Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Proaktif Berbasis

109 1 Apa yang kamu dapat dari permainan tadi?, 2 Apa niat mu setelah mengikuti bimbingan ini?; “Menjadi proaktif, melatih kekompakan, fokus dan konsentrasi. Setelah ini saya akan lebih aktif dalam mengikuti kegiatan apapun”. “Dari permainan tadi, saya dilatih untuk menjadi seorang yang proaktif, kompak dan berkonsen trasi”. “Setelah ini saya berniat untuk lebih kompak saat belajar kelompok dan lebih sadar”. “Yang didapat dari permainan ini fokus, kompak, kerjasama, dan optimis. Yang akan saya lakukan setelah ini, saya merasa lebih dapat bekerja sama dengan orang lain, sehingga saya berniat untuk berani bergaul dengan orang baru agar dapat melakukannya secara bersama- sama”. Melalui tulisan reflektif, banyak pandangan atau ide baru yang dimunculkan siswa setelah mengikuti bimbingan. Semua siswa semakin menyadari apa yang menjadi kekurangan dan kelebihannya. Siswa juga mampu merefleksikan bagaimana proaktivitas mereka selama ini, dan dari situ siswa membuat niat dan komitmen untuk bertindak lebih proaktif dengan mengetahui tindakan-tindakan praktis yang menumbuhkan karakter proaktif itu sendiri.

5. Efektivitas Implementasi Pendidikan Karakter Proaktif Berbasis

Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning menurut Penilaian Siswa Kelas VIII SMP N 1 Kejajar, Wonosobo Tahun 20152016. Layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning juga mendapat penilaian langsung dari siswa. Hasil dari penilaian siswa ini menunjukkan hasil yang sangat baik, sebagian besar siswa merasa gembira dan mendapat hal baru melalui layanan bimbingan ini. 110 Model ini juga membuat siswa lebih menyadari potensi yang di miliki serta menumbuhkan keberanian untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat. Pemberian materi dirancang dengan memperhatikan tugas perkembangan peserta didik sehingga memungkinkan peserta didik mudah menerima materi yang disampaikan peneliti. Dinamika kelompok yang memberi kesempatan bagi siswa untuk lebih mengeksplor potensi dirinya juga menjadi daya tarik tersendiri bagi siswa untuk terlibat secara aktif. Beberapa siswa masih terlihat pasif dalam mengikuti layanan bimbingan di beberapa sesi, belum berani tampil, namun peneliti selalu memberikan dorongan berupa pertanyaan langsung pada siswa dengan menunjuk siswa secara langsung. Hal ini membuat siswa yang tadinya sama sekali tidak berani menjadi berani. Hingga akhir sesi layanan bimbingan masih ada enam siswa yang takut salah dalam melakukan permainan, tiga siswa masih merasa malu dalam permainan kelompok dan satu siswa merasa capeklelahbosan dalam mengikuti semua kegiatan. Pernyataan negatif ini, peneliti beri shading berwarna kuning. Skor rendah dalam pernyataan negatif diartikan baik, artinya lebih dari 60 siswa memiliki rasa percaya diri dan antusias dalam mengikuti layanan bimbingan. Hasil yang sangat baik terlihat pada tabel 4.3 peneliti beri shading berwarna hijau yang menunjukkan semua siswa memiliki rasa tanggung jawab dan peduli dengan teman lainnya selama mengikuti bimbingan. Ada 4 aspek penilaian, seluruh siswa 100 menilai bahwa implementasi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111 model ini efektif untuk meningkatkan siswa menangkap materi, menumbuhkan rasa bertanggung jawab, menghargai teman, dan membangun kepeduliankesetiakawanan. Sebagian besar siswa mampu menjadi partisipan yang baik sehingga proses layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning berjalan dengan lancar. Hal-hal di atas juga tak lepas dari pendekatan belajar yang menarik dan tentunya berbeda dari cara penyampaian materi dari guru mata pelajaran. Pendekatan yang digunakan dalam layanan bimbingan klasikal ini. Pendekatan experiential learning merupakan sebuah model holistik dari proses pembelajaran di mana manusia belajar, tumbuh dan berkembang. Penyebutan istilah experiential learning dilakukan untuk menekankan bahwa experience pengalaman berperan penting dalam proses pembelajaran dan membedakannya dari teori pembelajaran lainnya seperti teori pembelajaran kognitif ataupun behaviorisme Kolb, 1984. Dalam pendekatan experiential learning ini, pembelajar memandang kritis suatu kegiatan dan mendapatkan pemahaman serta menuangkannya dalam bentuk lisan atau tulisan sesuai dengan tujuan pembelajaran Isah Cahyani, 2001. Siswa menjadi lebih memahami materi yang disampaikan dengan terlibat langsung dan mengalami sendiri sesuatu hal yang berkaitan dengan topik bimbingan. Hal ini juga yang memunculkan nilai dan ide baru dari dalam diri siswa. Sesuai dengan tujuan dari penyelenggaraan bimbingan klasikal yaitu mampu mengatur kehidupan sendiri, memiliki pandangan sendiri dan 112 tidak sekedar membebek pendapat orang lain, mengambil sikap sendiri, berani menanggung sendiri efek serta konsekuensi dari tindakan- tindakannya. Hasil penilaian siswa ini juga turut membuktikan bahwa implementasi design ini menunjukkan bahwa siswa memahami dan menunjukkan sikap yang telah disebutkan di atas. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memaparkan kesimpulan dan saran terhadap hasil penelitian.

A. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Terdapat peningkatan skor karakter proaktif siswa sebelum mendapatkan pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning senilai 60,5 dan sesudah mendapatkan pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning senilai 61,9. 2. Terjadi peningkatan skor karakter proaktif siswa per sesi pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning. 3. Karakter proaktif siswa kelas VIII D SMP N 1 Kejajar Wonosobo tahun ajaran 2015-2016 mengalami peningkatan pada setiap siklus, meskipun terdapat peningkatan skor karakter pretest dan posttest, namun peningkatan tersebut tidak signifikan 4. Profil capaian nilai karakter proaktif siswa kelas VIII D SMP N 1 Kejajar, Wonosobo Tahun Ajaran 20152016 per sesi layanan bimbingan mengalami peningkatan tetapi tidak signifikan. 5. Siswa kelas VIII D SMP N 1 Kejajar, Wonosobo tahun ajaran 20152016 menilai bahwa implementasi pendidikan karakter proaktif berbasis layanan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI