Kajian Pustaka KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

10

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Kurikulum a. Pengertian Kurikulum Pengertian kurikulum berasal dari bahasa Latin curir yaitu pelari, dan curere yang artinya tempat berlari. Secara etimologis adalah tempat berlari. Kurikulum merupakan sesuatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari mulai dari garis awal sampai akhir. Dalam dunia pendidikan pengertian kurikulum adalah sebagai rencana dan pengaturan tentang sejumlah mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik dalam menempuh pendidikan di lembaga pendidikan Imas Kurniasih, 2014: 3. Menurut Madjid 2014, kurikulum merupakan program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan sekolah bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya sesuai dengan tujuan yang ditetapkannya Madjid, 2014: 1. Beberapa ahli yang memperkuat pandangan tentang kurikulum di antaranya: 1. Menurut J. Galen Saylor dan William M. Alexander dalam buku Curriculum Planning for Better Teaching and Learning menjelaskan arti kurikulum sebagai berikut, “ The Curriculum is the sum total of school’s efforts to influence learning whether in the classroom, on the playground, or out of school. ”Jadi segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, apakah dalam ruangan kelas, di halaman sekolah atau di luar sekolah termasuk kurikulum. Kurikulum meliputi juga apa yang disebut kegiatan ekstrakurikuler Hendyat dan Wasty, 1986: 13. 2. Menurut Harold B. Albertycs, dalam Reorganizing the High School Curriculum memandang kurikulum sebagai, “ all of the activities that are provided for students by the school .” Seperti halnya dengan definisi Saylor dan Alexander, kurikulum tidak terbatas pada mata pelajaran, akan tetapi juga meliputi kegiatan – kegiatan lain, di dalam dan di luar kelas, yang berada di bawah tanggung jawab sekolah Nasution, 2006: 5. 3. Menurut B. Othanel Smith W. O. Stanley dan J. Harlan Shores memandang kurikulum sebagai “ a sequence of potential experiences set up in the school for the purpose of disciplining children and youth in group Nasution, 2006: 5. Berdasarkan dari pendapat-pendapat di atas senada dengan pengertian kurikulum menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 butir 19 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengetahuan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu Imas Kurniasih, 2014: 3. Kurikulum secara garis besar mempunyai tiga konsep Sukmadinata, 2013: 27, yaitu: kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai sistem dan kurikulum sebagai bidang studi. Kurikulum sebagai substansi adalah kurikulum dipandang sebagai rencana pendidikan di sekolah atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum digambarkan sebagai dokumen tertulis yang berisi tentang rumusan tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi yang telah disepakati dan disetujui bersama oleh para penyusun kurikulum dan pemangku kebijaksanaan dengan masyarakat. Kurikulum sebagai sistem adalah sistem kurikulum yang merupakan bagian dari sistem sekolah, sistem pendidikan, dan sistem masyarakat. Hasil dari sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum. Kurikulum sebagai sistem mempunyai fungsi bagaimana cara memelihara kurikulum agar tetap berjalan dinamis. Kurikulum sebagai suatu bidang studi berfungsi sebagai suatu disiplin yang dikaji di lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi. Tujuan kurikulum sebagai suatu bidang studi adalah untuk mengembangkan ilmu kurikulum dan sistem kurikulum. Secara umum, kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan. Dari uraian di atas kurikulum disimpulkan sebagai sesuatu yang direncanakan sebagai pedoman yang dapat memberikan pengaruh kepada anak untuk mencapai tujuan persekolahannya. b. Fungsi Kurikulum Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan tentang definisi kurikulum yang telah diuraikan sebelumnya. Berdasarkan definisi tersebut, terdapat empat fungsi kurikulum Reksoatmodjo, 2010: 4, yaitu: 1 Kurikulum sebagai rencana. Kegiatan sebagai rencana kegiatan belajar mengajar dikembangkan berdasarkan suatu tujuan yang ingin dicapai Taba, 1962:11. 2 Kurikulum sebagai pengaturan. Pengaturan dalam kurikulum dapat diartikan sebagai pengorganisasian materi pembelajaran pada arah horizontal ruang lingkup dan integrasi dan vertikal urutan dan kontinuitas. 3 Kurikulum sebagai cara. Pengorganisasian kurikulum mengisyaratkan penggunaan metode pembelajaran yang efektif berdasarkan konteks pembelajaran. Pemilihan metode mengajar erat hubungannya dengan sifat materi pelajaran atau pratikum dan tingkat penguasaan yang ingin dicapai. 4 Kurikulum sebagai pedoman. Sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran harus, kurikulum memiliki kejelasan tentang gagasan-gagasan dan tujuan yang hendak dicapai melalui penerapan kurikulum. c. Pengembangan Kurikulum Ada dua prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum Sukmadinata, 2013: 150 yaitu prinsip umum dan prinsip khusus. Beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum adalah: 1 prinsip relevansi, 2 prinsip fleksibilitas, 3 prinsip kontinuitas, 4 prinsip praktis, dan 5 prinsip efektivitas. Sedangkan prinsip khusus adalah: 1 prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, 2 prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, 3 prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, 4 prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran, serta 5 prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian. d. Perkembangan Kurikulum di Indonesia Kurikulum yang diterapkan di Indonesia sudah mengalami beberapa pergantian atau pengembangan. Perubahan kurikulum dikelompokan berdasarkan tiga kelompok kurikulum Imas Kurniasih, 2014: 10 yaitu rencana pelajaran, kurikulum berbasis tujuan, dan kurikulum berorientasi kompetensi. 1 Kurikulum Rencana Pembelajaran 1947-1968 Dari rentang waktu 1947-1968 telah terjadi beberapa pergantian kurikulum, di antaranya adalah: a Kurikulum Tahun 1947 Rencana Pembelajaran 1947 Rencana pembelajaran 1947 merupakan pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Kurikulum ini memiliki tujuan yang tidak hanya menekankan pada pendidikan pikiran, tetapi yang diutamakan adalah pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Dalam kurikulum 1947 terdapat dua hal pokok yaitu: 1 Daftar mata pelajaran dan jam pelajarannya, 2 Garis – garis besar pengajaran. Rencana pembelajaran 1947 baru dilaksanakan oleh sekolah-sekolah pada tahun 1950. b Kurikulum 1952 Rencana Pembelajaran Terurai Pada tahun ini Menteri P dan K, yang dijabat oleh Mr. Soewandi, melakukan usaha untuk mengubah sistem pendidikan dan pengajaran. Kemudian, Menteri P dan K membentuk Panitia Penyelidik Pengajaran dalam rangka mengubah sistem pendidikan kolonial ke dalam sistem pendidikan nasional. Hasil kerja panitia tersebut adalah terkait kurikulum rencana pembelajaran pada setiap tingkat pendidikan harus mempertahankan hal-hal sebagai berikut Depdikbud 1979:108: 1 Pendidikan pikiran harus dikurangi, 2 Isi pelajaran harus dihubungkan terhadap kesenian, 3 Pendidikan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI watak, 4 Pendidikan jasmani, dan 5 Kewarganegaraan dan masyarakat Setelah Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran Nomor 4 Tahun 1950 dikeluarkan, lahirlah beberapa hal penting: 1 Kurikulum pendidikan rendah ditujukan untuk menyiapkan anak memiliki dasar – dasar pengetahuan, kecakupan, dan ketangkasan baik lahir maupun batin serta mengembangkan bakat dan kesukaannya. 2 Kurikulum pendidikan menengah ditujukan untuk menyiapkan pelajar ke pendidikan tinggi serta mendidik tenaga ahli dalam berbagai lapangan khusus sesuai dengan bakat masing-masing dan kebutuhan masyarakat. 3 Kurikulum pendidikan tinggi ditujukan untuk menyiapkan pelajar agar dapat menjadi pimpinan dalam masyarakat, dan dapat memelihara kemajuan ilmu, dan kemajuan hidup kemasyarakatan. c Rencana Pembelajaran 1964 Rencana Pendidikan 1964 melahirkan kurikulum yang menitikberatkan pada pengembangan daya cipta, rasa, karya dan moral. Rencana pendidikan tersebut dikenal dengan istilah Pancawardhana, karena terdiri dari lima kelompok bidang studi, yaitu kelompok perkembangan moral, kecerdasan, emosional atau artistik, keterampilan dan jasmaniah. Pada saat itu pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis, yang disesuaikan dengan perkembangan anak. d Kurikulum 1968 Pada kurikulum ini lebih menitikberatkan pada peningkatan mental-moral budi pekerti dan memperkuat keyakinan beragama, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, membina atau mengembangkan fisik yang kuat dan sehat. Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum 1964. Pembaharuan pada kurikulum 1968 mencakup pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar dan kecakupan khusus. Dilihat dari segi tujuan pendidikan, kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: 1 Kelompok pembinaan pancasila, 2 Pengetahuan dasar, dan 3 Kecakapan khusus dengan total jumlah pelajaranya sembilan. e Kurikulum Berorentasi Pancapaian Tujuan 1975-1994 Dari rentang waktu 1975-1994 telah terjadi beberapa pergantian kurikulum, di antaranya adalah: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1 Kurikulum 1975 Pada kurikulum inilah untuk pertama kalinya terlihat dengan jelas tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan tersebut dijabarkan ke dalam tujuan-tujuan yang ingin dicapai seperti tujuan intruksional umum, tujuan intruksional khusus dan berbagai rincian lainnya sehingga jelas apa yang akan dicapai melalui kurikulum tersebut. Kurikulum 1975 dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah yang secara umum mengharapkan lulusannya: a Memiliki sifat-sifat dasar sebagai negara yang baik, b Sehat jasmani, dan rohani, c Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar, yang diperlukan untuk melanjutkan pelajaran, d Bekerja di masyarakat, e Mengembangkan didri sesuai asas lingkungan hidup. 2 Kurikulum 1984 Pada dasarnya materi pada kurikulum 1984 ini tidak banyak berbeda dengan materi kurikulum 1975, yang berbeda adalah organisasi pelaksanaannya saja, sehingga dengan demikian kurikulum 1984 dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan bahan-bahan dan buku-buku yang telah ada sebelumnya. Semua pendekatan dalam proses PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pembelajaran pada kurikulum sekolah dasar 1984 diarahkan guna membentuk keterampilan murid. Hal yang menonjol dalam pelaksanaan kurikulum ini adalah adanya cara belajar siswa aktif CBSA dan sistem spiral. Di sini siswa akan lebih dilibatkan dalam pengembangan proses belajar mengajar. Meski sistem instruksional masih tetap dipertahankan namun siswa diberi kebebasan untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu, ada pula sistem spiral yang setiap jenjang pendidikan mata pelajaran akan berbeda dari segi kedalaman materi. Semakin tinggi jenjang pendidikannya, maka materi yang diberikan akan semakin dalam dan detail. 3 Kurikulum 1994 Dengan lahirnya Undang-Undang Pokok Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum 1984 disempurnakan kembali lewat kurikulum 1994. Pelaksanaan kurikulum 1994 dimulai pada tahun 19941995 dan diterapkan pada kelas 1 dan 4 SD, kelas 1 SMP, dan kelas 1 SMA . Dengan demikian, di dalam jangka waktu 10 tahun seluruh Kurikulum 1994 telah dilaksanakan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI f Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK 2004 Kurikulum 1994 digantikan oleh Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK, seiring pergantian kekuasaan. Kurukulum ini mengharapkan agar siswa yang mengikuti pendidkan di sekolah memmilki kompetensi yang diinginkan karena konsentrasi kompetensi adalah pada perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, nilai serta sikap yang ditunjukkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK mencakup beberapa kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa. Kegiatan pembelajaran diarahkan untuk membantu siswa mengusai kompetensi-kompetensi agar tujuan pembelajaran tercapai. g Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan KTSP ini disusun untuk menjalankan amanah yang tercantum dalam Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Muslich 2009:1. Guru memiliki otoritas dalam mengembangakan kurikulum secara bebas dengan memperhatikan karakteristik siswa dan lingkungan di sekolah masing-masing. h Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik secara seimbang. Terdapat empat aspek yang menjadi fokus dalam rencana implementasi dan keterlaksanaan Kurikulum 2013: 1 Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar yang menyangkut metodolgi pembelajaran yang nilainya pada pelaksanaan uji kompetensi baru mencapai rata-rata 46,66. 2 Kompetensi akademik dimana guru harus menguasai metode penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa. 3 Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar tidak bertindak asosial kepada siswa dan sederajat lainnya. 4 Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena guru sebagai seorang yang akan digugu dan ditiru siswa. i Kurikulum 2013 Edisi Revisi Menurut Anbarini 2016, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah melakukan perbaikan terhadap Kurikulum 2013. Setiap perbaikan dan pengembangan yang dilakukan pemerintah terhadap kurikulum dari waktu ke waktu bertujuan untuk menghasilkan generasi yang memiliki tiga kompetensi, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Beberapa perbaikan yang dilakukan oleh Kemmendikbud di antaranya: 1 Penataan Kompetensi Sikap Spiritual dan Sikap Sosial pada Semua Pelajaran. Sebelum adanya perbaikan kurikulum, guru setiap mata pelajaran diberi beban formal untuk melakukan pembelajaran dan penilaian terhadap kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial siswa. Guru mata pelajaran Pendidikan Agama-Budi Pekerti dan mata pelajaran PPKn, pembelajaran sikap spiritual dan sosial dilaksanakan melalui pembelajaran langsung dan tidak langsung. Selain kedua guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama- Budi Pekerti dan mata pelajaran PPKn, pembelajaran sikap spiritual dan sosial dilaksanakan melalui pembelajaran tidak langsung. 2 Koherensi KI-KD dan penyelarasan dokumen. Perbaikan dilakukan dengan memperbaiki dokumen Kompetensi Inti KI dan Kompetensi Dasar KD, silabus, serta buku teks pelajaran. Perbaikan tersebut berdasarkan masukan-masukan yang diberikan masyarakat, seperti guru, pegiat pendidikan, praktisi, pemerhati pendidikan, serta masyarakat umum. 3 Pemberian Ruang Kreatif Kepada Guru dalam Mengimplementasikan Kurikulum. Pemberian ruang kreatif itu membuat guru memiliki otonomi dalam proses pembelajaran sehingga mendorong pembelajaran yang aktif. Perbaikan itu juga menekankan bahwa pendekatan saintifik bukan satu-satunya pendekatan dalam pembelajaran. Guru memiliki keleluasaan dalam mengembangkan pengalaman belajarnya bagi peserta didik. 4 Penataan Kompetensi yang Tidak Dibatasi oleh Pemenggalan Taksonomi Proses Berpikir. Kompetensi Dasar KD pada kurikulum 2013 yang telah direvisi tidak dibatasi oleh tingkatan taksonomi pada jenjang pendidikan dasar dan menengah supaya terlihat bahwa dalam jenjang pendidikan tersebut siswa mampu membangun kemampuan berpikir tinggi High Orded Thinking Skill dengan berbagai kategori pengetahuan. e. Implementasi Kurikulum 2013 1 Pengertian Implementasi Menurut Arifin 2015, Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement yang berarti mengimplementasikan. Implementasi merupakan penyediaan sarana untuk melaksanakan sesuatu yang menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu. Pengertian implementasi juga dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu: a Menurut Cleaves oleh Wahab 2008;187, secara tegas menyebutkan bahwa implementasi itu mencakup proses bergerak menuju tujuan kebijakan dengan cara langkah administratif dan politik. b Menurut Van Meter dan Van Horn dalam Wahab, 2008: 65 Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individupejabat-pejabat atau kelompok- kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Secara umum, implementasi adalah suatu yang dijalankan berdasarkan kebijakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 2 Implementasi Standar Proses Pembelajaran Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 mengatur tentang Standar Proses pada Kurikulum 2013 edisi revisi. Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, selanjutnya disebut Standar Proses Pembelajaran, merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar menengah untuk mencapai kompetensi lulusan. Peraturan ini menjelaskan bahwa proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu, setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, pengelolaan kelas dan laboratorium, penilaian proses dan hasil pembelajaran, serta pengawasan proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Sebelum Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran ini diberlakukan, standar proses pendidikan di Indonesia menganut sistematika yang dijelaskan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Namun pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku hal ini dijelaskan dalam Pasal 2 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Seiring dengan diberlakukannya Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses antara lain: 1 Pengalaman Mengajar Guru, 2 Ketersediaan Sumber Belajar Guru, dan 3 Frekuensi Mengakses Internet. 2. Pengalaman Mengajar Guru Pengalaman adalah sesuatu yang sudah dialami dalam kurun waktu yang lama. Menurut Achmad Sugandi Achmad Sugandi, 2004: 7, mengajar adalah seperangkat peristiwa events yang mempengaruhi siswa belajar sedemikian rupa sehingga siswa belajar itu memperoleh kemudahan. Ketika guru memasuki dunia kerja ia pasti akan dihadapkan pada berbagai keadaan, baik yang mendukung ataupun yang dihadapi oleh guru tersebut. Tentunya akan mendorong guru untuk mencari jalan keluar penyelesaiannya. Beberapa definisi mengajar Nasution,1982: 8 : a. Mengajar adalah menanamkan pengetahuan pada anak Pada definisi a, tujuan mengajar ialah penguasaan pengetahuan oleh anak. Anak dianggap