akhir wawancara beliau mengurtarakan bahwa setelah beliau mengamati Marka dari TK hingga sekarang, memang Marka
telah lumayan mengalami perkembangan dalam hal emosionalnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Problematika Anak yang Mengalami Hiperaktif
Bu Hati memutuskan menjadi seorang ibu rumah tangga sejak memiliki anak kedua yaitu Marka saat dia masuk SD. Dalam wawancara yang peneliti
lakukan, peneliti bertanya kepada bu Hati mengenai tingkah laku sehari-hari Marka saat di rumah dan beliau menjawab,
“Anaknya aktif kalo di rumah, memang anaknya tidak bisa diem. Jadi tu dia selalu aktif, tapi justru kreatif
banyak hal yang dikerjakan, terus rajin kalau dimintain tolong pasti cepet melakukannya. Itu kalo Marka”. Bu Hati menjelaskan bahwa memang Marka
adalah tipe anak yang aktif saat di rumah dan tidak bisa diam. Beliau berpendapat Marka anak yang selalu aktif tapi kreatif.
Kreatif yang bu Hati maksud adalah anak ini suka membantu ayahnya saat ayahnya sedang melakukan sesuatu karena apabila Marka tidak diberi aktivitas dia
cenderung lari-larian atau melakukan aktivitas lain yang tidak terkontrol. Pernyataan tersebut diperkuat dengan hasil wawancara yang peneliti lakukan saat
bertanya kreatifnya seperti apa yaitu, “Kreatifnya tu misalnya seneng misalkan
papahnya itu ngutak atik mobil dia ikutan, papahnya misalkan mberesin apa dia slalu bantuin anaknya karena dia nggak bisa diem, ya dia memang harus
beraktivitas kalau tidak dikasih aktivitas dia cenderung mungkin lari-larian atau apa yang tidak terkontrol untuk Marka karena anaknya susah untuk diam, kita
slalu kasih aktivitas bantu ini atau bantu ini gitu”. Tingkah Marka yang tidak bisa diam tersebut telah bu Hati temui sejak
Marka masih kecil. Peneliti dapat berkata begitu karena peneliti juga sempat bertanya dengan beliau mengenai apakah Marka sudah seperti itu sejak masih
61
kecil dan beliau menjawab, “Memang dari kecil kalo dibanding sama kakaknya
jauh, Marka lebih banyak bergerak. Kalau kakaknya kan dia lebih banyak diem, dia bisa duduk manis, dan mainan anteng kalo Marka nggak bisa. Dia cepet
bosen main ini nanti pindah mainan apa. Tergantung permainannya kalo seperti sepak bola dia bakal, apa namanya? Betah lama karna memang butuh aktif, tapi
kalo mainan yang main game atau ini dia justru nggak bertahan lama”. Sejak
Marka kecil memang dia lebih banyak bergerak menurut bu Hati berbeda dengan kakaknya yang dapat diam dan serius. Marka juga cepat sekali merasa bosan saat
melakukan permainan yang dalam permainan itu tidak melibatkan dirinya secara langsung.
Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan, bu Hati menyangkal bahwa Marka adalah seorang anak yang hiperaktif meskipun peneliti hanya
bertanya sebatas persepsi beliau mengenai tingkah Marka yang tidak bisa diam itu. Menurut bu Hati,
“Kalau menurut saya dibilang hiperaktif juga tidak karna dia masih bisa mengikuti aturan. Saya bilang misalnya suruh tunggu duduk dia
tidak kemana-mana juga dia bisa, kalo anak hiperaktif yang setau saya misalnya saya sedang mungkin pas lagi kemana kemudian misalnya di Mall. Saya kalo
anak hiperaktif kadang-kadang tau-tau dah nggak kliatan dimana. Kalau Marka masih bisa, masih bisa dikasih ini saya dipesen ”tunggu di sini nggak boleh
kemana- mana” dia masih tetap disitu. Atau misalnya mainan ndak boleh lebih
dari jangkauan pandangan mata mama dia masih bisa ngikutin, jadi hanya seputar mana gitu. Misalnya pas kita lagi ketemu mungkin ada ketemu sama apa
namanya, biasanya reseller atau yang lain dia masih tetap terlihat tidak sampai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
kemana-mana. Di rumah pun misalnya bersepeda, kalau main sepeda atau keluar itu hanya masih bisa dijangkau jadi tidak di luar yang saya tidak tau. Itu nggak
susah nyarinya”. Bu hati berpendapat bahwa Marka tidak mengalami hiperaktif karena Marka masih dapat mengikuti aturan yang beliau berikan. pernyataan yang
beliau sampaikan tersebut, beliau berpendapat bahwa Marka dapat mengikuti setiap aturan yang bu Hati berikan kepada Marka seperti bu Hati meminta Marka
untuk menunggu beliau saat sedang di mall maupun saat Marka sedang bermain bersepeda di sekitar rumahnya.
