responden mempunyai prestasi belajar kategori baik. Hal ini didukung oleh hasil perhitungan nilai mean = 68.25, median = 68,11, modus =
67.29, dan standar deviasi = 4.87 lampiran 6.
B. Analisis Data
1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah data setiap variabel berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan
dengan program SPSS. Berikut ini hasil dari pegujian normalitas variabel locus of control, kultur keluarga, kultur sekolah, kecerdasan emosional dan
prestasi belajar siswa dengan menggunakan uji sampel Kolmogorof-Smirnov. Berikut ini disajikan tabel hasil pengujian normalitas lampiran 9:
Tabel 4.18 Hasil Pengujian Normalitas
No. Variabel Asymp.sig 2-tailed
α
Kesimpulan 1
Locus of Control 0,57 0,05
Normal 2 Kultur
Keluarga 0,59
0,05 Normal
3 Kultur Sekolah
0,57 0,05
Normal 4 Kecerdasan
Emosional 0,114
0,05 Normal
5 Prestasi Belajar
0,739 0,05
Normal
Dari tabel 4.18 di atas dapat diketahui bahwa nilai asymptotic significance variabel locus of control sebesar 0,59, kultur keluarga sebesar 0,57; kultur
sekolah sebesar 0,57, kecerdasan emosional sebesar 0,114 dan prestasi belajar sebesar 0,739 lebih besar dari alpha
α = 0.05. Dengan demikian dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
disimpulkan bahwa distribusi data variabel locus of control, kultur keluarga, kultur sekolah, kecerdasan emosional dan prestasi belajar adalah normal.
2. Uji Linieritas
Uji linieritas ini digunakan untuk menguji apakah hubungan antara variabel kecerdasan emosional dengan prestasi belajar linier atau tidak. Berikut ini
disajikan tabel hasil pengujian linieritas lampiran 9:
Tabel 4.19 Hasil Pengujian Linieritas
No. Variabel F
hitung
F
tabel
Kesimpulan 1.
Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar 0,882
2,628 Linier
Tabel 4.19 di atas menunjukkan bahwa hubungan variabel kecerdasan emosional dengan prestasi belajar diperoleh nilai pada
F
= 0,882 lebih kecil dari
F
tabel
= 2,628, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan kedua variabel adalah linier.
hitung
C. Pengujian Hipotesis
1. Hipotesis 1
a. Rumusan Hipotesis I H
o
= Tidak ada pengaruh positif locus of control pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa.
H
a
= Ada pengaruh positif locus of control pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa.
b. Penarikan Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat
disajikan sebagai berikut lampiran 10: Y = 111,161 - 0,546X
1
- 3,158X + 0,039 X
1
X
2 2
Keterangan: Y =
Prestasi belajar
X
1
= Variabel kecerdasan emosional X
= Variabel
locus of control
2
X
1
X = Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional
dengan variabel
locus of control
2
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi β
3
sebesar 0,039 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 interaksi variabel locus of control dengan variabel kecerdasan emosional akan
meningkatkan prestasi belajar sebesar 0,039. Nilai signifikansi koefisien regresi
ρ dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel locus of control menunjukkan lebih tinggi dari nilai alpha yang digunakan
dalam penelitian ini ρ = 0,000 α = 0,05. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pengaruh locus of control pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar adalah signifikan. Artinya
semakin locus of control siswa cenderung internal, maka semakin kuat hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajarnya. Secara
umum, hasil pengujian hipotesis ini sejalan dengan dugaan awal penelitian. Dengan kata lain ada pengaruh positif locus of control pada
hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa SMP negeri dan swasta di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
2. Pengujian Hipotesis 2 a. Rumusan
Hipotesis H
o
= Tidak ada pengaruh positif kultur keluarga pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa.
H
a
= Ada pengaruh positif kultur keluarga pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa.
b. Penarikan Kesimpulan Variabel kultur keluarga terdiri dari 4 empat dimensi dan berikut ini
disajikan hasil pengujian hipotesis masing-masing dimensi yang meliputi: 1 Dimensi power distance
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut lampiran 10:
Y = 118,116 - 0,543X
1
- 5,311 X3a + 0,059 X X3a
1
Keterangan: Y =
Prestasi belajar
X
1
= Variabel kecerdasan emosional X
3a =
Variabel power distance
X
1
X 3a
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel power distance
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien
regresi β
3
sebesar 0,059 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 interaksi variabel kultur keluarga power distance dengan variabel
kecerdasan emosional akan meningkatkan prestasi belajar sebesar 0,059. Nilai signifikansi koefisien regresi
ρ dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur keluarga power
distance terhadap prestasi belajar menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini
ρ = 0,016 α = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur keluarga
power distance pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar adalah signifikan. Artinya pada siswa yang berasal dari
keluarga dengan jarak kekuasaan power distance orang tua dengan anak semakin kecil, maka semakin kuat hubungan antara kecerdasan
emosional dengan prestasi belajar siswa. 2 Dimensi collectivisme vs individualisme
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut lampiran 10:
Y = 100,974 - 0,451X
1
- 0,435 X3b + 0,030 X
1
X3b
Keterangan: Y =
Prestasi belajar
X
1
= Variabel kecerdasan emosional X
3b =
Variabel collectivisme vs individualisme
X
1
X 3b
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel collectivisme vs individualisme
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien
regresi β
3
sebesar 0,030 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 interaksi variabel kultur keluarga collectivisme vs individualisme
dengan variabel kecerdasan emosional akan meningkatkan prestasi belajar sebesar 0,030. Nilai signifikansi koefisien regresi
ρ dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur
keluarga collectivisme vs individualisme terhadap prestasi belajar menunjukkan sama besar dengan nilai alpha yang digunakan dalam
penelitian ini ρ = 0,05 = α = 0,05. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pengaruh kultur keluarga collectivisme vs individualisme pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan
prestasi belajar adalah tidak signifikan. Artinya pada siswa yang berasal dari keluarga yang cenderung semakin kolektif, maka bisa
dikatakan tidak menguatkan melemahkan hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa.