pasif. Pengajaran bersifat teacher-centered, dan gurulah yang memegang peranan utama. Sering ilmu pengetahuan kebanyakan diambil dari buku pelajaran yang tidak dihubungkan dengan realitas dalam kehidupan sehari-hari. b. Mengajar adalah menyampaikan kebudayaan bagi anak Definisi b hampir bersamaan dengan a. Dalam hal ini,anak-anak diharapkan mampu mengenal kebudayaan dari berbagai dunia dengan baik. Tetapi ada pula yang mengharapkan agar anak-anak tidak hanya menguasai kebudayaan yang ada, tetapi agar mereka juga turut membantu memperkaya kebudayaan itu dengan menciptakan kebudayaan baru menurut zaman yang senantiasa berubah itu. c. Mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses belajar Pada definisi c, mengajar itu suatu usaha dari pihak guru, yakni mengatur lingkungan, sehingga terbentuklah suasana yang sebaik- baiknya bagi anak untuk belajar. Yang belajar adalah anak itu sendiri berkat kegiatannya sendiri. Guru membimbing anak dalam belajar dengan memanfaatkan lingkungan termasuk dirinya, buku-buku, alat- alat peraga, lingkungan, sumber lain dan sebagainya. Berdasarkan definisi ini, pelajaran lebih bersifat pupil-centered, dan guru berperan sebagai “manager of learning” . Kalau kita menerima definisi c, maka kita peroleh beberapa kesimpulan: 1 Mengajar berarti membimbing aktivitas anak. Tugas guru adalah mengatur lingkungan serta membimbing aktivitas anak. Dalam mengajar, guru senantiasa harus bertanya kepada dirinya, aktivitas apakah yang dapat diberikan kepada anak, dan apakah yang dapat dikerjakan oleh anak. Oleh sebab itu, hendaknya aktivitas anak tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI hanya dari mendengarkan guru saja, tetapi juga berasal aktivitas lain yang mampu menambah keefektifan pembelajaran di kelas. 2 Mengajar berarti membimbing pengalaman anak. Pengalaman adalah interaksi dengan lingkungan. Dalam interaksi itulah anak itu belajar. Berdasarkan pengalaman yang diperoleh anak, anak-anak memperoleh pengertian-pengertian, sikap, penghargaan, kebiasaan, kecakapan dan lain-lain. Lingkungan itu jauh lebih luas dari pada hanya buku dan kata- kata guru saja. Seluruh lingkungan, alam sekitar, manusia, jabatan- jabatan, gedung-gedung, lembaga-lembaga, binatang-binatang, tanaman-tanaman, perusahaan dan sebagainya, merupakan sumber pengalaman bagi anak-anak. Pelajaran hendaknya dihubungkan dengan kehidupan anak dalam lingkungannya. 3 Mengajar berarti membantu anak berkembang dan menyesuaikan diri kepada lingkungan. Apa yang diajarkan hendaknya jangan semata-mata ditujukan kepada ujian tetapi juga digunakan untuk menambah pengetahuan. Anak-anak belajar agar bakatnya berkembang. Pelajaran sekolah hendaknya dapat berguna bagi siswa dalam: 1 mengatasi masalah-masalah dalam kehidupannya, 2 mendidik anak menyesuaikan diri dengan lingkungannya, termasuk lingkungan sosialnya, dan 3 belajar berpikir, merasa dan berbuat sesuai dengan norma-norma lingkungannya. Menurut Suyatno Suyatno, 2008: 111 pengalaman mengajar yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik tertentu sesuai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang dapat dari pemerintah, danatau kelompok manyarakat penyelenggara pendidikan. Bukti fisik dari komponen ini dapat berupa surat tugas keputusansurat keterangan yang sah dari lembaga yang berwenang. Lebih lanjut Suyatno Suyatno, 2008: 11, masa kerja atau pengalaman mengajar dihitung sejak yang bersangkutan bekerja sebagai guru baik sebagai PNS maupun non PNS. Baik guru PNS maupun non PNS perlu ada bukti fisik yang menyatakan bahwa yang bersangkutan mengajar pada sekolah tersebut. Menurut Widoyoko dalam Muhammad Rakib dkk 2016 pengalaman mengajar pada hakikatnya merupakan rangkuman dari pemahaman seseorang terhadap hal-hal yang dialami selama proses mengajar. Hal-hal yang dikuasai meliputi pengetahuan, keterampilan maupun nilai-nilai yang menyatu pada aspek pengajaran. Di dalam menekuni bidangnya, semakin lama guru dalam masa kerjanya maka guru semakin memiliki banyak pengalaman serta wawasan. Dengan pengalaman yang dimiliki oleh guru dalam mengajar, guru memiliki banyak wawasan dapat digunakan guru untuk menyiapkan pelaksanaan pembelajaran seperti yang diatur dalam setiap Permendikbud tentang proses pembelajaran. Dengan wawasan dan pengalaman yang dimiliki, guru akan membantu dirinya sendiri untuk lebih memahami implementasi Permendikbud yang baru karena kurikulum yang saat ini sering berganti. Guru yang berpengalaman lebih siap untuk menyiapkan administrasi guru PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI yang di dalamnya mencakup perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas, pengalaman mengajar guru dapat mempengaruhi kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud, semakin lama pengalaman mengajar semakin tinggi kemampuan guru untuk mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. Sebaliknya, semakin sedikit pengalaman mengajar semakin rendah kemampuan guru untuk mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. 