Untuk keberhasilan yang dicapai oleh peneliti berdasarkan pengamatan guru kelas yaitu, tentang pengelolaan alokasi waktu yang sudah cukup baik,
sehingga seluruh materi dapat tersampaikan selama proses pembelajaran. Selain itu, suara peneliti dalam menyampaikan informasi ke siswanya juga
cukup jelas, sehingga seluruh siswa bisa mendengarkan suara peneliti dengan baik. Penyajian pembelajaran juga dikatakan menarik, karena menggunakan
media dan alat peraga, sehingga memudahkan siswa dalam memahami materi ajar.
Dalam hal mengajar, peneliti juga dikatakan tidak monoton, karena interaksi siswa antar siswanya bersifat dinamis. Di akhir penerapan siklus 1,
terlihat beberapa siswa sudah mampu untuk bekerjasama dengan rekan sekelompoknya, dan hal itu sudah masuk dalam kategori baik.
b. Hasil Pembelajaran berdasarkan lembar Pengamatan dan Kuesioner
Berdasarkan hasil perolehan data siklus 1 mengenai kerjasama siswa yang dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Data kerjasama diperoleh dari lembar
pengamatan dan lembar kuesioner. Pengamatan dilakukan oleh guru kelas dan rekan peneliti, sedangkan untuk lembar kuesionar diisi oleh siswa. Dari lembar
pengamatan dan lembar kuesioner diperoleh data kerjasama siswa pada siklus 1 sebagai berikut :
Tabel 4.3 Data Kerjasama Siswa pada Siklus 1 No
Nama Siklus I
Rata- Rata
Kategori Pengamatan Kuesioner
1. SCL
65 76
70,5 Tinggi
2. AMP
60 56
58 Cukup
3. AZN
50 78
64 Cukup
4. EFP
60 56
58 Cukup
5. DAP
80 80
80 Tinggi
6. GRN
80 56
68 Tinggi
7. JOP
70 56
63 Cukup
8. MDA
50 76
63 Cukup
9. NPK
70 78
74 Tinggi
10. STM 70
64 67
Tinggi 11. TGF
70 76
73 Tinggi
12. PAS 40
78 59
Cukup PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13. TRW 60
64 62
Cukup 14. KUR
50 76
63 Cukup
15. YAD 80
64 72
Tinggi
Rata-rata 63, 66
68, 93 66, 29
tinggi
Berdasarkan data di atas, diketahui nilai rata-rata kerjasama siswa dari lembar pengamatan dan kuesioner yang dirata-ratakan 66,29, menunjukan
tingkat kerjasama siswanya ―tinggi‖. Data di atas dapat rinci sebagai berikut; 7 siswa dengan kategori
―tinggi‖ 46,66, dan sebanyak 8 siswa dengan kategori
―cukup‖ 53,33. Pada siklus I peneliti menargetkan nilai rata-rata kerjasama siswa sebesar 65, dan tercapai karena dari data yang diperoleh nilai
rata-rata kerjasama siswa siklus I 66,29.
c. Prestasi Belajar Siswa berdasarkan soal Evaluasi
Selain data pengamatan dan kuesioner kerjasama siswa, peneliti juga mengamati peningkatan prestasi belajar siswa menggunakan soal evaluasi.
Siswa mengerjakan soal evaluasi diakhir pertemuan siklus 1, Sabtu 24 September 2016. Data prestasi belajar siswa pada siklus 1 diperoleh setelah
selesai melakukan proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hasil prestasi belajar pada siklus 1
sebagai berikut :
Tabel 4.4 Data Prestasi Belajar Siswa pada Siklus 1 No
Nama KKM
Nilai Evaluasi 1
Kategori
1 SCL
65 75
Tuntas 2
AMP 70
Tuntas 3
AZN 60
Tidak Tuntas 4
EFP 70
Tuntas 5
DAP 80
Tuntas 6
GRN 80
Tuntas 7
JOP 70
Tuntas 8
MDA 60
Tidak Tuntas 9
NPK 85
Tuntas 10
STM 75
Tuntas 11
TGF 80
Tuntas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
No Nama
KKM Nilai
Evaluasi 1 Kategori
12 PAS
60 Tidak Tuntas
13 TRW
80 Tuntas
14 KUR
60 Tidak Tuntas
15 YAD
75 Tuntas
Total 1080
Rata-rata 72, 00
Persentase siswa tuntas 73, 33
Persentase siswa tidak tuntas
26,66
Berdasarkan data prestasi belajar siswa pada siklus 1 diperoleh nilai rata- rata 72,00. Diketahui juga persentase siswa yang tuntas KKM 65 sebanyak 11
siswa 73,33, sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 4 siswa 26,66. Pada siklus I, target nilai rata-rata prestasi belajar 70, dengan persentase jumlah
siswa mencapai KKM sebanyak 70. Dari target tersebut, penelitian ini dinyatakan berhasil, karena sudah mampu melampaui target. Hasil yang
diperoleh pada siklus 1 sudah mampu melampaui target yang ditentukan oleh peneliti 70 dengan persentase 70, namun belum mampu mencapai target
akhir siklus II. Untuk itu, penelitian harus dilanjutkan ke siklus II.
4. Refleksi
Pelaksanaan penelitian siklus I, pertemuan satu dan pertemuan dua diakhiri dengan kegiatan refleksi. Refleksi adalah aktivitas melihat berbagai kekurangan
atau kelemahan dalam penerapan pembelajaran selama tindakan Sanjaya, 2009:80. Secara keseluruhan kegiatan pembelajaran pada siklus 1, dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, pada mata pelajaran IPA kelas IV SD Negeri Weroharjo sudah berjalan dengan baik.
Menurut pengamatan guru dan rekan peneliti, pada saat mengajar, peneliti sudah mampu menunjukan kemampuan pengelolaan alokasi waktu yang cukup
baik, sehingga seluruh materi dapat tersampaikan selama proses pembelajaran. Selain itu, dalam penyampaian atau melakukan presentasi kelas, suara peneliti
cukup tegas dengan jelas, sehingga seluruh siswa dapat menerima maupun mendengarkan suara dari peneliti. Selain itu, dalam penyajian materi ajar juga
cukup menarik, karena menggunakan alat peraga dan media, sehingga membuat siswa sangat terbantu dalam memahami materi ajar. Namun ada beberapa kendala
yang dirasakan oleh peneliti dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di siklus 1 ini, di antaranya :
1. Kelas yang kurang kondusif. Dalam proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD cenderung
menghasilkan suasana kelas yang ramai, kurang kondusif. Dalam hal ini bisa dikatakan bahwa manajemen kelas yang dibawakan oleh peneliti
bermasalah. Peneliti juga kurang tegas dalam mengendalikan perilaku siswa di kelas ketika ada beberapa siswa yang membuat keramaian.
2. Kesulitan membangun kerjasama. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD di kelas IV SD Negeri Weroharjo, banyak di antara
siswa yang kebingungan untuk memulai kegiatan ketika berada dalam kelompok kerja, tak jarang ada yang malah santai-santai saja lantaran tidak
mampu bekerjasama. Alhasil, dalam bekerjasama dengan teman sekelompok
ketika sedang
mengerjakan LKS,
siswa cenderung
membutuhkan waktu lama. Bahkan lebih buruk lagi ketika anggot dalam kelompok belum paham mengenai materi ajar, tetapi anggota dalam
kelompok yang sudah paham tidak mau membantu. 3. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD, selain belajar dalam kelompok
heterogen . Leader dalam masing-masing kelompok mempunyai peran
penting, yaitu harus mampu menuntun teman-temannya agar bisa memahami materi yang dipelajari. Maka di sinilah kelemahan itu terlihat, di
mana teman-teman leader dalam masing-masing kelompok belum bisa menuntun teman-temannya yang belum paham.
Menyikapi kendala-kendala tadi, peneliti berupaya untuk berbenah diri agar mampu melakukan proses pembelajaran yang lebih baik pada siklus berikutnya.
Peneliti juga melakukan evaluasi pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Peneliti harus tegas dalam mengkondisikan kelas agar tercipta
suasana kelas yang kondusif. Berikut ini langkah-langkah yang akan peneliti lakukan untuk menyikapi kendala-kendala dalam penelitian, anara lain:
1. Peneliti akan bersikap lebih tegas dalam mengendalikan perilaku siswa di kelas ketika ada beberapa siswa yang membuat keramaian. Misalnya,
langsung memperingati si siswa yang membuat keramaian, dengan demikian keadaan kelas yang kondusif akan tercipta.
