Perkembangan Emosi Kajian Pustaka

12

2.1.3 Perkembangan Emosi

Sarwono dalam Yusuf, 2011: 115 berpendapat emosi adalah setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas. Menurut Beaty 2013: 92, perkembangan emosional anak agak berbeda dari aspek perkembangan lainnya. Meskipun pertumbuhan emosional terjadi serentak dengan perkembangan fisik, sosial, kognitif, bahasa, dan kreatif dan saling bergantung di antara mereka, sepertinya seolah-olah anak –anak belum terlihat mantap. Seperti yang LeDoux dalam Beaty , 2013: 92 jelaskan: “ Sebuah emosi merupakan pengalaman subjektif, invasi kesadaran yang bersemangat, sebuah perasaan adalah respons terhadap perasaan ini yang mungkin berubah pada anak kecil sejalan waktu karena kedewasaannya, lingkungan, reaksi orang lain disekitarnya, atau pembimbingan yang diterima”. Beaty 2013: 92 juga menjelaskan bahwa perkembangan emosional memang memiliki dasar fisik dan kognitif bagi perkembangannya, tetapi begitu kemampuan dasar manusia terbentuk, emosi jauh lebih situasional. Menurut pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa perkembangan emosi adalah setiap keadaan pada diri anak yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah maupun pada tingkat yang luas mempunyai perkembangan fisik, sosial, kognitif, bahasa, dan kreatif yang berbeda. Perkembangan emosi juga memiliki dasar fisik dan kognitif bagi perkembangannya, tetapi begitu kemampuan dasar manusia terbentuk, emosi jauh lebih situasional. Izard dalam Beaty , 2013: 92 berpendapat emosi memiliki tiga dimensi yang saling berinteraksi internal yaitu: a. Perasaan sadar atau pengalaman emosional 13 b. Proses di otak dan sistem saraf c. Pola atau reaksi ekspresif yang bisa diamati Beaty 2013: 94 juga memaparkan bagaimana cara membantu anak-anak mengelola reaksi emosional tidak sesuai, diantaranya: a. Singkirkan atau kurang penyebab emosi b. Redakan respons negatif anak dengan membiarkannya “mengeluarkannya” melalui tangisan, bicara, atau memindahkan perasaannya menjadi tindakan nondestruktif c. Tawarkan dukungan, kenyamanan, dan ide untuk kontrol diri d. Contohkan sendiri perilaku terkendali e. Beri anak kesempatan untuk membicarakan perasaan negatif secara sesuai Yusuf 2011: 115 memaparkan ada beberapa contoh tentang pengaruh emosi terhadap perilaku individu diantaranya sebagai berikut: a. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil yang telah dicapai b. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa frustasi c. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup nervous dan gagap dalam berbicara d. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati 14 e. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya di kemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain Yusuf 2011: 116 juga memaparkan ciri-ciri emosi, diantaranya: a. Lebih bersifat subjektif daripada peristiwa psikologis lainnya seperti pengamatan dan berpikir b. Bersifat fluktuatif tidak tetap c. Banyak bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indera Ada tiga ciri-ciri emosi yang telah diungkapkan oleh ahli seperti di atas. Namun untuk mengenal lebih jauh mengenai ciri-ciri emosi, emosi juga dapat dibedakan menjadi emosi anak dengan emosi orang dewasa. Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut. EMOSI ANAK EMOSI ORANG DEWASA 1. Berlangsung singkat dan berakhir tiba-tiba 2. Terlihat hebatkuat 3. Bersifat sementaradangkal 4. Lebih sering terjadi 5. Dapat diketahui dengan jelas dari tingkah lakunya 1. Berlangsung lebih lama dan berakhir lambat 2. Tidak terlihat hebatkuat 3. Lebih mendalam dan lama 4. Jarang terjadi 5. Sulit diketahui karena lebih pandai menyembunyikannya Yusuf 2011: 117 menjelaskan bahwa emosi dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu emosi sensoris dan emosi kejiwaan psikis. a. Emosi Sensoris, yaitu emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari luar terhadap tubuh, seperti: rasa dingin, sakit, lelah, kenyang, dan lapar Tabel 2.1 Perbedaan ciri-ciri emosi anak dengan orang dewasa 15 b. Emosi Psikis, yaitu emosi yang mempunyai alasan-alasan kejiwaan. Yang termasuk emosi ini diantaranya adalah: 1 Perasaan Intelektual, yaitu yang mempunyai sangkut paut dengan ruang lingkup kebenaran. 2 Perasaan Sosial, yaitu perasan yang menyangkut hubungan dengan orang lain, baik bersifat perorangan maupun kelompok. 3 Perasaan Susila, yaitu perasan yang berhubungan dengan nilai-nilai baik dan buruk atau etika moral. 4 Perasaan Keindahan estetis, yaitu perasan yang berkaitan erat dengan keindahan dari sesuatu, baik bersifat kebendaan maupun kerohanian. 5 Perasaan Ketuhanan, manusia dikaruniai insting religius naluri beragama kemudian manusia dijuluki sebagai “Homo Divinans” dan “Homo Religius” yang berarti sebagai makhluk yang berke-Tuhan-an atau makhluk beragama. James dan Lange dalam Yusuf, 2011: 118 menyatakan bahwa, emosi itu timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu. Menurut Lindsley dalam Yusuf, 2011: 118 menyatakan bahwa emosi disebabkan oleh pekerjaan yang terlampau keras dari susunan syaraf terutama otak. Sedangkan Waston dalam Yusuf, 2011: 118 mengemukakan bahwa ada tiga pola dasar emosi yaitu takut, marah, dan cinta. Ketiga jenis emosi tersebut menunjukkan respons tertentu pada stimulus tertentu juga, tetapi kemungkinan terjadi juga perubahan. Menurut pendapat para ahli tersebut emosi muncul disebabkan kegiatan individu yang terlampau keras dari susunan syaraf otak dan rasa takut, 16 marah serta cinta menunjukkan respons tertentu sehingga terjadi sebuah perubahan.

2.1.4 Hiperaktif