3. Ketersediaan Sumber Belajar Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 42 ayat 1 menyatakan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan Musfah, 2011: 101. Hal tersebut merupakan penunjang kegiatan belajar mengajar. Tanpa sarana dan prasarana, proses pembelajaran di dalam kelas tidak akan berjalan dengan lancar. Sarana dan prasarana pendidikan merupakan sumber belajar bagi komunitas, sekolah, khususnya guru dan murid. Menurut Mulyasa sumber belajar atau sumber pelajaran dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dapat memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan. Sarana dan prasarana yang memadai akan sangat membantu pengembangan kompetensi dan profesionalisme guru, karena guru bisa belajar pada waktu senggangnya di tempat yang sangat dekat dengan atau di lingkungan tempat ia bekerja Musfah, 2011: 101. AECT Sitepu, 2014: 19 mendefinisikan sumber belajar adalah segala sesuatu yang digunakan oleh siswa dalam belajar baik secara terpisah maupun secara terkombinasi untuk mempermudah siswa dalam mencapai tujuan belajarnya. Sumber belajar menurut AECT dibedakan menjadi 6 enam jenis yaitu; pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar Warsita, 2008: 209. a. Pesan message adalah informasi yang akan disampaikan oleh komponen lain dalam bentuk ide, ajaran, fakta, makna, nilai dan data. Contoh; isi bidang studi yang dicantumkan dalam kurikulum pendidikan formal, dan non formal maupun dalam pendidikan informal. b. Orang adalah orang-orang yang bertindak sebagai penyimpan dan atau penyalur pesan. Contoh; guru, dosen, guru pembimbing, guru Pembina, tutor, siswa, pemain, pembicara, instruktur dan panatar. c. Bahan adalah Barang-barang lazim disebut media atau perangkat lunaksoftware yang biasanya berisi pesan untuk disampaikan dengan menggunakan peralatan. Kadang-kadang bahan itu sendiri sudah merupakan bentuk penyajian. Contoh; buku, modul, majalah, bahan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pengajaran terprogram transparansi, film, video tapel, pita audio kaset audio, filmstrip, microfiche, dan sebagainya. d. Alat adalah barang-barang lazim disebut perangkat kerashardware digunakan untuk menyampaikan pesan yang terdapat dalam bahan.Contoh; proyektor slide, proyektor filmstrip, proyektor overhead OHP, monitor televisi, monitor computer, kaset rekorder, pesawat radio, dan lain-lain. e. Sumber belajar selanjutnya adalah teknik. Dalam hal ini teknik diartikan sebagai prosedur atau langkah-langkah tertentu dalam menggunakan bahan, alat, tata tempat dan orang untuk menyampaikan pesan. Contoh; Simulasi, diskusi, ceramah, pemecahan masalah, tanya jawab dan sebagainya. f. latar merupakan lingkungan dimana pesan diterima oleh siswa. Contoh; Lingkungan fisik: gedung sekolah, perpustakaan, pusat sarana belajar, studio, museum, taman, peninggalan sejarah; lingkungan non fisik: penerangan, sirkulasi udara. Sumber belajar yang tersedia membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih baik dalam proses pembelajaran dan membantu guru menambah informasi yang akurat dan. Selain itu, sumber belajar juga dapat membantu guru untuk mencapai kompetensi lulusan. Guru yang dilengkapi dengan sumber belajar yang memadai akan sangat membantu siswa dalam proses pembelajaran maupun menggali informasi. Sumber belajar mampu digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Berdasarkan uraian diatas, sumber belajar yang semakin baik dapat mempengaruhi guru dalam profesionalitas yang dapat membantu dalam kemampuan mengimplementasikan Permendikbud. Semakin tinggi tingkat ketersediaan sumber belajar semakin tinggi kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. Sebaliknya semakin rendah tingkat ketersediaan sumber belajar, semakin rendah kemampuan guru mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. 