2. Peneliti akan membiasakan siswa untuk mengambil tanggung jawab. Semua anggota dalam kelompok mendapat tanggung jawab yang sama terhadap
kelompok. Misalnya, ada lima siswa dalam satu kelompok, ke lima-lima siswa tersebut mendapat tugas masing-masing, sehingga tidak ada yang
santai-santai saja menunggu hasil pekerjaan teman sekelompok. 3. Agar peran leader dalam masing-masing kelompok cukup signifikan,
peneliti akan berdiskusi terlebih dulu dengan mereka sebelum pembelajaran berlangsung, hal ini untuk mengingatkan mereka bahwa peran mereka
dalam kelompok masing-masing sangat diperlukan. Untuk itu, mereka harus memberikan yang terbaik bagi anggota kelompok masing-masing.
Singkatnya, peneliti akan membuat leader dalam masing-masing kelompok menunjukan perannya, yakni membantu teman-temannya yang belum
paham materi yang dipelajari. Dalam penelitian yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD, memang ditemukan banyak kendala pada saat proses pembelajaran, sebagaimana uraian di atas. Namun, dalam penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD di siklus 1 ini terbilang berhasil, walaupun perbedaan nilai awal dan nilai pada siklus 1 belum terlalu signifikan. Nilai rata-rata kerjasama
siswa dari hasil lembar pengamatan dan kuesioner 66,29, menunjukan tingkat kerjasama siswanya ―tinggi‖. Data tersebut mengalami peningkatan nilai rata-rata
dari kondisi awal 45,93 menjadi 66,29. Hasil kerjasama siswa pada sisklus 1 mampu mencapai target siklus I 65, tetapi belum mencapai target akhir siklus II
70. Prestasi belajar siswa siklus 1 memperoleh nilai rata-rata 72,00,
mengalami peningkatan dari kondisi awal prestasi belajar siswa 61,00. Diketahui juga persentase siswa tuntas KKM 65 sebanyak 11 siswa 73,33,
sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 4 siswa 26,66. Pada siklus I, target nilai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
rata-rata prestasi belajar 70, dan persentase jumlah siswa mencapai KKM sebanyak 70. Dengan demikian, penelitian ini dinyatakan berhasil mencapai
target siklus I, tetapi belum mencapai target akhir siklus II 7575. Berdaarkan uraian data tersebut, peneliti mengambil keputusan untuk
melanjutkan penelitian ke siklus II, dengan disertai perbaikan pada proses penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagaimana telah
dipaparkan di atas.
4.1.3 Siklus II
Pelaksanaan penelitian siklus II sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan pertama pada hari Jumat, 30 September 2016, dan pertemuan ke dua pada hari
Sabtu, 1 Oktober 2016. Alokasi waktu tiap per pertemuan berlangsung selama 2x35 menit 2 JP. Materi yang diajarkan yaitu, perubahan wujud benda padat,
cair dan, gas.
1. Perencanaan
Dalam perencanaan siklus II antara lain, menyiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, LKS, soal evaluasi, media pembelajaran dan
alat peraga. Di samping itu, peneliti juga menyiapkan lembar pengamatan dan, kuesioner kerjasama siswa siklus II. Lembar pengamatan akan diisi oleh
pengamat guru kelas dan rekan peneliti, sedangkan lembar kuesioner akan diisi oleh siswa kelas IV di akhir siklus II.
2. Pelaksanaan
a. Pertemuan 1
Pertemuan pertama siklus II pada Jumat, 30 September 2016, pukul 09.00- 10.10 WIB. Peneliti dibantu guru kelas dan rekan peneliti sebagai pengamat
dalam proses penelitian, mengamati kerjasama siswa selama pembelajaran.
Kegiatan Awal
Guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam, lalu berdoa bersama. Guru menanyakan kabar siswa, melakukan presensi, mengecek
kesiapan siswa. Guru melanjutkan dengan kegiatan apersepsi yaitu, menanyakan siswanya seputar perubahan wujud benda yang ada di dalam
kelas. Setelah itu, guru melakukan motivasi dengan cara memuji siswanya yang sudah berangkat ke sekolah untuk mengikuti pembelajaran. Orientasi,
guru menyampaikan tujuan pembelajaran, dan indikator yang harus dicapai oleh siswanya.