Bu Hati memiliki pendapat tersendiri mengenai anak hiperaktif. Sesuai hasil wawancara yang peneliti dapatkan mengenai pendapat yang diungkapkan bu
Hati mengenai anak hiperaktif adalah, “Setau saya anak hiperaktif bener-bener
yang nggak bisa diem, yang nggak bisa diem yang tidak bisa dikendalikan susah dikendalikan, kalau Marka masih bisa dikendalikan saya bisa mengendalikan
Marka. Untuk awal saya memang agak susah tapi saya mempelajari tipe-tipenya Marka. Kalau saya marahin dia saya bentak dia, dia pasti marah jadi anak itu
tidak bisa dibentak. Setelah saya coba ohh saya pakek cara lain untuk menghadapi Marka saya pake cara lain. Saya ajak bicara baik-baik, saya ajak
halus- halus, ternyata dia bisa. Seperti itu”. Beliau berpendapat bahwa anak
hiperaktif adalah anak yang benar-benar tidak bisa diam dan susah untuk dikendalikan. Pendapat yang beliau ungkapkan tersebut mengatakan bahwa
memang Marka pada awalnya susah untuk dikendalikan, namun setelah beliau mencoba mengatasi cara lain akhirnya Marka dapat dikendalikan. Hal ini
membuat beliau memiliki persepsi bahwa Marka bukanlah anak hiperaktif. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Perilaku Marka yang setiap saat tidak bisa diam ini membuat bu Hati berpikir untuk menangani agar tingkah lakunya tersebut dapat berjalan seperti
biasa namun memiliki manfaat tersendiri. Penanganan yang beliau lakukan dapat dilihat dalam hasil wawancara yang peneliti lakukan yaitu,
“Kalo membatasi tingkahnya justru saya alihkan. Dia susah kalo suruh diem. Saya mengalihkan
den gan hal kain, misalnya saya lagi beresin kamar “Dek bantuin mama” gitu,
karena memang harus dialihkan nggak bisa kalo langsung diem nggak bisa dia, harus dialihkan tapi untuk hal yang misalnya ya memang ada manfaatnya
daripada dia lari-lari capek sama-sama ini, saya minta bantuannya dia aja mau kok dia”. Pernyataan yang beliau ungkapkan di atas adalah cara untuk
mengalihkan aktivitas Marka agar aktivitas yang dilakukannya dapat bermanfaat. Pengalihan aktivitas yang beliau lakukan adalah dengan cara meminta Marka
untuk membantu beliau melakukan sesuatu. Penanganan ini dilakukan untuk menghindari aktivitas-aktivitas Marka seperti lari-larian yanng tidak ada
manfaatnya bagi diri Marka. Pengalihan perhatian lain yang bu Hati berikan apabila bu Hati hendak
pergi menjemput kakak Marka adalah dengan cara memberikan tanggung jawab. Bu Hati berpendapat,
“Makanya sampe waktu di.. . .saya sering BBMan sama Bu Agni, ee maksudnya untuk ngatasin Marka gimana saya coba “Bu kalo misalnya
dia rame nggak bisa diem, coba dia dikasih tanggung jawab nyatetin temen- temennya yang rame Dengan begitu mungkin dia akan justru merasa „oh aku
dikasih tanggung jawab, jadi aku nggak boleh seperti ini‟ seperti itu”, karna di rumah saya selalu begitu. Kalo apa dia “Mama pesen sama adek nanti mama
64
mau kasih tanggung jawab tolong adek bisa tanggung jawab” seperti itu kalo misalnya saya mau kemana saya nitip pesen nanti tolong ini ini ini bisa. Dia bisa
kok dikasih tanggung jawab. “Saya mau jemput abang dulu, adek coba kerjain PR sebisa adek dulu Mama pulang sudah harus selesai, sebisa adek nanti setelah
itu baru kita bahas lagi yang gak bisa yang mana” gitu”. Beliau memberikan tanggung jawab bagi Marka agar mengerjakan PR sebisanya dan harus dapat
selesai. Pesan yang diberikan beliau tersebut bersifat mutlak untuk Marka agar dia dapat melakukan aktivitas lain selain bermain dan agar dapat belajar mandiri