4. Frekuensi Mengakses Internet Frekuensi KBBI, 1990 diartikan sebagai kekerapan. Selain itu frekuensi juga berarti jumlah munculnya suatu kata atau bahasa dalam suatu teks. Masih banyak arti frekuensi yang diungkapkan oleh KBBI, namun secara umumnya frekuensi dipahami sebagai kekerapan munculnya suatu hal dalam batasan tertentu. Kata akses memiliki dua arti Belani, 2011: 1 Pencapaian berkas pada disket untuk penulisan untuk atau pembacaan data. 2 Jalan masuk terusan Mengakses adalah jalan untuk mencapai atau memasuki suatu berkas. Informasi dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti penerangan, keterangan, pemberitahuan, kabar dan berita tentang sesuatu. Akses adalah kemampuan untuk mendapatkan manfaat dari sesuatu atau hak untuk memperoleh sesuatu kekuasaan Ribot dan Peluso: 2003 Kata akses merupakan kosakata dalam Bahasa Indonesia yang diserap dari Bahasa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Inggris yaitu access yang berarti jalan masuk. Akses menurut KBBI berarti jalan atau izin masuk dari suatu tempatwilayah baik yang dapat dilihat dengan mata ataupun tidak dimana kita dapat berhubungan dengan sumber daya yang ada di wilayah tersebut sesuai dengan izin yang dimiliki. Internet berasal dari kata interconection networking yang mempunyai arti hubungan komputer dengan berbagai tipe yang membentuk sistem jaringan yang mencakup seluruh dunia jaringan komputer global dengan melalui jalur telekomunikasi seperti telepon, radio link, satelit dan lainnya. Adanya internet mempermudah dalam mengakses informasi dari berbagai belahan dunia. Adapun manfaat yang didapat dari internet Hernandono, 1998: 188 sebagai berikut: 1 Mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi, seperti informasi kesehatan, rekreasi, hobi, pengembangan pribadi, rohani dan social. 2 Mendapatkan informasi untuk kehidupan professionalpekerjaan, seperti sains, teknologi, perdagangan, saham, komoditas, berita bisnis, asosiasi bisnis, dan berbagai forum komunikasi. 3 Sebagai sarana untuk kerjasama antar pribadi atau kelompok tanpa mengenal batas jarak dan waktu, batas negara, ras, kelas ekonomi, ideologi, atau faktor lain yang biasanya dapat menghambat pertukaran pikiran. 4 Sebagai sarana bisnis, termasuk iklan dan publikasi secara online, bisnis baru koneksi ke internet dan web page, alternative cetak jarak jauh, jenis layanan baru untuk pelanggan, jasa surat elektronik dan bulletin board. 5 Sebagai media komunikasi, termasuk untuk mengikuti perkembangan teknologi, menjembatani lembaga pemerintah, universitas, sekolah, laboratorium dan penelitian. 6 Sebagai penunjang pendidikan jarak jauh. 7 Sebagai sarana hiburan dan hobi. 8 Dapat menekan baiya administrasi pengiriman pesan, fax, gambar dan biaya cetak keuntungan tidak langsung 9 Dapat memperluas wawasan masyarakat. 10 Globalisasi informasi 11 Sumber data tersedia 12 Merupakan sarana diskusi global bagi para professional, peneliti, pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum. Mengakses informasi melalui internet berarti jalan atau cara untuk mencapai suatu berita atau informasi melalui suatu sistem jaringan komputer internet. Jadi, frekuensi mengakses internet yaitu seringnya guru dalam mendapatkan manfaat dan informasi dari penggunaan jaringan internet. Keberadaan internet dan segala fasilitas yang ada dapat memberikan pengetahuan baru ataupun menelusuri berbagai peraturan baru mengenai perubahan-perubahan kurikulum. Di era digitalini, banyak informasi bisa kita dapatkan dari jaringan internet karena banyak sekali informasi saat ini dipublikasikan melalui jaringan intenet. Semakin sering kita mengakses internet maka semakin banyak informasi yang bisa kita dapatkan. Begitu juga halnya dengan guru. Guru bisa memperoleh lebih banyak informasi dengan mengakses jaringan internet terhadap hal-hal baru yang sekarang banyak dipublikasikan di dalamnya. Selain itu terdapat juga penjelasan-penjelasan mengenai ulasan peraturan yang baru yang bisa kita dapatkan karena banyak guru-guru lain yang bertukar pikiran terhadap perubahan kurikulum dan peraturan menteri terbaru yang dipublikasikan melalui internet. Sehingga guru dapat mempelajari peraturan baru tersebut dengan mudah dengan mengakses informasi-informasi dari jaringan di internet. Berdasarkan uraian diatas, frekuensi mengakses internet bermanfaat bagi guru dalam memperoleh informasi tentang perubahan kurikulum dan cara mengimplementasikan Permendikbud tersebut. Semakin sering guru mengakses internet, maka semakin banyak informasi yang diperoleh sehingga semakin tinggi kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. Semakin jarang guru dalam mengakses internet, maka semakin sedikit informasi yang diperoleh sehingga semakin rendah kemampuan guru dalam mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Dokumen yang terkait