Kegiatan Inti
Kegiatan inti pembelajarannya mengacu pada langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu sebagai berikut:
Langkah pertama, presentasi materi oleh guru di dalam kelas. Guru
menggunakan PPT menjelaskan mengenai perubahan wujud benda padat, cair, dan benda gas. Presentasi dilakukan hanya sebatas pengantar materi, sehingga
tidak masuk sampai pada tahap memberikan pemahaman secara konkrit kepada siswa, karena siswalah yang akan menemukan pengetahuan konkrit sendiri
melalui kerjasama dalam kelompok masing-masing. Elaborasi, guru menumbuhkan rasa ingin tahu siswanya dengan
penyampaian yang berulang-ulang, lalu mengaitakan antara teori dengan kehidupan nyata. Sebelum lanjut ke langkah STAD berikutnya, guru bertanya
ke siswanya, memastiakn pemahaman siswa tentang materi yang disampaikan oleh guru.
Langkah ke dua, pembentukan kelompok dan kerja kelompok. Guru
membagi siswa ke dalam tiga kelompok heterogen berjumlah 5 orang siswa tiap kelompoknya. Siswa berkumpul dalam kelompok yang sudah ditentukan.
Sebelum melakukan aktivitas bersama kelompok masing-masing, guru menjelaskan ke siswanya mengenai hal yang harus diperhatikan ketika mereka
sedang bekerja dalam kelompok yaitu, aturan kerja kelompok tim yang sudah ditempel di depan kelas. Mengingatkan siswa untuk tidak melupakan hal
penting ketika bekerja dalam kelompok. Setelah itu, kelompok mulai bekerja melalui LKS, yang mereka lakukan adalah mengamatai gambar benda mencair,
membeku, menguap, mengembun, dan menyublim. Saat kelompok sedang bekerja, guru bertindak sebagai fasilitator yang
membimbing setiap kelompok, tak jarang guru harus membantu kelompok PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang terlalu lamban dalam memahami materi ajar agar menemukan jalan keluar, dan juga memberi apresiasi untuk kelompok yang kerjanya bagus.
Langkah ke tiga, pemberian kuis. Usai kerja kelompok, siswa
dipersilahkan untuk kembali menempati tempat duduk masing-masing, setelah itu mereka siap mengerjakan soal tes secara individu. Nilai hasil mengerjakan
soal tes digabung dengan nilai hasil menjawab pertanyaan secara lisan atau skor kemajuan siswa yang kemudian diakumulasi dengan nilai teman
sekelompok. Meskipun pada saat pembelajaran atau tahap mempelajari materi, mereka sekelompok boleh tukar pendapat dan saling membantu, tetapi pada
saat mengerjakan tes, hal itu sama sekali tidak berlaku. Inilah esensi dari pembelajaran STAD, yang mengharuskan setiap anggota kelompok untuk
menguasai materi yang mereka pelajari, karena jika tidak menguasai materi sudah tentu akan kesulitan dalam menjawab soal, dan juga akan berpengaruh
terhadap nilai kelompok.
Langkah ke empat, penghitungan skor kemajuan individu. Setelah
siswa selesai mengerjakan tes, guru bertanya ke siswanya secara acak untuk mengetahui pemahaman perindividu, atau sebagai catatan skor kemajuan
individu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung, apakah siswa yang ditanya sudah benar-benar paham tentang materi yang dipelajari atau
belum. Setiap siswa dipastikan mendapat pertanyaan dari guru, sehingga catatan kemajuan siswa tidak ada yang luput. Skor yang diperoleh dari
pertanyaan lisan ditambahkan dengan skor menjawab soal tes, kemudian diakumulasi dengan nilai teman sekelompok lalu dirata-ratak. Skor rata-rata
inilah yang dijadikan skor kelompok.
Langkah ke lima, penghargaan kelompok. Guru mengakumulasi nilai
hasil tes siswa secara berkelompok, lalu memberikan penghargaan untuk kelompok yang mendapat skor tertinggi. Penghargaan yang guru berikan bukan
dalam bentuk materil, tetapi dalam bentuk moril. Penghargaan secara materiil akan diperoleh diakhir siklus II, dan itu hanya untuk kelompok yang memang
mendapat nilai tertinggi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kegiatan Akhir
Konfirmasi; Guru memberikan penguatan, membenarkan jawaban- jawaban siswa yang salah. Kemudian guru mengajak siswa untuk membuat
kesimpulan dari pembelajaran yang sudah usai. Kesimpulan menjadi sangat penting karena memperkuat konsep-konsep yang sudah dibangun oleh siswa
sendiri, dilain sisi kesimpulan membawa siswa pada jawaban yang pasti dan jelas, dan cukup singkat. Langkah selanjutnya, guru bersama siswa melakukan
refleksi, dan pemberian tugas dari guru, diakhiri doa penutup.
b. Pertemuan 2