1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi istilah.
A. Latar Belakang Masalah
Karakter  proaktif  adalah  salah  satu  karakter  yang  beberapa aspeknya  termuat  dalam  18  butir  karakter,  yang  tertulis  dalam  Panduan
Pendidikan Karakter di SMP Kemendiknas, 2011. Karakter proaktif ialah karakter yang selalu memiliki visi ke depan, fokus akan hal-hal yang bisa
dikendalikan  untuk  meningkatkan  kualitas  hidup  seseorang.  Beberapa Karakter  proaktif  cenderung  mengarah  pada  tindakan  yang  positif,  selalu
mengedepankan nilai sebelum perasaan. Seseorang yang memiliki karakter proaktif  tidak  mudah  terpengaruh  oleh  lingkungan,  ia  memiliki
kemandirian  dalam  memutuskan  sesuatu  dan  bertanggung  jawab  penuh atas  pilihan  yang  diambil.  Orang  proaktif  juga  memiliki  inisiatif  untuk
melakukan  sesuatu  yang  lebih  efektif  dalam  hidupnya  tanpa  merugikan diri sendiri ataupun orang lain.
Konsep  tentang  seorang  manusia  yang  berorientasi  pada  masa depan,  menurut  Andersen  1993  mengandung  makna  bahwa  seseorang
memiliki  tujuan,  sadar  akan  tujuan  itu,  dan  bersifat  antisipatif  dalam berpikir dan bertindak.  Berdasarkan konsep Andersen, dapat disimpulkan
bahwa  perilaku  yang  beroerientasi  pada  masa  depan  memiliki  persamaan dengan  salah  satu  konsep  perilaku  proaktif  yaitu  kemampuan  dalam
2
mengambil inisiatif.
Kemampuan dalam
mengambil inisiatif
yangdimaksudkan  Covey  2002:61  sebagai  salah  satu  aspek  perilaku proaktif  yang  bermakna  sebagai  kemampuan  berbuat  sesuatu  tanpa  harus
menunggu  sesuatu  itu  terjadi  lebih  dahulu  atau  tanpa  harus  dipengaruhi oleh  orang  lain.  Manusia  membuat  pilihan-pilihan  keputusannya  secara
sadar  berdasarkan  nilai-nilai.  Dengan  demikian,  dirinyalah  yang bertanggung  jawab  secara  penuh  terhadap  segala  konsekuensi  dan  resiko
yang  mungkin  timbul.  Disinilah  letak  tanggung  jawab  individu  diantara kebebasan  yang  dimiliki  yang  juga  merupakan  salah  satu  aspek  perilaku
proaktif. Hasil  wawancara  bersama  guru  BK  SMP  N  1  Kejajar  Wonosobo,
Bapak  Diyono,  karakter  proaktif  secara  tidak  langsung  telah  ditanamkan kepada  siswa  melalui  proses  belajar  mengajar.  Seperti  halnya  siswa
berinisiatif  untuk  bertanya  kepada  guru  tentang  hal  yang  belum  mereka mengerti,  memanggil  guru  ke  kantor  bila  belum  masuk  kelas  pada  jam
pelajaran,  dan  melaporkan  siswa  yang  melanggar  peraturan  di  sekolah. Melalui bimbingan klasikal yang dilakukan guru BK, siswa juga didorong
dan  diarahkan  menjadi    proaktif  dalam  melakukan  atau  memutuskan sesuatu di sekolah maupun di luar sekolah.