Pengaruh kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah, frekuensi mengakses internet, dan pangkat golongan guru terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 tentang Standar P

0 0 234

Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang standar proses pada

0 3 213

Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah

0 0 3

Lampiran Permendikbud Nomor 22 tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah

0 1 15

Pengaruh kemampuan teknologi informasi, pengalaman pendidikan dan pelatihan, dan frekuensi mengakses internet guru terhadap kemampuan guru mengimplementasikan PerMendikbud Nomor 23 tahun 2016 tent

0 0 277

Pengaruh pengalaman mengajar, tingkat pendidikan guru, dan kesibukan guru di dalam kegiatan sekolah terhadap kemampuan implementasi PerMendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang Standar Penilaian pada

0 4 268

Pengaruh kemampuan teknologi informasi, pengalaman diklat, dan frekuensi Mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pembelajaran Dalam Kurikulum 2013

1 1 238

Pengaruh kesibukan guru di sekolah, frekuensi mengakses internet, pangkat golongan terhadap kemampuan mengimplementasikan Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016

0 0 218

Pengaruh pengalaman mengajar guru, ketersediaan sumber belajar, dan frekuensi mengakses internet terhadap kemampuan mengimplementasikan PerMendikbud Nomor 23 tahun 2016

0 0 246

KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU MATEMATIKA SMK NEGERI SE-KOTA PALOPO BERDASARKAN PENGALAMAN MENGAJAR

0 2 12