103
3. Signifikansi  Implementasi  Pendidikan  Karakter  Proaktif  Berbasis
Layanan  Bimbingan  Klasikal  dengan  Pendekatan  Experiential Learning  Siswa  Kelas  VIII  SMP  N  1  Kejajar,  Wonosobo  Tahun
20152016.
Hasil perhitungan menujukkan pemberian layanan bimbingan tidak signifikan. Peningkatan karakter proaktif tidak signifikan pada siswa-siswi
kelas  VIII  D  SMP  N  1  Kejajar,  Wonosobo.  Pendekatan  experiential learning  yang  digunakan  dalam  layanan  bimbingan  dengan  merancang
berbagai permainan yang sesuai dengan topik bimbingan, mungkin dalam pelaksanaannya  kurang  optimal.  Topik  bimbingan  yang  digunakan  ada
tiga  yaitu Aku Percaya  Diri, Berani  Bertanya pada Guru Siapa takut, dan Aku Pribadi Proaktif. Masing-masing topik diberikan dinamika kelompok
yang  berbeda-beda.  Dinamika  kelompok  yang  disusun  peneliti  sangat menentukan kedalaman siswa dalam memahami topik bimbingan, terlebih
sebagai  wadah  bagi  siswa  untuk  mendapatkan  pandangan  dan  nilai-nilai baru melalui aktivitas secara langsung. Dinamika kelompok yang disusun
peneliti  mungkin  menjadi  salah  satu  faktor  tidak  efektifnya  layanan bimbingan  tersebut  sehingga  pelaksanaan  experiential  learning  juga
kurang  optimal.  Experiential    learning  adalah  sebuah  pendekatan  dalam penyelenggaraan  bimbingan  kelompok    dengan  menggunakan  dinamika
kelompok  yang  efektif.  Suatu  dinamika  kelompok  dikatakan  efektif apabila dapat menghadirkan suasana kejiwaan yang sehat diantara peserta
kegiatan,  meningkatkan  spontanitas,  munculnya  perasaan  positif  senang, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
gembira, rileks, dan bangga, meningkatkan minat atau gairah untuk lebih terlibat  dalam  proses  kegiatan,  memungkinkan  terjadinya  katarsis,  serta
meningkatnya pengetahuan dan keterampilan sosial Prayitno, dkk. Di  samping  itu,  mungkin  ada  tahapan  yang  peneliti  belum
laksanakan  dalam  prosesnya.Adapun  proses  dari  pendekatan  experiential learnig  yaitu;  Concrete  Experience,  siswa  melibatkan  diri  sepenuhnya
dalam pengalaman baru. Reflective Observation, siswa mengobservasi dan merefleksikan  atau  memikirkan  pengalamannya  dari  berbagai  segi.
Abstract Conceptualisation,
siswa menciptakan
konsep yang
mengintegrasikan  observasinya  menjadi  teori  yang  sehat.  Active Experimentation,  siswa  menggunakan  teori  tersebut  untuk  memecahkan
masalah dan mengambil keputusan. Tiga  topik  bimbingan  yang  diberikan  kemungkinan  juga  kurang
berkesinambungan  atau  tumpang  tindih,  sehingga  menjadi  salah  satu faktor  tidak  efektifnya  layanan  bimbingan  tersebut.  Dilihat  dari  aspek-
aspek  yang  membangun  instrumen  karakter  proaktif,    aspek  tidak menyalahkan  orang  lain  dan  aspek  memilih  berdasarkan  nilai-nilai  hidup
memperoleh  hasil  yang  positif,  artinya  aspek-aspek  tersebut  hendaknya dipertahankan  dan  dapat  digunakan  untuk  penelitian  berikutnya.
Sedangkan  pada  aspek  berani  mengambil  keputusan  yang  merupakan bagian  dari  karakter  proaktif  masih  perlu  terus  menerus  dikembangkan
karena  tergolong  rendah.  Capaian  skor  yang  rendah  ini  diduga  bahwa aspek-aspek yang ada pada instrumen kurang mewakili karakter proaktif.
105
4. Signifikansi  Implementasi  Pendidikan  Karakter  Proaktif  Berbasis