Namun  demikian,  masih  sering  terjadi  kasus-kasus  yang  kurang bertanggung  jawab  dan  merugikan  siswa  seperti  merokok  di  lingkungan
sekolah,  membolos,  serta  berkelahi.  Selain  itu  kebingungan  siswa  dalam melanjutkan  jenjang  pendidikan  ke  SMA  juga  menjadi  hal  menghambat
3
langkah siswa dalam memutuskan masa depannya. Siswa cenderung pasif dalam  menggali  informasi  terkait  dengan  sekolah-sekolah  yang  ingin
mereka  masuki.  Kasus-kasus  ini  menjadi  tugas  para  pendidik  untuk mendampingi dan mengarahkan para siswa ke hal yang lebih baik sebagai
seorang pelajar. Latar  belakang  keluarga  dan  lingkungan  sangat  berperan  dalam
pembentukan  karakter  proaktif  siswa.  Seperti  diketahui  sebagian  besar para  siswa  berasal  dari  keluarga  petani  yang  tinggal  di  dataran  tinggi,
daerah  pegunungan  dengan  udara  yang  cukup  dingin  sehingga  merokok sudah menjadi kebiasaan di rumah. Kebiasaan tersebut terbawa hingga di
lingkungan  sekolah,  para  siswa  sering  membawa  rokok  dan  merokok  di sekolah  secara  diam-diam  dengan  memilih  tempat  yang  sekiranya  tidak
dilihat  oleh  guru.    Siswa  belum  mampu  untuk  menempatkan  kebiasaan dirinya pada lingkungan yang mereka tempati, selain itu siswa juga belum
menyadari bahwa kebiasaan merokok adalah kebiasaan yang tidak baik. Membolos  juga  menjadi  salah  satu  kasus  yang  hingga  saat  ini  masih
sering  terjadi,  banyak  siswa  membawa  sepeda  motor  ke  sekolah  dan titipkan di  tempat  sekitar sekolah, pihak sekolah tidak mengijinkan siswa
membawa motor, namun karena jarak rumah dan sekolah yang cukup jauh dan  tidak  ada  transportasi  umum  maka  siswa  tetap  membawa  sepeda
motor.  Hal  tersebut  juga  menjadi  sarana  siswa  untuk  membolos  saat  jam pelajaran.  Berkelahi  adalah  kasus  yang  sering  terjadi  di  sekolah.
Kurangnya kemampuan mengendalikan emosi, membuat siswa mengambil PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
keputusan  tanpa  mempertimbangkan  baik  buruknya  serta  nilai-nilai  yang ada dalam masyarakat.
Pelaksanaan  bimbingan  konseling  di  SMP  N  1  Kejajar  Wonosobo  ini juga masih sangat  kurang. Keterbatasan waktu  BK masuk kelas dan  guru
BK  yang  bukan  lulusan  BK  membuat  siswa  salah  kaprah  dalam memahami  fungsi  BK.  Terlebih  dalam  penanaman  pendidikan  karakter
yang  sejatinya  menjadi  landasan  untuk  hidup  sesuai  dengan  nilai-nilai yang  berlaku  dalam  masyarakat,  juga  belum  terimplementasikan  dengan
baik. Peran guru BK di sini masih belum maksimal sehingga siswa kurang mendapat  pendampingan  salah  satunya  penanaman  pendidikan  karakter
proaktif. Karakter  merupakan  sifat  alami  seseorang  dalam  merespon  situasi
secara bermoral,  yang diwujudkan dalam tindakan nyata melalui perilaku baik, jujur, bertanggung jawab, hormat terhadap orang lain, dan nilai-nilai
mulia lainnya Hermino, 2014: 159. Karakter menjadi fondasi dari segala bentuk keberhasilan seseorang. Pendidikan karakter tidak hanya berkaitan
dengan benar dan salah, namun mempunyai makna yang lebih tinggi yaitu bagaimana  menanamkan  kebiasaan  habbit  tentang  hal-hal  yang  baik
dalam  kehidupan,  sehingga  peserta  didik  memiliki  kesadaran,  dan pemahaman  yang  tinggi,  serta  kepedulian  dan  komitmen  untuk
menerapkan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan  karakter  menjadi  salah  satu  tujuan  pendidikan  di
Indonesia.  Pada  jenjang  pendidikan  SMP,  pengembangan  pendidikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
karakter  ditangani  oleh  Direktorat  Pembinaan  SMP  Kemdiknas PanduanPendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama,  Direktorat
Pembinaan  SMP,  2010.  Implementasi    pendidikan  karakter  di  SMP diharapkan  agar  siswa  mampu  meningkatkan  dan  menggunakan
pengetahuannya,  mengkaji  dan  menginternalisasi,  serta  mempersonalisasi nilai-nilai  karakter  dan  akhlak  mulia  sehingga  terwujud  dalam  perilaku
sehari-hari.  Permasalahannya  adalah,  pendidikan  karakter  di  sekolah, khususnya  di  SMP  di  seluruh  tanah  air  selama  ini  baru  menyentuh  pada
tingkatan  pengenalan  norma  atau  nilai-nilai,  dan  belum  pada  tingkatan internalisasi  dan  tindakan  nyata  dalam  kehidupan  sehari-hari  Suyanto,
2011. Lickona Samani, M.  Haryanto, 2013:44 mendefinisikan pendidikan
karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami,  peduli,  dan  bertindak  dengan  landasan  inti  nilai-nilai  etis.