3 Dimensi femininity vs masculinity Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat
disajikan sebagai berikut lampiran 10: Y = 54,264 + 0,163X
1
- 0,184 X3c + 0,002 X
1
X3c
Keterangan: Y =
Prestasi belajar
X
1
= Variabel kecerdasan emosional X
3c =
Variabel femininity vs masculinity
X
1
X 3c
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel femininity vs masculinity
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien
regresi β
3
sebesar 0,002 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
interaksi variabel kultur keluarga femininity vs masculinity dengan variabel kecerdasan emosional akan meningkatkan prestasi belajar
sebesar 0,002. Nilai signifikansi koefisien regresi ρ dari interaksi
kecerdasan emosional dengan kultur keluarga femininity vs masculinity terhadap prestasi belajar menunjukkan lebih tinggi dari
nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini ρ = 0,915 α =
0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur keluarga femininity vs masculinity pada hubungan antara kecerdasan
emosional dengan prestasi belajar adalah tidak signifikan. Artinya pada siswa yang berasal dari keluarga yang cenderung semakin
maskulin, maka bisa dikatakan tidak menguatkan melemahkan hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa.
4 Dimensi uncertainty avoidance Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat
disajikan sebagai berikut lampiran 10: Y = 90,927 - 0,285X
1
- 4,503 X3d + 0,055 X
1
X3d
Keterangan: Y =
Prestasi belajar
X
1
= Variabel kecerdasan emosional X
3d =
Variabel uncertainty avoidance
X
1
X 3d
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel uncertainty avoidance
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien
regresi β
3
sebesar 0,055 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
interaksi variabel kultur keluarga uncertainty avoidance dengan variabel kecerdasan emosional akan menambah prestasi belajar
sebesar 0,055 . Nilai signifikansi koefisien regresi ρ dari interaksi
kecerdasan emosional dengan kultur keluarga uncertainty avoidance terhadap prestasi belajar menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha
yang digunakan dalam penelitian ini ρ = 0,047 α = 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur keluarga uncertainty avoidance pada hubungan antara kecerdasan emosional
dengan prestasi belajar adalah signifikan. Artinya pada siswa yang berasal dari keluarga dengan tingkat kecemasan uncertainty
avoidance semakin lemah, maka semakin kuat hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajarnya.
Hasil pengujian hipotesis 2, yaitu pengaruh kultur keluarga pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa
adalah sebagai berikut lampiran 10: Y = 121,442 - 0,644X
1
- 1,302 X3 + 0,016 X
1
X3
Keterangan: Y =
Prestasi belajar
X
1
= Variabel kecerdasan emosional X
3 = Variabel kultur keluarga
X
1
X 3
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur keluarga
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi β
3
sebesar 0,016 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 interaksi kultur keluarga dengan variabel kecerdasan emosional akan meningkatkan
prestasi belajar sebesar 0,016. Nilai signifikansi koefisien regresi ρ
dari interaksi kecerdasan emosional dengan kultur keluarga terhadap prestasi belajar menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan
dalam penelitian ini ρ = 0,032 α = 0,05. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pengaruh kultur keluarga pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar adalah signifikan. Dengan
kata lain ada pengaruh positif kultur keluarga pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa SMP negeri dan
swasta di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. 3. Pengujian Hipotesis 3
a. Rumusan Hipotesis
H
o
= Tidak ada pengaruh positif kultur sekolah pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa.
H
a
= Ada pengaruh positif kultur sekolah pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa.