untuk menyelesaikan tugas yang dia dapatkan dari sekolah. Wawancara yang peneliti lakukan ini juga dilakukan untuk mendapatkan
informasi mengenai pendapat orangtua mengenai emosi dan perkembangan emosi Marka. Peneliti bertanya kepada bu Hati mengenai definisi emosi secara umum
dan pendapat beliau adalah “Emosi itu kalo menurut saya itu luapan perasaan
kayak termasuk sedih itu juga emosi, seneng itu juga emosi, ee kalo menurut saya itu sih emosi itu luapan perasaan. Jadi bukan berarti emosi itu marah-marah,
bukan itu luapan perasaan menurut saya seperti itu. Sedih itu juga emosional kita, jadi kita bagaimana mengekspresikan sedih kita, seneng kita, marah kita
seperti apa gitu”. Pendapat yang beliau utarakan mengenai emosi adalah sebuah luapan perasaan seseorang berupa sedih, senang, maupun marah. Sedangkan
perkembangan emosi menurut beliau adalah seseorang yang dapat mengendalikan emosinya. Pendapat tersebut dapat dilihat dalam hasil wawancara berikut,
“Kalo emosi yang berkembang ya, kalo menurut saya eee bisa mengekspresikan artinya
ada luapan perasaan ketika dia sedih ya dia bisa ekspresi sedih kalo memang ada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
ekspresi sedihnya. Kalo misalnya dia lagi seneng ya seperti apa kelihatan. Iya, mengendalikan diri saat dia sedih harus bagaimana, saat dia seneng harus
bagaimana”. Marka memiliki pengendalian emosi yang cukup susah dikontrol. Susah
dikontrol yang peneliti maksud disini adalah disaat Marka merasa diganggu atau terganggu. Pendapat tersebut adalah pernyataan yang bu Hati sampaikan dalam
wawancara yang dilakukan dengan peneliti yaitu, “Iya nggak suka diganggu, itu
Marka. Dia main asyik kalo selama ndak ada yang mengganggu dia bisa bermain dengan asik, temennya juga kayaknya malah lebih banyak dia lebih cepet
berteman”. Pendapat bu Hati dalam mengutarakan Marka susah mengontrol emosinya saat merasa terganggu juga dapat dilihat dalam pernyataannya yang lain
yaitu, “Kalo Marka saya lihat lebih ini kok, mungkin ya itu awalnya saya belum
menemukan cara. Memang dari TK, memang mudah sekali marah. Artinya dia kalo misalkan ada yang ganggu itu dia cepet emosi cepet marah gitu”.
Bu Hati juga berpendapat mengenai perbedaan perkembangan emosi yang Marka alami dengan kakaknya yang tidak mengalami hiperaktif. Pendapat beliau
terlihat dalam pernyataan yang telah disampaikan yaitu, “Tidak sama, beda. Kalo
Alva itu ya sampek dari mulai TK sampek sekarangpun saya tidak pernah ya mendengar yang namanya Alva itu berantem sama temennya itu nggak pernah.
Makanya saya kalo sampe dia berantem sama temennya mesti ada yang mulai karna saya tau Alva itu orangnya bagaimana. Sampek dia saking terlalu hati-
hatinya, saking antengnya kadang-kadang ada temennya main dia tidak ikut terlibat tapi dia, seneng melihat temennya main. Dia ikut heboh tapi jarang dia
66
ikut main kalo Alva. Jadi sebenarnya Alva itu justru kalo ada permainan yang seru-
seru itu justru sama adeknya”. Beliau berpendapat perbedaan dalam perkembangan emosi yang Marka dan Alva yaitu kakaknya saat kakaknya berusia
sama dengannya saat ini memang berbeda. Perbedaan tersebut terlihat pada pernyataan beliau yang menyatakan bahwa beliau tidak pernah mendapat laporan
bahwa Alva tidak pernah berantem dengan temannya sejak TK hingga saat ini. Apabila Alva berantem beliau menyimpulkan kalau temannya yang memulai lebih
dulu karena Alva memiliki sifat pendiam dan jarang mengikuti permainan saat teman-temannya sedang bermain.