Pendidikan  karakter  dimaknai  sebagai  pendidikan  yang  mengembangkan nilai-nilai  karakter  peserta  didik  sehingga  mereka  memiliki  nilai  dan
karakter  dalam  diri,  yang  dapat  diterapkan  dalam  kehidupan  sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang religius, nasionalis, dan kreatif
Zubaedi,  2012:17-18.  Sunaryo  berpendapat  bahwa  pendidikan  karakter menyangkut  bakat  potensi  dasar  alami,  harkat  derajat  melalui
penguasaan  ilmu  dan  teknologi,  dan  martabat  harga  diri  melalui  etika dan  moral.  Khusus  dalam  penelitian  ini  peneliti  lebih  menekankan  pada
peningkatan karakter proaktif dengan pendekatan Experiental Learning. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Experiential    learning  adalah  sebuah  pendekatan  dalam penyelenggaraan  bimbingan  kelompok    dengan  menggunakan  dinamika
kelompok  yang  efektif.  Suatu  dinamika  kelompok  dikatakan  efektif apabila dapat menghadirkan suasana kejiwaan yang sehat diantara peserta
kegiatan,  meningkatkan  spontanitas,  munculnya  perasaan  positif  senang, gembira, rileks, dan bangga, meningkatkan minat atau gairah untuk lebih
terlibat  dalam  proses  kegiatan,  memungkinkan  terjadinya  katarsis,  serta meningkatnya  pengetahuan  dan  keterampilan  sosial  Prayitno,  dkk.
Melalui pendekatan experiential  learning, peneliti mengajak siswa untuk mengalami secara langsung nilai karakter yang akan ditanamkan sehingga
siswa  memperoleh  pengalaman  dan  mampu  memahami  serta  memaknai apa  yang  telah  dialami.  Hingga  mampu  merefleksikan  dan  membuat  niat
untuk menanamkan sikap proaktif dalam kehidupan sehari-hari. Direktorat  Jendral  Peningkatan  Mutu  Pendidikan  dan  Tenaga
Kependidikan Dapartemen
Pendidikan Nasional
2007:40, mengemukakan  layanan  bimbingan  klasikal  adalah  salah  satu  pelayanan
dasar bimbingan yang dirancang untuk melakukan kontak langsung antara konselor  dengan  para  peserta  didik  dikelas  secara  terjadwal,  konselor
memberikan  pelayanan  bimbingan  ini  kepada  peserta  didik.  Layanan Bimbingan  Klasikal  menjadi  satu  cara  peneliti  untuk  berdinamika  secara
langsung  dengan  peserta  didik.  Hal  ini  memungkinkan  peneliti  untuk menerapkan  pendekatan    experiential    learning  secara  lebih  optimal.
Layanan  Bimbingan  Klasikal  yang  diperoleh  siswa  selama  ini  terbatas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
hanya  sampai  pada  pendekatan  ceramah  yang  menjadikan  peserta  didik kurang memahami dan mendalami topik bimbingan.
Berdasarkan  keadaan  dan  paparan  di  atas,  maka  peneliti  tertarik dan  tergerak  hati  untuk  mengangkat  judul    “Efektivitas  Implementasi
Pendidikan  Karakter  Berbasis  Layanan  Bimbingan  Klasikal  dengan Pendekatan Experiential  Learning untuk Meningkatkan Karakter Proaktif
pada Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 1 Kejajar Wonosobo Tahun Ajaran 20152016” dalam penelitian ini.
B. Identifikasi Masalah