b. Penarikan Kesimpulan Variabel kultur sekolah terdiri dari 4 empat dimensi dan berikut ini
disajikan hasil pengujian hipotesis masing-masing dimensi yang meliputi: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1 Dimensi power distance
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut lampiran 10:
Y = 119,976 - 0,566X
1
- 2,777 X4a + 0,031 X X4a
1
Keterangan: Y =
Prestasi belajar
X
1
= Variabel kecerdasan emosional X
4a =
Variabel power distance
X
1
X 4a
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel power distance
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien
regresi β
3
sebesar 0,031 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 interaksi kultur sekolah power distance dengan variabel kecerdasan
emosional akan meningkatkan prestasi belajar sebesar 0,031. Nilai signifikansi koefisien regresi
ρ dari interaksi kecerdasan emosional dengan kultur sekolah power distance jenis kelamin terhadap prestasi
belajar menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini
ρ = 0,031 α = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur sekolah power distance pada
hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar adalah signifikan. Artinya pada siswa yang berasal dari keluarga dengan jarak
kekuasaan power distance orang tua dengan anak semakin kecil, maka semakin kuat hubungan antara kecerdasan emosional dengan
prestasi belajar siswa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2 Dimensi collectivisme vs individualisme
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut lampiran 10:
Y = 95,653 - 0,245X
1
- 2,665 X4b + 0,027 X
1
X4b
Keterangan: Y =
Prestasi belajar
X
1
= Variabel kecerdasan emosional X
4b =
Variabel collectivisme vs individualisme
X
1
X 4b
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel collectivisme vs individualisme
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien
regresi β
3
sebesar 0,027 menyatakan bahwa setiap penambahan1 interaksi kultur sekolah collectivisme vs individualisme dengan
variabel kecerdasan emosional akan meningkatkan prestasi belajar sebesar 0,027. Nilai signifikansi koefisien regresi
ρ dari interaksi variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur sekolah
collectivisme vs individualisme terhadap prestasi belajar menunjukkan lebih tinggi dari nilai alpha yang digunakan dalam
penelitian ini ρ = 0,187 α = 0,05. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pengaruh kultur sekolah collectivisme vs individualisme pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan
prestasi belajar adalah tidak signifikan. Artinya pada siswa yang berasal dari sekolah yang cenderung semakin kolektif, maka bisa
dikatakan tidak menguatkan melemahkan hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa.
3 Dimensi femininity vs masculinity
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut lampiran 10:
Y = 68,946 - 0,39X
1
- 1,737 X4c + 0,024 X X4c
1
Keterangan: Y =
Prestasi belajar
X
1
= Variabel kecerdasan emosional X
4c =
Variabel femininity vs masculinity
X
1
X 4c
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel femininity vs masculinity
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien
regresi β
3
sebesar 0,024 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 interaksi kultur sekolah femininity vs masculinity dengan variabel
kecerdasan emosional akan menambah prestasi belajar sebesar 0,024. Nilai signifikansi koefisien regresi
ρ dari interaksi kecerdasan emosional dengan kultur sekolah femininity vs
masculinity terhadap prestasi belajar menunjukkan lebih tinggi dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini
ρ = 0,396 α = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur
sekolah femininity vs masculinity pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar adalah tidak signifikan. Artinya
pada siswa yang berasal dari sekolah yang cenderung semakin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
maskulin, maka tidak menguatkan melemahkan hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa.
4 Dimensi uncertainty avoidance
Berdasarkan hasil pengujian ANOVA, model persamaan regresi dapat disajikan sebagai berikut lampiran 10:
Y = 61,254 + 0,82X
1
- 1,186 X4d + 0,014 X
1
X4d
Keterangan: Y =
Prestasi belajar
X
1
= Variabel kecerdasan emosional X
4d =
Variabel uncertainty avoidance
X
1
X 4d
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel uncertainty avoidance
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien
regresi β
3
sebesar 0,014 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 interaksi kultur sekolah uncertainty avoidance dengan variabel
kecerdasan emosional akan menambah prestasi belajar sebesar 0,014. Nilai signifikansi koefisien regresi
ρ dari interaksi kecerdasan emosional dengan kultur sekolah uncertainty avoidance
terhadap prestasi belajar menunjukkan lebih tinggi dari nilai alpha yang digunakan dalam penelitian ini
ρ = 0,553 α = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengaruh kultur sekolah
uncertainty avoidance pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar adalah tidak signifikan. Artinya pada siswa
yang berasal dari sekolah dengan tingkat kecemasan uncertainty PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
avoidance semakin lemah, maka tidak menguatkan melemahkan hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajarnya
menjadi semakin kuat.
Hasil pengujian hipotesis 3, yaitu pengaruh kultur sekolah pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa adalah sebagai
berikut lampiran 10: Y = 140,595 - 0,788X
1
- 1,532 X4 + 0,017 X
1
X4
Keterangan: Y =
Prestasi belajar
X
1
= Variabel kecerdasan emosional X
4 = Variabel kultur keluarga
X
1
X 4
= Nilai interaksi antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel kultur keluarga
Hasil pengujian regresi di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi β
3
sebesar 0,017 menyatakan bahwa setiap penambahan 1 interaksi kultur sekolah dengan variabel kecerdasan emosional akan meningkatkan
prestasi belajar sebesar 0,017. Nilai signifikansi koefisien regresi ρ
dari interaksi kecerdasan emosional dengan kultur sekolah terhadap prestasi belajar menunjukkan lebih rendah dari nilai alpha yang digunakan
dalam penelitian ini ρ = 0,026 α = 0,05. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pengaruh kultur sekolah pada hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar adalah signifikan. Dengan
kata lain ada pengaruh positif kultur sekolah pada hubungan antara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa SMP negeri dan swasta di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.
D. Pembahasan Hasil Penelitian