Marka memiliki sifat yang susah sekali mengontrol emosinya terutama saat merasa diganggu sehingga terkadang emosinya meluap-luap. Disaat
emosinya meluap-luap, perlu dilakukan penanganan untuk mengatasi dan meredam emosi Marka. Penanganan yang bu Hati lakukan dapat dilihat dalam
hasil wawancara yaitu, “Saya lebih banyak ngajak dia berbicara. Sering ajak
ngobrol berdua”. Apabila bu Hati menemui Marka emosinya meluap-luap penanganan yang beliau lakukan adalah dengan mengajaknya berbicara berdua.
Penanganan lain yang beliau lakukan dapat dilihat juga dalam hasil wawancara yaitu,
“Untuk awal pada saat dia seperti itu dulu biasanya itu karena saya marahin dia seperti itu. Misalnya saya larang dia apa, dia masih asyik main dia
nggak mau denger akhirnya dia marah. Marah sama marah pada akhirnya tidak ketemu. Akhirnya saya pakek cara lain, saya coba pada saat dia emosinya sedang
naik pada saat dia marah saya coba ajak bicara dia baik- baik. Atau saya “sini
dek sini dek” saya pangku saya elus-elus dulu baru ngomongnya belakangan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Saya gitu”. Penanganan yang pertama kali beliau lakukan adalah dengan cara memarahi marka. Namun beliau menyadari bahwa dengan memarahi tidak dapat
menyelesaikan dan meredam emosi Marka sehingga beliau menggunakan cara lain yaitu diajak berbicara, diberi pangkuan, dan ditenangkan. Pada saat Marka
terlihat tenang, saat itu beliau menasehati Marka. Penanganan dalam mengatasi emosi tidak cukup karena bu Hati adalah
orangtua Marka. Dengan demikian sebagai orangtua, bu Hati harus dapat mengembangkan emosional Marka agar lebih berkembang dan terkontrol.
Penaganan yang dilakukan bu Hati sesuai pernyataannya adalah “Pelan,
maksudnya jadi harus pelan. Tapi sebenernya Marka itu anaknya asik. Justru dia lebih banyak bisa mengikuti aturan daripada kakaknya. Ikutin jam-jamnya saya
kasih jam, jam segini harus begini jam segini harus begini. Dia itu malah justru Marka itu bisa mengikuti daripada kakaknya. Kalo kakaknya ada aja alasannya”.
Pernyataan yang beliau sampaikan tersebut menjelaskan bahwa untuk mengembangkan emosi anak adalah dengan pelan-pelan dan memberikan aturan-
aturan seperti pada jam tertentu untuk melakukan aktivitas yang telah ditentukan. Penaganan ini dilakukan agar Marka dapat belajar mengikuti aturan yang telah
dibuat oleh orangtua dan agar dia juga dapat mengendalikan emosinya. Bu Hati memiliki persepsi bahwa Marka emosinya sudah lumayan membaik sejak TK
hingga saat ini. Persepsi yang beliau ungkapkan tersebut dapat dilihat dalam hasil wawancara yang telah dilakukan yaitu,
“Perkembangannya kalo dibandingkan dengan TK dan kelas I sama kelas II semester awal ini sudah agak lumayan.
Sudah ada, grafiknya sudah lumayan naik lah. Saya lihat kalo mulai dari TK ke PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
SD itu belum terlalu signifikan, maksudnya memang agak-agak ini tapi yaa masih mungkin masih terbawa suasana waktu masih di TK kan banyak bermain jadinya
dia istilahnya kalo dulu dia sambil bermain lompat-lompat atau apa memang dia menikmati waktu di TK karna itu memang banyak menggunakan gerak banyak
bermainnya. Kalo sekarang kan dia lebih banyak belajar gimana caranya aku harus fokus duduk
manis”. Pendapat bu Hati adalah Marka saat ini dapat banyak belajar mengenai bagaimana caranya untuk fokus dan duduk diam karena sudah
masuk kelas II SD semester 2.
4.2 Pembahasan